Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Itu Hong Kong 47 dan Apa Tujuan Mereka?

Kompas.com - 30/05/2024, 16:49 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber BBC

PADA  tahun 2021, sebanyak 47 aktivis pro-demokrasi Hong Kong didakwa dengan tuduhan telah mencoba “menggulingkan” pemerintah dengan menyelenggarakan pemilihan pendahuluan tidak resmi. Pemilihan tidak resmi itu diadakan pada tahun 2020 untuk memilih kandidat dari kubu demokrasi yang akan maju ke pemilihan Dewan Legislatif yang kemudian ditunda.

Fenomena penangkapan 47 aktivis tersebut menandai puncak dari rangkaian tindakan keras pemerintah China berdasarkan Undang-Undang Keamanan Nasional (NSL) yang mulai diberlakukan di China  tahun 2020. Sejak penangkapan pada Januari 2021, banyak dari mereka telah ditahan oleh pihak berwenang karena penahanan pra-persidangan telah menjadi norma di bawa NSL. Meski begitu, 16 diantaranya mengaku tidak bersalah.

Baca juga: Nasib Demokrasi Hong Kong Semakin Terancam

Baru-baru ini, pengadilan Hong Kong menyatakan 14 orang di antara 16 orang tersebut bersalah atas tindak subversif, tindakan yang dapat membuat pelakunya terancam hukuman penjara seumur hidup. Dua orang lainnya dibebaskan pengadilan.

Penangkapan para aktivis tersebut menuai pro dan kontra. Di satu sisi, penangkapan itu adalah wujud bagaimana China menegakkan undang-undangnya demi menjaga stabilitas. Namun, para kritikus berpendapat fenomena itu justru telah melucuti otonomi dan kebebasan kota Hong Kong yang sangat berharga.

Siapa Sebenarnya Hong Kong 47?

Sebanyak 47 aktivis pro-demokrasi tersebut seringkali dipanggil dengan sebutan Hong Kong 47. Beberapa dari mereka merupakan figur yang terkenal, seperti anggota parlemen oposisi – Claudia Mo, Helena Wong, dan Kwok ka-ki. Beberapa figur ikonik dalam protes pro-demokrasi tahun 2014, Joshua Wong dan Benny Thai juga termasuk dalam kelompok Hong Kong 47 itu.

Tak hanya figur terkenal, Hong Kong 47 juga mencakup sosok-sosok baru, seperti Owen Chow, Ventus Lau, dan Tiffany Yuen. Lau dan Chow termasuk di antara ratusan orang yang menyerbu Dewan Legislatif kota (LegCo) dan menggambar lambang Hong Kong saat protes tahun 2019.

Ada pula yang tidak terlibat dalam politik tetapi terdorong oleh protes tahun 2019 seperti pekerja sosial, Hendrick Lui, pengusaha seperti Mike Lam, bahkan mantan perawat, Winnie Yu.

Sang Profesor - Benny Tai

China menyebut Benny Tai sebagai “pengacau garis keras” karena telah menganjurkan agar Hong Kong merdeka dan menyamakan pemerintahan Partai Komunis China dengan “kediktatoran”. Benny Tai seorang sarjana dan profesor hukum. Ia pertama kali jadi pusat perhatian sejak menulis sebuah kolom di surat kabar yang mengusulkan aksi pendudukan untuk menuntut demokrasi yang lebih besar.

Bersama dengan dua orang lainnya, ia  mengembangkan ide itu menjadi sebuah gerakan yang disebut sebagai Occupy Central. Gerakan tersebut menjadi kampanye pembangkangan sipil bersejarah yang menyerukan pemilu adil dan bebas di Hong Kong.

Gerakan tersebut akhirnya mereda setelah lima tahun berjalan. Namun tahun 2019, Benny dijatuhi hukuman penjara karena perannya dalam protes tersebut. Setahun kemudian pasca pemberlakuan NSL, ia dipecat dari pekerjaannya di Universitas Hong Kong (HKU).

Baca juga: Dianggap Picu Perlawanan, Lagu Glory To Hong Kong Akhirnya Dilarang

Sebagai respon, Benny menuduh HKU telah tunduk pada tekanan China dan menyebutnya sebagai “akhir dari kebebasan akademik” di kota tersebut.

“Saya sedih menyaksikan runtuhnya universitas tercinta saya,” kata pria berusia 60 tahun itu dalam sebuah unggahannya di Facebook.

Pada saat itu, ia sudah menghadapi tuduhan subversif di bawah NSL karena mengorganisir apa yang para pejabat Hong Kong dan China sebut sebagai pemilihan pendahuluan yang “ilegal”.

Sang Murid - Joshua Wong

Salah satu aktivis pro-demokrasi Hong Kong paling terkenal yaitu Joshua Wong. Ia telah menjadi aktivis sejak usianya 14 tahun.

Pada tahun 2014, ia menjadi ikon dalam Gerakan Payung, sebuah protes massal mahasiswa dengan payung sebagai simbolnya. Aksi ini muncul bersamaan dengan Occupy Central.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com