Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Pertaruhkan Nyawa di dalam Got Penuh Limbah...

Kompas.com - 05/04/2016, 19:44 WIB

MUMBAI, KOMPAS.com - Dengan tangan kosong tanpa pengaman, Binod Lahot mengambil timbunan sampah di sebuah got di Kota Mumbai, India.

Pekerjaan itu dia lakoni setiap hari. "Ketika saya mau menyuapkan makanan ke mulut, saya merasa seperti bau limbah," kata Lahot, yang bekerja sebagai petugas kebersihan selokan di Mumbai.

"Tapi saya masih memakannya. Mengapa? Karena saya harus tetap hidup dan kembali bekerja besok," ungkap dia seperti dilansir laman BBC Indonesia, Selasa (5/4/2016).

Lahot tidak tahu berapa usianya, tetapi dia mengaku sudah melakoni pekerjaan itu selama lebih dari 20 tahun. Risiko pekerjaan yang dia tekuni ini tergolong tinggi.

Dia harus turun ke dalam got sedalam beberapa meter dan dikerubungi kecoa. Peralatan yang dipakainya pun relatif tidak memadai.

Misalnya, dia tidak memiliki masker untuk melindungi dari asap beracun yang dikeluarkan limbah.

Saat bekerja pun, Lahot hanya mengandalkan seutas tali yang diikat di jalan. Hanya tali itu yang akan menolongnya dari risiko tenggelam dalam arus air limbah.

Lahot mengaku, beberapa rekannya meninggal dunia akibat terseret arus limbah di dalam got. Terakhir, pada Minggu (3/4/2016), dua pekerja ditemukan mati lemas saat membersihkan saluran pipa di sebelah selatan Kota Bangalore.

Lalu, dua pekan lalu, dua pekerja kebersihan got di Mumbai juga tewas ketika tengah melakukan pekerjaan.

Serikat Pekerja mengklaim puluhan pekerja kebersihan got meninggal di India setiap tahun karena tidak diberi peralatan keselamatan.

Gaji mereka pun rendah. Pekerja seperti Lahot dibayar kurang dari lima dollar AS per hari  atau sekitar Rp66 ribu.

Angka kematian
Ismail Kazi, seorang pekerja berumur 45 tahun, tenggelam saat membersihkan got pada 2014.

Di satu ruangan dalam sebuah gubuk di Mumbai, istrinya, Rehana Kazi, mengatakan dia memilih untuk melakukan pekerjaan yang sulit dan berbahaya ini agar bisa menyekolahkan ketiga anaknya.

Istri Kazi menangis saat dia menceritakan bahwa anak sulungnya putus kuliah demi menghidupi keluarga mereka, setelah kematian sang ayah.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh serikat pembersih selokan di Mumbai, Kazi adalah satu di antara 28 pekerja yang tewas di kota itu sejak Mei 2014.

Balai kota Mumbai tidak memiliki data khusus untuk pekerja kebersihan saluran pembuangan. Namun,  tahun lalu perusahaan itu mengatakan, sebanyak 1.386 pekerja pemeliharaan telah meninggal selama enam tahun sejak 2009.

Selain para pekerja kebersihan got, terdapat pula para pekerja pemeliharaan, mereka adalah orang-orang yang bertugas untuk menyapu jalan-jalan kota dan membawa sampah ke tempat-tempat pembuangan sampah.

Pemerintah kota telah melakukan studi untuk mengkaji alasan di balik banyaknya kematian para pekerja ini.

Namun, petugas pemerintahan kota menolak untuk memberikan keterangan tentang mengapa tidak ada peralatan keselamatan atau asuransi yang ditawarkan kepada para petugas kebersihan tersebut.

Diduga, salah satu alasannya adalah karena sistem upah para pekerja.

Meskipun pemerintah kota merekrut sekitar 30.000 karyawan untuk menjaga kebersihan Kota Mumbai, pekerjaan yang lebih sulit dan berbahaya, --membuka saluran pembuangan, biasanya dilakukan oleh pekerja lepas yang dipekerjakan oleh pihak ketiga.

Pekerja lepas ini tidak memenuhi syarat untuk mendapat manfaat asuransi kesehatan atau jiwa.

B Samuel Banda merupakan salah satu kontraktor yang mempekerjakan para pembersih saluran pembuangan.

"Saya bertanya mengapa mereka tidak memberikan peralatan keselamatan?" kata dia.

"Kami kadang-kadang memberi mereka sarung tangan dan sepatu bot karet. Tapi itu bidang yang tidak terorganisasi. Kami bekerja dengan orang-orang yang berbeda setiap hari dan setelah pekerjaan berakhir, kami berpisah," sambung dia.

"Jadi sulit untuk membuat polis asuransi untuk para pekerja," tegasnya.

Korban jiwa
Kendati tidak ada survei nasional, tapi para pekerja sosial memperkirakan ada sekitar 100 pekerja kebersihan selokan meninggal setiap tahun di seluruh India.

Pada tahun 2014, Mahkamah Agung India memutuskan, keluarga para korban yang meninggal saat bekerja membersihkan selokan harus diberikan kompensasi sebesar 15.000 dollar AS,atau sekitar Rp198 juta, sejak tahun 1993.

Namun banyak orang-orang seperti Rehana Kazi belum mendapat kompensasi tersebut. "Kami tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Tidak ada seorang pun yang datang untuk menemui kami," kata istri Kazi.

Tahun lalu, Pemerintah India mulai mengumpulkan pajak terpisah dari para warga untuk mendanai sebuah kampanye kebersihan besar. Para pekerja seperti Vinod Lahot merupakan bagian integral dari rencana itu.

Walau pekerjaan mereka akan selalu menjadi sebuah tugas yang sulit, bukan berarti risikonya tidak bisa ditekan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com