Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Generasi Hilang Tertua di Komunitas Aborigin Genap Berusia Seabad

Kompas.com - 10/06/2017, 09:03 WIB

MELBOURNE, KOMPAS.com - Harry Bennett baru saja memasuki usia 100 tahun tapi kelahirannya, tadinya, sama sekali tak diharapkan.

"Saya lahir di Stasiun Telegram Tua di wilayah Tennant Creek," kenangnya.

Ia menuturkan, "Ibu dan ayah saya saling jatuh cinta, Anda tahu maksud saya kan? Dan saya-lah hasilnya."

Ayah Harry berkulit putih sementara ibunya adalah warga Aborijin.

Tapi saat ibunya hamil, nenek Harry menyuruhnya untuk membunuh sang bayi sebab ia tak ingin keluarganya dipermalukan karena memiliki anak berkulit hitam.

"Mereka bilang, ‘nanti saat kamu melahirkan bayi itu, bunuh dia’ ... jadi orangtua saya bilang ‘baiklah’, bukannya kembali ke Helen Springs (wilayah utara Australia) mereka malah pergi ke Tennant Creek dan saya-lah hasilnya," ujar Harry.

Anak-anak dikubur dalam pasir

Pada saat itu, jika seorang warga kulit putih memiliki pasangan perempuan Aborigin, itu tergolong kejahatan, jadi ayah Harry pergi untuk menghindari hukuman penjara selama tujuh tahun.

Baca: Untuk Pertama Kali Warga Aborigin Menjadi Menteri di Australia

Tapi ibunya menghadapi lebih banyak rintangan. Ia dipaksa melindungi Harry dari polisi yang mencari anak-anak Aborigin berdarah campuran.

"Ketika polisi datang, nenek dan kakek saya, bersama semua orangtua, biasa mengubur anak-anak mereka di pasir," kata Bernadine Hooker, putri Harry.

"Mereka dibekali sedotan yang mencuat dari pasir dan cuma itulah yang bisa mereka hirup,” sambungnya.

"Anak-anak ketakutan sebenarnya tapi itu harus dilakukan jika tidak, polisi akan membawa paksa mereka tiba-tiba," kenang Bernadine.

Metode ini berhasil sampai Harry berumur empat tahun dan ia akhirnya dibawa paksa.

Harry adalah anggota tertua dari generasi Aborigin yang hilang dan sekarang tinggal di wilayah Katherine, sekitar 600 km di utara Tennant Creek.

Sang ibu lebih menderita

"Saya diberi tahu bahwa ia dimasukkan ke dalam truk barang yang tua, dengan banyak anak lainnya dan mereka baru saja diambil dari orangtua mereka," kata Bernadine.

"Tapi ia lalu bercerita tentang ibunya dan bagaimana ia bergantung pada truk itu dan bagaimana ia terseret beberapa mil di tanah dan akhirnya tak tahan lagi,” lanjutnya.

Baca: Orang Papua dan Aborigin "Bersaudara", Terpisah 37.000 Tahun Lalu

Ia menambahkan, "Akhirnya ia melepaskannya, ia meraung, berteriak memanggil ayah tapi sejauh itu yang bisa ia katakan pada saya, ia tak bisa menceritakannya kepada saya lagi, terlalu menyakitkan."

Harry Tak pernah melihat ibunya lagi. "Saya khawatir dengan ibu saya, untuk apa saya dibawa?" kata Harry.

"Ia pasti lebih menderita dari saya, memikirkan diri saya dan bagaimana saya tumbuh dewasa,” sebut Harry.

"Ia pastinya memikirkan tentang saya yang semakin besar dan bertanya-tanya apakah saya mulai bertambah tinggi atau gemuk atau apalah. Saya belum pernah melihat ibu saya sejak hari itu," ceritanya.

Jadi tunarungu

Harry kemudian dibawa ke utara menuju ke sebuah tempat di Darwin lalu mengarah ke Pine Creek dan berakhir di The Bungalow di Alice Springs, tempat untuk anak-anak yang telah diambil dari orangtua mereka.

"Saya tahu ayah saya diperlakukan sewenang-wenang oleh orang tertentu," kata Bernadine.

Baca: Kritik Cara Hidup Warga Aborigin, PM Abbott Dikecam

Ia lalu menceritakan, "Setiap kali ia berjalan melewati ayah saya, ia akan memukul telinga ayah saya dan ayah akhirnya mengalami tunarungu karena hal ini."

Harry kini memiliki 3 anak, 13 cucu, dan 24 cicit.

Mereka harus menggunakan papan tulis kecil untuk berkomunikasi dengannya.

Merasa tak setua itu

Meski ketidakadilan itu terjadi di zaman dahulu, Bernadine mengatakan bahwa memori itu masih melukai keluarganya.

"Ini memengaruhi seluruh keluarga ... ada banyak yang tak ia bicarakan, ada banyak hal yang ingin kami ketahui," tuturnya.

Ia menyambung, "Masih banyak di luar sana yang masih ingin kami ketahui dan yang paling menyakitkan dari semuanya adalah kami tak mengetahui keluarga dari sisi ayah saya."

Tapi Harry tak memandang hidup dengan pahit meski perjalanannya penuh dengan tragedi.

"Saya tak khawatir tentang apapun, tak ada yang mengkhawatirkan saya," aku Harry.

"Ketika saya bangun di pagi hari, itu benar-benar hari baru, hari lain seperti biasa. Saya bahkan tak berpikir bahwa saya setua itu!," ujarnya.

Baca: Berkenalan dengan Budaya Aborigin di Waradah Aboriginal Centre

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com