Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kekerasan di Dagestan, Rusia Selatan, Terus Terjadi?

Kompas.com - 04/07/2024, 13:51 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber AP

SELAMA bertahun-tahun, Republik Dagestan di Rusia selatan, tepatnya di Kaukasus Utara, dilanda kekerasan yang dilakukan kaum ekstremis. Pada 23 Juni lalu, pertumpahan darah terjadi lagi di daerah itu.

Para pejabat Rusia mengatakan, lima pria bersenjata di ibu kota Makhachkala dan kota Derbent melepaskan tembakan ke gereja-gereja Ortodoks dan dua sinagoga, serta sebuah pos polisi. Aksi itu menewaskan sedikitnya 20 orang sebelum para penyerang kemudian dibunuh pihak berwenang.

Baca juga: Serangan Teroris di Dagestan dan Masalah Radikalisme di Rusia

Serangan berskala besar dan terkoordinasi itu menjadi tantangan bagi otoritas Rusia terkait berlanjutnya masalah keamanan, terutama setelah serangan yang diklaim oleh kelompok yang berafiliasi dengan ISIS terhadap gedung konser di pinggiran Moskwa pada Maret lalu yang menewaskan 145 orang.

Di Manakah Dagestan?

Dagestan, yang terletak di kawasan Kaukasus Utara, di antara Chechnya dan Laut Kaspia, dikenal sebagai salah satu wilayah dengan keanekaragaman budaya paling tinggi di Rusia, tetapi juga memiliki tingkat ketidakstabilan yang cukup tinggi.

Ada lebih dari 30 kelompok etnis yang diakui dan 13 bahasa lokal yang diberikan status khusus selain bahasa Rusia di daerah itu.

Wilayah tersebut mengalami lonjakan populasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2024 ini populasinya mencapai 3,2 juta.

Berdasarkan statistik pemerintah Rusia, sekitar 95 persen penduduknya muslim. Namun wilayah itu juga memiliki komunitas Kristen dan Yahudi yang sudah lama ada. Komunitas Yahudi bahkan sudah ada di sana dari abad ke-5.

Sejarah Kekerasan

Wilayah itu telah dilanda kekerasan sejak awal tahun 2000-an, saat para pemberontak militan yang ambil bagian dalam perang separatis di wilayah Chechnya yang letaknya berdekatan terdorong ke wilayah tersebut sebagai akibat dari tekanan pasukan keamanan Rusia dan pemimpin tangan besi Chechnya, Ramzan Kadyrov.

Pengeboman, serangan terhadap polisi, dan penculikan – yang semuanya dilakukan oleh kelompok ekstremis – merupakan kejadian yang lumrah di kawasan itu lebih dari satu dekade lalu.

Pertumpahan darah mereda ketika langkah-langkah keamanan yang lebih ketat diberlakukan Rusia sebelum Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi, dan ribuan militan diyakini telah berangkat ke Suriah dan Irak untuk berperang bersama para ekstremis ISIS di sana.

Pandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina juga telah menekan tingkat kekerasan, kata Harold Chambers, analis politik dan keamanan dengan spesialisasi wilayah Kaukasus Utara.

Namun kawasan ini masih bergolak.

Para aktivis di Rusia mengatakan, jumlah etnis minoritas yang bertugas di Ukraina tidak proporsional, dan video-video yang beredar pada Oktober 2022 memperlihatkan protes di Dagestan terkait keluhan bahwa mereka menyediakan lebih banyak personel untuk perang di Ukraina itu dibandingkan dari tempat lain.

Baca juga: Rusia Tutup Bandara Dagestan Usai Diserbu Massa yang Cari Warga Israel

Sebagai tanda bahwa sentimen ekstremis masih tinggi, massa melakukan kerusuhan di bandara Makhachkala pada Oktober lalu, yang menargetkan sebuah penerbangan dari Israel. Ratusan pria, beberapa membawa spanduk dengan slogan antisemit, merangsek ke landasan. Mereka mengejar para penumpang dan melemparkan batu ke arah polisi. Lebih dari 20 orang terluka – tidak satupun dari mereka merupakan warga Israel.

Apa yang Terjadi Juni Lalu?

Serangan terjadi pada hari Minggu (23 Juni) malam di kota Derbent dan ibu kota Makhachkala. Sekelompok pria bersenjata menyerang sebuah sinagoga dan gereja Ortodoks di Derbent, kata Kementerian Dalam Negeri Rusia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com