Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Itu Hong Kong 47 dan Apa Tujuan Mereka?

Kompas.com - 30/05/2024, 16:49 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber BBC

Pada usia 20 tahun, ia dipenjara untuk pertama kalinya karena aksi aktivisme. Setelah itu, ia kembali dipenjara beberapa kali, terutama pada tahun 2019 ketika ikut bergabung melakukan unjuk rasa menentang rancangan undang-undang ekstradisi yang sangat kontroversial – undang-undang yang memungkinkan warga Hong Kong dikirim ke daratan China untuk diadili.

Protes terhadap RUU tersebut berlangsung selama berbulan-bulan. Wong termasuk dalam rombongan ribuan orang yang melakukan pengepungan selama 15 jam terhadap markas polisi di distrik Wan Chai. Mereka melempari bangunan itu dengan telur dan mencoret-coret dindingnya.

Jaksa penuntut mengatakan Wong yang memimpin protes tersebut dengan mengacu pada video yang menampilkan Wong sedang menyerukan massa untuk “mengepung markas polisi sepenuhnya.”

Wong pun dipenjara karena telah terlibat dan ditempatkan di sel isolasi. Ia mengaku bersalah namun tetap menantang: “Mungkin pihak berwenang ingin saya tetap dipenjara. Namun saya yakin bahwa baik jeruji penjara, larangan pemilu, maupun kekuasaan sewenang-wenang lainnya tidak akan menghentikan kami dalam melakukan aktivisme.”

Di tengah-tengah menjalani hukuman tersebut, Wong kembali didakwa atas tindak subversif di bawah NSL.

Sang ‘Revolusioner’ - Rambut Panjang

Leung Kwok-hung merupakan mantan anggota parlemen oposisi yang menjadi salah satu dari barisan aktivis yang dinyatakan bersalah atas tindakan subversif. Namun, ia lebih dikenal dengan sebutan Rambut Panjang karena gaya rambutnya. Ia sebelumnya pernah menggambarkan dirinya sebagai “revolusioner marxis”.

Pria berusia 68 tahun itu dikenal karena sandiwara politiknya. Salah satu aksi ikoniknya adalah melemparkan pisang sebagai tanda protes.

Ketika dilantik kembali sebagai anggota parlemen pada tahun 2016, ia melepaskan balon dengan spanduk politik dan memegang payung kuning untuk menyatakan bahwa “Gerakan Payung tidak akan pernah berakhir.” Akibatnya, ia  didiskualifikasi dari dewan. Selanjutnya, ia beberapa kali ditangkap dan dipenjara karena ikut serta dalam protes tahun 2019.

Saat NSL diberlakukan tahun 2020, ia menikah dengan Vanessa Chan yang juga dikenal sebagai Chan Po-ying. Sama seperti si Rambut Panjang, Chan juga merupakan aktivis terkemuka. Mereka berdua termasuk dalam anggota pendiri sebuah partai politik, Liga Sosial Demokrat.

Mereka memutuskan menikah agar memiliki hak hukum lebih besar ketika salah satu dari mereka dipenjara. Hanya 40 hari setelah menikah, Leung didakwa.

Sang Aktivis Lama - Claudia Mo

Claudia Mo yang dikenal dalam bahasa Kanton sebagai Bibi Mo adalah anggota parlemen oposisi terkemuka. Ia pernah menjadi jurnalis di kantor berita AFP di mana ia sempat meliput tindakan brutal China di Lapangan Tiananmen tahun 1989.

Wanita berusia 67 tahun itu berkontribusi dalam pendirian Partai Civic, sebuah partai oposisi pada tahun 2006. Pada tahun 2012, ia memenangkan kursi di Legco. Ia bahkan melepaskan kewarganegaraan Inggris-nya demi mengambil pekerjaan tersebut.

Bibi Mo termasuk di antara 15 anggota parlemen yang mengundurkan diri secara bersamaan dari LegCo setelah empat anggota parlemen pro-demokrasi digulingkan pada November 2020. Akibatnya, LegCo pun akhirnya tidak memiliki kehadiran oposisi sama sekali.

“Kami harus melakukannya,” katanya saat itu. “Kita perlu melakukan protes terhadap tindakan keras Beijing terhadap Hong Kong – untuk membungkam perbedaan pendapat terakhir di kota tersebut.

Pada 6 Januari 2021, polisi “mendobrak ruang tamu” nya dan menangkap Mo. Hingga kini, Mo masih berada dalam penjara. Bahkan, Mo tidak diizinkan mengunjungi suaminya yang sedang sakit.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com