Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obama Cegah Sanksi Baru untuk Iran

Kompas.com - 15/01/2014, 09:04 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.COM - Presiden Amerika Serikat Barack Obama meminta Kongres AS tak meloloskan sanksi baru terhadap Iran dan memberi lebih banyak kesempatan bagi negara itu untuk mewujudkan komitmennya terkait dengan program nuklir. Sanksi baru justru bisa membahayakan perundingan nuklir yang sedang berlangsung.

”Preferensi saya adalah demi perdamaian dan diplomasi. Untuk itu, saya sampaikan kepada Kongres, sekarang bukan saat tepat bagi AS menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran. Yang kita inginkan bersama adalah memberi kesempatan untuk diplomasi dan perdamaian,” ujar Obama di Ruang Oval, Gedung Putih, Senin (13/1) waktu setempat.

Pernyataan Obama itu dilontarkan sehari setelah Iran dan P5+1 (AS, Rusia, China, Inggris, Perancis, plus Jerman) mencapai kesepakatan soal tanggal pelaksanaan teknis kesepakatan pembatasan program nuklir Iran.

Dalam kesepakatan di Geneva, November 2013, Iran sepakat untuk membekukan program pengayaan uranium kadar tingginya. Sebagai kompensasi, P5+1 setuju untuk melonggarkan sanksi ekonomi terhadap Iran dan akan mencairkan pendapatan Iran dari ekspor minyaknya senilai 7 miliar dollar AS.

Teknis kesepakatan itu disepakati dimulai pada 20 Januari. Tanggal itu akan menandai dimulainya periode tenggat selama enam bulan, di mana Iran dan P5+1 harus menuntaskan kesepakatan final terkait dengan program nuklir Iran.

Negara-negara Barat menuduh program nuklir Iran bertujuan membuat senjata nuklir. Tuduhan ini ditolak mentah-mentah oleh Teheran, yang menegaskan program nuklirnya bertujuan damai, yakni untuk pembangkit listrik dan memenuhi kebutuhan sektor medis.

Kesepakatan itu, menurut Obama, akan menawarkan ”pintu kesempatan” baru bagi Iran untuk kembali terhubung dengan dunia luar. Menurut Obama, jika Iran ternyata gagal memenuhi ketentuan kesepakatan itu, dia sendiri yang akan mendukung penerapan sanksi lebih keras terhadap Iran demi menghentikan ambisi negeri itu membangun senjata nuklirnya.

Gedung Putih juga telah memperingatkan soal kemungkinan Obama akan menggunakan hak vetonya jika RUU sanksi baru itu jadi disahkan Senat AS.

Mendekati dua pertiga

Sayangnya, suara dukungan terhadap RUU sanksi baru untuk Iran itu jumlahnya disebut-sebut terus bertambah dan bahkan sudah mendekati dua pertiga dari jumlah suara minimal yang dibutuhkan untuk mengegolkan suatu RUU.

Sebanyak 16 Senator dari partai pendukung pemerintah, Partai Demokrat, diketahui ikut mendukung RUU itu. Memang masih belum jelas benar kapan RUU itu akan diajukan dalam pemungutan suara di Senat.

Dibutuhkan 60 suara di Senat yang berisi 100 kursi untuk meloloskan RUU tersebut. Namun, untuk mengatasi kemungkinan veto dari Obama, sedikitnya 67 Senator harus mendukung RUU itu dalam pemungutan suara.

Iran sudah mengancam akan mundur dari meja perundingan jika AS menerapkan sanksi baru.

Beberapa pengamat dan orang dalam Kongres memperkirakan RUU ini tidak akan lolos. ”Prospek solusi diplomatik (terhadap masalah program nuklir Iran) bisa hancur jika Iran mundur dari perundingan atau mereka merespons dengan aksi provokatif mereka sendiri,” tutur Colin Kahl, mantan penasihat Pentagon untuk urusan Timur Tengah.(AFP/REUTERS/AP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com