Obama seperti dikutip Politico awal pekan ini mengatakan bahwa dia berencana untuk mengunjungi Kuba tahun 2016, yang juga akan menjadi tahun terakhir dari kepresidenannya.
Namun Obama menambahkan kondisi haruslah tepat untuk memfasilitasi kunjungan yang berpotensi sangat bersejarah itu.
“Jika saya jadi ke sana, salah satu yang penting adalah saya harus dapat berbicara dengan semua pihak (termasuk kubu oposisi)," jelas Obama.
"Saya telah berbicara dengan Presiden Raul Castro bahwa kita akan terus bersama-sama berupaya menjangkau siapapun yang berjuang untuk meningkatkan kebebasan berekspresi dan berbicara di Kuba,” lanjut dia.
Presiden yang akan memasuki usianya yang ke-55 ini mengatakan bahwa dia akan memutuskan kunjungannya ini dalam beberapa bulan ke depan.
Dua negara yang dikenal sebagai musuh bebuyutan ini resmi mengakhiri 54 tahun ketegangan dan permusuhan di antara mereka tanggal 20 Juli lalu.
Kedua negara itu membuka lembaran baru dengan resmi menormalisasi hubungan diplomatik.
Bendera kebangsaan Kuba pertama kalinya berkibar di luar gedung di ibu kota Washington DC yang kembali dioperasikan menjadi kantor Kedutaan Besar Kuba di Amerika.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry kemudian mengunjungi Havana sebulan kemudian meresmikan pengoperasian kembali Kedutaan Besar Negeri Paman Sam di Kuba.
Normalisasi ini menjadi bahan kritikan Partai Republik, terutama calon Presiden Marco Rubio dan Ted Cruz.
Dua senator berdarah Amerika Kuba itu menilai, Obama terlalu tergesa-gesa di saat penindasan terhadap Hak Azasi Manusia masih berlangsung di negeri pulau itu.
Presiden terakhir AS dan juga satu-satunya yang mengunjungi Kuba adalah Calvin Coolidge tahun 1928 silam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.