MANILA, KOMPAS.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Jumat (3/2/2017), mengakhir gencatan senjata dengan pemberontak komunis yang dilakukan sejalan dengan proses perundingan tahun lalu.
Keputusan itu diambil dua hari setekah Partai Komunis Filipina mengumumkan secara sepihak untuk mengakhiri gencatan senjata.
Militer Filipina kemudian mengatakan, selama sepekan saja sebanyak enam orang prajurit tewas akibat serangan pemberontak komunis.
"Saya kehilangan banyak prajurit hanya dalam waktu 48 jam, maka saya berpikir melanjutkan gencatan senjata tak akan menghasilkan sesuatu," ujar Duterte dalam pidatonya.
"Saya sebenarnya tak ingin melakukan ini tetapi inilah yang diinginkan komunis, tak ada lagi yang bisa saya lakukan. Jadi mari berperang hingga 50 tahun lagi," kata Duterte.
Duterte tak menjelaskan apakah rencana pembicaraan damai putaran keempat yang dijadwalkan digelar di Oslo, Norwegia pada April mendatang juga akan dihentikan.
Perundingan di Italia pekan lalu berakhir tanpa kesepakatan apapun atau penghentian tembak menembak secara permanen.
Duterte mengatakan, dia sangat kecewa dengan kondisi ini karena dia yakin pemerintahannya memiliki peluang emas untuk mencapai kesepakatan damai dengan pemberontak.
Dalam pidatonya, Duterte juga mengkritik pemberontak yang mengajukan tuntutan yang disebutnya tak masuk akal misalnya pembebasan 400 anggotanya yang dipenjara pemerintah.
Duterte mengatakan, dia sudah membebaskan 18 pemimpin pemberontak untuk memulai pembicaraan damai tahun lalu tetapi Duterte menegaskan dia juga harus menjamin keselamatan pasukannya.
"Saya sangat ingin mencoba tetapi tuntutan mereka terlalu besar dan tak mungkin saya penuhi," kata Duterte.
Sementara itu, keputusan Duterte mengakhir gencatan senjata disambut baik panglima angkatan bersenjata Filipina Jenderal Eduardo Ano.
"Kami akan mengejar dan mencegah mereka melakukan kekerasan dan kegiatan kriminal di tengah masyarakat. Dan kami akan menghantam mereka dengan keras," ujar Eduardo.
Kedua pihak yang berseteru menyatakan gencatan senjata secara terpisah pada Agustus tahun lalu dan semua kesepakatan informal dilakukan di saat pembicaraan berlangsung di Roma.
Namun, pada Rabu pekan lalu, pemberontak komunis menyatakan mengakhiri gencatan senjata dan menudung aparat Filipina melakukan pelanggaran HAM di beberapa desa yang dikuasai pemberontak.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.