Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan Lawrencia, Warga Kulit Hitam

Kompas.com - 21/11/2016, 15:04 WIB
Karim Raslan

Penulis

"Orang-orang seperti saya biasanya lebih memilih identitas sebagai orang Afrika bukan Afrika Amerika atau hitam. Bahkan imigran lain melihat orang kulit hitam sebagai orang kelas bawah."

Lawrencia menceritakan bagaimana orang Haiti, Dominika, dan Afrika lainnya mengaku dirinya sebagai orang kulit putih ketika menjadi responden di dalam riset pasar dan konsumen yang dilakukannya.

"Tumbuh di D.C, kami mengenal 'the jump out'. Itu ketika polisi berpatroli dengan mobil tanpa tanda polisi, lalu tiba-tiba melompat keluar dari mobilnya dan mengintimidasi kelompok remaja di saat kami sedang berkumpul santai. Mereka tidak proporsional dengan menargetkan remaja hitam, sebab hal itu tidak terjadi di pinggiran kota yang didominasi warga kulit putih seperti di Maryland tempat sepupu saya dibesarkan."

"Saya tidak berpikir ada persatuan di dalam masyarakat kami. Ini membuat darah saya mendidih, melihat bagaimana kami menampilkan diri kami di hadapan masyarakat global. Ketika Barack Obama terpilih seolah ada sebuah kesatuan cerita. Kelompok-kelompok yang berbeda bersatu atas masalah-masalah yang berbeda."

Banyak laporan sebelum hari pemilihan menyebutkan jumlah pemilih awal di kalangan masyarakat kulit hitam itu rendah—terhitung hanya 16 persen dibandingkan 25 persen pada pemilihan presiden 2012.

Beralihnya suara warga keturunan Afrika Amerika yang miskin disebut sebagai salah satu penyebab kekalahan Hillary Clinton. Beberapa warga Afrika Amerika yang saya temui mengungkapkan kekecewaannya terhadap Presiden Obama dan melihatnya sebagai hasil kerja Partai Demokrat.

"Ada persepsi di masyarakat bahwa Obama tidak melakukan apa-apa bagi warga hitam, tapi dia memang bukan presiden orang kulit hitam, dia adalah presiden Amerika Serikat."

"Obama melakukan banyak hal yang menguntungkan masyarakat seperti Obamacare. Banyak yang tidak memahami hambatan yang dihadapinya,” kata Lawrencia menyinggung mayoritas kongres yang dikuasai Partai Republik.

"Apa yang membuat saya frustasi dengan kampanye Partai Republik adalah karena kampanyenya dibangun di atas kebohongan; pekerjaan manufaktur yang sama tidak akan kembali. Ini seperti ketika seorang pria mengatakan kepada seorang gadis semua yang si gadis ingin dengar di saat kencan pertama, agar dia dapat pulang ke rumah dengannya di akhir malam.”

"Partai Republik bermain kotor dan Demokrat tidak tahu bagaimana bermain politik--mereka lebih peduli bagaimana benar secara politik. Terlepas dari bagaimana mereka berusaha benar, kandidat Demokrat masih tetap saja dipandang tidak memiliki kejujuran."

"Donald Trump melakukan apa yang dia butuhkan untuk memang dengan mengorbankan kemajuan yang kami buat."

Apa yang Lawrencia harapkan dari pemerintah Republik yang baru? "Saya tidak percaya mereka memenangkan hati rakyat. Ini menyebalkan, tapi saya sepertinya ingin mereka gagal."

*Artikel CERITALAH USA--akan terbit setiap hari mulai Kamis (3/11/2016)-- merupakan rangkaian dari CERITALAH ASEAN, yang ditulis dari perjalanan Karim Raslan selama 10 hari ke AS dalam rangka mengamati pemilu di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com