Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancam Kelompok LGBT via Facebook, Lelaki Ini "Diserang Balik"

Kompas.com - 14/06/2016, 18:59 WIB
Ericssen

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - Seorang warga Singapura bernama Bryan Lim dilaporkan ke polisi menyusul ancaman yang dia lontarkan melalui jejaring sosial Facebook.

Seperti diberitakan laman Straits Times, Senin (13/6/2016), pria ini menggegerkan para pengguna internet di Singapura setelah menulis ancaman yang ditujukan kepada kaum lesbian, gay, biseksual dan transgendet (LGBT).

“Saya warga Singapura, Saya 'NSMan' (sebutan untuk setiap pria yang telah menjalani wajib militer di Singapura), saya seorang ayah, dan saya bersumpah untuk melindungi tanah air saya," tulis dia.

"Berikan saya izin untuk 'menembakan api'. Saya ingin melihat £@€$^*s mati karena aksi mereka," tulis dia yang diduga menyasar kelompok LGBT.

Kesimpulan itu muncul karena Bryan mengunggah opininya itu pada kolom komentar dari sebuah unggahan berjudul “We Are Against Pink Dot”.

Laman itu dibuat untuk menentang gerakan "Pink Dot" yaitu aksi damai kaum LGBT. Acara tersebut telah digelar pada Sabtu, 4 Juni lalu.

Baca: Lautan Pink di Singapura, Kampanye Mencintai Tanpa Batas Orientasi Seksual

Komentar ini kontan mengejutkan kaum LGBT di Singapura. Mereka kemudian memutuskan untuk melaporkannya ke polisi.

Terlebih komentar ini dibuat dalam tempo berdekatan dengan insiden penembakan berdarah di klub malam gay di Orlando, Florida, Amerika Serikat.

“Saya baru memperhatikannya Minggu malam, insiden penembakan di Orlando yang membuat saya berpikir apakah orang-orang di negara ini juga memikirkan hal yang sama untuk melakukan aksi kekerasan” ucap Scott Teng, salah satu dari tiga pelapor.

Teng berharap kepolisian melakukan investigasi lebih jauh apakah ada ancaman sesungguhnya di balik komentar itu.

“Wajar ada sedikit kecemasan jika ada yang berpikir dan mengeluarkan pernyataan seperti itu, kita tidak pernah tahu apakah akan ada yang terinspirasi untuk melakukannya, walaupun Singapura sangatlah aman,” tambah dia.

Gerakan Pink Dot melalui juru bicaranya Paerin Choa mengutarakan keprihatinan atas kasus ini.

“Keberadaan seseorang yang punya pemikiran semacam itu dan secara terbuka memicu intoleransi didasarkan pemikirannya yang sempit sangatlah mencemaskan dan memprihatikan," kata Choa.

"Ini merupakan gambaran nyata bahwa kita tidak bisa menyepelekan apapun, dialog tetaplah perlu dilakukan untuk menjelaskan lebih jauh bahaya diskriminasi dan intoleransi," sambung dia.

"Kami percaya mayoritas warga Singapura menghargai perbedaan dan keanekaragaman, dan kami yakin otoritas dapat menjaga," ujar Choa lagi.

Kepolisian Singapura membenarkan adanya laporan itu, dan menyatakan proses investigasi sedang dijalankan.

Perkembangan terbaru yang dimuat di laman the Independent, pagi ini, Bryan telah merilis pernyataan meminta maaf atas komentarnya itu.

Dia mengatakan, hal ini hanyalah masalah kesalahpahaman. Dia menegaskan, tak bermaksud mengancam kaum LGBT.

Menurut dia, ancaman itu ditujukan kepada perusahaan asing seperti Bloomberg dan Google yang mensponsori kegiatan Pink Dot. 

Menurut dia, penyokongan kedua perusahaan besar atas acara macam itu merupakan intervensi asing yang tidak sepatutnya terjadi di Singapura.

“Saya tidak bermaksud ancaman senjata api atau kematian, yang saya maksud 'membuka api' perdebatan publik dan menyingkirkan perusahaan asing ini dari isu internal Singapura” tulisnya.

Bryan kini telah menghapus akun Facebook dan Linkedin-nya sesaat setelah klarifikasi itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com