Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Aleppo dari Dekat (1): Pandangan Mata Diplomat Indonesia

Kompas.com - 23/06/2016, 16:39 WIB

PengantarDuta Besar RI untuk Suriah, Djoko Harjanto. melakukan kunjungan kerja tiga hari ke Aleppo, Suriah utara, pekan lalu, 14-16 Juni. Djoko didampingi antara lain Pejabat Fungsi Konsuler dan Pensosbud, AM Sidqi, yang menuangkan pengalamannya lewat laporan ini.

                                                     ***

ALLEPO, KOMPAS.com - Perjalanan ke Aleppo, kota terbesar kedua setelah Damaskus, ibu kota Suriah,  pekan lalu, sangat mendebarkan dan menegangkan. 

Sebelum perang saudara berkecamuk di Suriah,  perjalanan darat dari Damaskus ke Aleppo di Suriah utara,  ditempuh melalui udara selama satu jam atau darat empat jam.

Namun, setelah perang saudara berkecamuk dalam lima tahun ini, perjalanan ke Aleppo hanya bisa ditempuh lewat darat dengan waktu tempuh sedikitnya 7 jam. Tak ada  penerbangan.

Jalan yang dilalui pun harus melewati puluhan pos pemeriksaan dan jalan memutar melalui kota-kota Homs, Al-Salamiyah, Ithriyah, Khanaser, Al-Safirah, baru tiba di Aleppo.

Selama di perjalanan, rombongan melintasi banyak perkampungan yang hancur karena perang dan kini telah ditinggalkan penghuninya.

Rombongan juga melewati jalan tanah sebelum masuk ke jalan aspal untuk menghindari wilayah konflik, juga kerap kali berpapasan dengan panser, tank baja, dan patroli tentara pemerintah.

Bahkan untuk memasuki kota Aleppo saja, rombongan harus memutar jauh ke melalui jalanan tanah untuk menghindari snipper (penembak jitu).

Kondisi tidak jauh beda juga terjadi di dalam kota Aleppo. Jalan raya yang mengitari kota Aleppo dan jalanan utama kota itu ditutup, sehingga harus melewati jalan sempit dan berkelok-kelok.

“Kita bukan mau jalan-jalan ke Aleppo ini,” tegas Dubes Djoko, sebagaimana dilaporkan AM Sidqi kepada Kompas.com.

“Ini adalah bentuk totalitas tanggung jawab kita dalam menjalankan misi perlindungan WNI di wilayah konflik,” kata Djoko.

Berdasarkan pengamatan langsung selama kunjungan, kondisi Aleppo sebagai kota makmur tumpuan industri dan perdagangan Suriah berubah 180 derajat.

Aleppo kini dikenal sebagai salah satu kota yang paling hancur dan paling tidak aman di Suriah.

Wilayah Aleppo yang paling hancur dan masih terus berlangsung baku tembak hingga berita ini ditulis, antara lain di kawasan Kota Tua, Distrik Ramouse, Amiriyah, Hamadaniah, dan Salahudden yang dikuasai oleh pasukan oposisi Free Syrian Army (FSA).

Kawasan Kota Tua meliputi Masjid Umawi Aleppo dan Benteng Aleppo.

Rumah dan gedung hancur oleh kedua belah pihak yang bertikai. Banyak penduduk kota telah mengungsi ke Lattakia, Tartous, dan Damaskus.

Sementara penduduk Aleppo yang bertahan mencoba untuk bangkit menata kembali kehidupan di tengah kesulitan yang mendera mereka.

Berbeda dengan pemberitaan media Barat yang menyebut kondisi Aleppo hancur total. Pemerintah Suriah masih menguasai sebesar 25 persen dari total wilayah kota Aleppo.

Di wilayah yang dikuasai pemerintah, sendi-sendi kehidupan masih berjalan, meski air dan listrik menjadi sangat langka.

Kondisi keamanan Aleppo sangat rentan karena oposisi dan kelompok teroris menembakkan mortir secara acak dan membabi buta ke arah wilayah pemerintah.

Penembak jitu juga merajalela di gedung-gedung kota.

Pensosbud KBRI Damaskus Sisi lain kota Aleppo yang dikuasasi oleh Pemerintah Suriah, tampak masih utuh.

Lantai paling atas Hotel Al-Shahba, tempat rombongan  Dubes Djoko menginap pernah terkena mortar berkali-kali, juga kesulitan air dan listrik.

Bahkan restoran, tempat makan malam Dubes RI pada Rabu (15/6/2016)  menjadi sasaran penembak jitu tidak jauh dari tempat Dubes RI duduk di restoran tersebut.

Di sela-sela kunjungan resmi, Dubes RI juga bertemu  dengan koordinator lapangan organisasi-organisasi PBB, Rami.

Setidaknya terdapat delapan organisasi PBB yang beroperasi di Aleppo, yaitu UNICEF, UNHCR, UNWP, UNOCHA, IOM, UNHABITAT, WHO, dan UNOAC.

Organisasi PBB itu memiliki 63 warga Suriah dan tujuh staf internasional dari Sri Lanka dan India yang bergerak di 170 daerah dan menangani sekitar 200.000 pengungsi di dalam negeri.

Oposisi kerap kali melontarkan mortir secara acak ke arah wilayah pemerintah.

“Yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat di luar Aleppo, pada saat kampanye #AleppoBurning marak di media sosial, justru wilayah pemerintah cukup parah dihujani dengan ribuan mortir selama tiga hari tak henti,” ujar Rami.

“Termasuk di antaranya lantai 21 hotel tempat Dubes RI menginap di Aleppo hancur akibat serangan mortir,” katanya.

Penyaluran bantuan kemanusiaan organisasi-organisasi PBB juga tetap atas seizin dan bekerja sama Pemerintah Suriah.

Melalui kantor PBB di Geneva, Pemerintah Inggris memberikan sumbangan kemanusiaan untuk Aleppo terbesar, yaitu sekitar 200 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,6 triliun.

Totalitas perlindungan WNI dan keberanian Dubes RI melakukan kunjungan kerja ke Aleppo menjadi perhatian banyak pihak di Suriah, selain kementerian luar negeri, pihak keamanan, pemerintah daerah, hingga media massa.

Selain disambut dengan antusias oleh Gubernur Aleppo dan KADIN Aleppo, kunjungan kerja Dubes RI juga mendapatkan liputan dari banyak media di Suriah. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com