Pernyataan ini muncul setelah Presiden Abbas menuding Hamas menjalankan "pemerintahan bayangan" di Jalur Gaza.
Akhir pekan lalu, Presiden Abbas mengancam akan mengakhiri kesepakatan rekonsiliasi dengan Hamas terkait kendali organisasi itu atas Jalur Gaza.
Namun, pernyataan Abbas itu memicu kemarahan dari Hamas. Juru bicara Fawzi Bahrum justru balik menuding Abbas mencoba menghancurkan rekonsiliasi dan mengembalikan "permainan" kepada AS dan Israel.
Hamas secara paksa mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza pada 2007, dibarengi pengusiran terhadap kelompok yang loyal terhadap Abbas dan memicu perpecahan dengan Fatah.
Perseteruan itu berlangsung bertahun-tahun hingga kedua pihak menandatangani sebuah kesepakatan rekonsiliasi pada April lalu.
Kesepakatan itu kemudian menciptakan formasi pemerintahan nasional, yang mulai bekerja pada 2 Juni, menyusul turunnya pemerintahan Hamas.
Kini hanya dua pekan setelah berakhirnya konflik Israel-Hamas selama 50 hari, perpecahan antara dua faksi Palestina itu kembali mencuat.
Padahal, selama konflik itu Hamas dan Fatah membentuk sebuah front bersama, bekerja bersama untuk melakukan perundingan tak langsung dengan Israel di Kairo yang berujung pada gencatan senjata yang disepakati pada 26 Agustus lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.