CHICAGO, KOMPAS.com - Kota-kota di Amerika Serikat bagian Barat Tengah atau Midwest kini diselimuti cuaca dingin mematikan, yang telah menewaskan 7 orang.
Suhu udara di Chicago, Illinois, turun menjadi -30 derajat Celcius, lebih dingin dari Antartika.
Diwartakan BBC, Kamis (31/1/2019), cuaca dingin akan dirasakan 250 juta warga AS dan 90 juta orang di antaranya akan menghadapi suhu -17 derajat Celcius atau lebih rendah.
Baca juga: Cuaca Dingin Ekstrem Landa AS Tewaskan 7 Orang
Para petugas di Chicago berupaya membuat transportasi umum seperti kereta komuter tetap beroperasi di tengah suhu udara yang sangat dingin.
Api tampak membara di rel pada Selasa lalu untuk menjaga kereta komuter tetap dapat beroperasi.
Tapi tunggu dulu, laporan CNN menyebut petugas di Metra tidak sungguh-sungguh membakar rel. Nyala api itu berasal dari pemanas gas di sepanjang rel agar menjaganya tetap hangat.
Metra memakai sistem pemanas tubular dan peniup udara untuk menghangatkan lintasan yang dingin.
"Kapan saja ketika berada di bawah titik beku, alat ini digunakan," kata juru bicara Metra, Michael Gillis.
Dia mengatakan, sistem kereta lainnya di Amerika Utara juga telah menggunakan teknologi serupa.
Chicago’s Metra Rail uses actual FLAMES to warm up the tracks switches! pic.twitter.com/kCbTvCOHnG
— RT (@RT_com) 30 Januari 2019
Lalu, mengapa hal tersebut perlu dilakukan?
Lintasan yang dipengaruhi oleh cuaca dingin ekstrem dapat menghasilkan masalah, seperti kerusakan rel akibat dua rel terpisah pada sambungannya.
Cuaca dingin menciutkan logam dan memisahkan rel sehingga lintasan yang dipanaskan dengan api akan mengembangkan logam hingga kedua rel dapat disatukan kembali.
Baca juga: Ketika Trump Butuh Global Warming saat Musim Dingin Landa AS
Musim dingin menyebabkan salju dan es juga menyumbat sakeral pengontrol rek kereta Metra Chicago sehingga dapat menghentikan perjalanan kereta. Sistem pemanas dapat digunakan untuk membuka sumbat itu.
Petugas yang bekerja dengan shift 12 jam harus tetap berada di area rel ketika sistem pemanas dinyalakan sehingga dapat memantau pergerakan api.
Beberapa ikatan rel terkadang rusak akibat panas, namun metode ini dinilai jauh lebih aman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.