Pembicaraan antara pemerintah dan dua serikat pekerja yang menggerakkan aksi mogok massal ini, Senin (3/2/2014), tidak menghasilkan kesepakatan. Mogok kerja di sistem kereta api bawah tanah tertua di dunia itu merupakan babak baru dari imbas kebijakan pemerintah Perdana Menteri David Cameron, yang menerapkan penghematan untuk menekan defisit anggaran negara.
Wali Kota London Boris Johnson, yang kerap dianggap sebagai pesaing berat Cameron di Partai Konservatif, telah mengumumkan rencana penutupan kantor tiket kereta bawah tanah. Penutupan tersebut akan menghapus 953 pekerjaan.
Dua serikat pekerja yang menjadi penggerak mogok massal ini, Serikat Pekerja Kereta Api, Pelayaran, dan Transportasi (RMT) serta Asosiasi Pekerja Transportasi (TSSA), menyatakan bahwa mogok massal merupakan bentuk protes mereka.
"Kami siap menunda aksi ini bila Wali Kota juga siap menunda hilangnya pekerjaan," kata Sekretaris Jenderal RMT Bob Crow dalam konferensi pers. Rencananya, aksi mogok akan dimulai pada Senin pukul 21.00 GMT atau Selasa pukul 04.00 WIB, selama 48 jam ke depan. Aksi akan diulang lagi setiap pekan berikutnya, bila penutupan layanan tiket itu tetap berlanjut.
Sebagian besar jalur kereta bawah tanah akan sangat membatasi layanan, yang karenanya warga London harus menumpang bus, sepeda, bahkan berjalan kaki untuk mencapai lokasi tujuan.
Setelah pengumuman pemogokan ini, Sekjen TSSA Manuel Cortes menawarkan pertemuan kepada Wali Kota London. "Kapan saja, di mana saja, dalam 24 jam ke depan," kata Cortes, untuk mencapai kesepakatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.