Hezbollah secara keseluruhan sangat terlatih dan disiplin, tak seperti banyak kelompok gerilya lainnya.
Ben Wedeman, koresponden CNN bercerita bahwa ia pernah bertemu dengan beberapa tentara Hezbollah selama perang tahun 2006. Wedeman mencatat bagaimana para tentara tersebut bersikap sangat sopan tetapi tegas. Tanpa sikap sombong, mereka juga bersikeras agar Wedeman pergi demi keselamatan dirinya. Mereka tidak akan menerima penolakan.
Awal tahun ini, Universitas Reichman mengeluarkan laporan berjudul “Api dan Darah: Realitas Mengerikan yang Dihadapi Israel Dalam Perang dengan Hezbollah.” Laporan tersebut memaparkan skenario suram di mana kelompok sekutu Iran itu akan menembakkan 2.500 hingga 3.000 roket dan rudal per hari selama berminggu-minggu, menargetkan lokasi militer Israel serta kota-kota padat penduduk.
Selama perang 34 hari di tahun 2006, Hezbollah diperkirakan telah menembakkan sekitar 4.000 roket – rata-rata 117 roket per hari. Jika perang antar keduanya pecah sekarang, Hezbollah mungkin akan menyerang Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv, sama seperti bagaimana Israel mengebom Bandara Internasional Rafic Hariri di Beirut pada 13 Juli 2006.
Baca juga: Dampak Ketegangan Hezbollah-Israel bagi Lebanon
Ada pula kemungkinan Israel akan kembali menyerang lokasi yang sama jika perang antar keduanya pecah kembali.
Selain itu, ada kemungkinan bahwa rudal Hezbollah akan mencapai lebih dalam ke Israel dibandingkan dengan tahun 2006. Pada tahun 2006, Haifa, kota terbesar ketiga di Israel, masuk ke dalam jangkauan rudal Hezbollah.
Pergeseran Keseimbangan Strategis
Keseimbangan strategis yang selama ini menguntungkan Israel mulai berubah. Musuh-musuhnya bukan lagi rezim Arab yang korup dan tidak kompeten, melainkan serangkaian aktor non-negara mulai dari Hezbollah hingga Hamas, Jihad Islam, Houthi, serta milisi di Irak dan Suriah.
Karena dukungan Amerika Serikat (AS) terhadap Israel, semua pemain itu juga membidik kepentingan AS dan Barat di Timur Tengah.
Kini, dengan bantuan Iran, Houthi di Yaman mampu menembakkan rudal balistik ke Israel. Houthi juga terus menargetkan pengiriman di Laut Merah terlepas dari adanya armada yang dipimpin oleh AS di sekitar sana.