MANILA, KOMPAS.com - Pertempuran antara militer Filipina dan kelompok pemberontak Komunis, marak kembali di beberapa tempat di Filipina Selatan.
Kondisi ini merupakan ekses dari keputusan Presiden Rodrigo Duterte menghentikan gencatan senjata enam bulan dengan kelompok pemberontak, Sabtu (4/2/2017).
Duterte juga menghentikan rencana perundingan damai yang mestinya berlangsung 22-25 Februari di Norwegia.
Salah seorang penasihat kelompok pemberontak, Luis Jalandoni, mengungkapkan keinginan kubu komunis.
Jalandoni menyebut, mereka ingin pembicaraan damai dilanjutkan untuk mengakhiri pemberontakan selama 48 tahun yang sudah menewaskan sekitar 40.000 orang.
"Kami berpendapat perundingan damai tetap mungkin walau tidak ada gencatan senjata," kata Jalandoni dalam wawancara pertelepon dengan Radio DZMM.
Dia juga menuduh pemerintah melanggar gencatan senjata dengan mengerahkan pasukan di 500 kampung-kampung di seluruh negara, dan meneruskan operasi pengamatan, yang memicu pertempuran.
Sebelum Presiden Duterte menghentikan gencatan senjata, masing-masing menuding pihak lainnya yang melanggar kesepakatan.
Sementara salah seorang pemimpin pemberontak, Ariel Arbitrario -yang dibebaskan pemerintah bersama belasan gerilyawan lain tahun lalu- sudah ditangkap kembali di salah satu pos pemeriksaan tentara di Davao City.
"Dia ditangkap berdasarkan pernyataan Presiden Duterte untuk menangkap kembali semua yang dibebaskan sementara untuk ikut dalam perundingan damai," kata Jurubicara militer, Kapten Rhyan Batchar, kepada para wartawan, Senin (6/2/2017).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.