Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militan Suriah "Salibkan" Mayat untuk Teror Warga

Kompas.com - 03/05/2014, 13:18 WIB
DAMASKUS, KOMPAS.COM — Adegan mengerikan berikut tertanam selamanya dalam ingatan seorang saksi mata. Sejumlah pria bertopeng menyeret mayat seorang lelaki yang berlumuran darah melintasi sebuah alun-alun di Suriah. Mereka mengikat mayat itu di sebuah tiang besi sehingga terlihat sedang disalibkan.

Seutas tali warna hijau mengikat kedua lengan mayat itu yang terentang di papan kayu, sementara darah merembes dari luka tembak di kepalanya.

CNN melaporkan peristiwa itu pada Jumat (2/5/2014) berdasarkan beberan saksi mata tersebut. Menurut saksi itu, yang oleh CNN disebut sebagai Abu Ibrahim (bukan nama sebenarnya), para milisi Suriah membungkus tubuh bagian atas mayat itu, yang masih mengenakan kaus yang agak gelap, dengan apa yang tampak seperti kertas besar. Di kertas itu tertera tulisan warna merah dalam bahasa Arab yang berbunyi, "Orang ini melawan kaum Muslim dan meledakkan sebuah IED (peledak) di sini."

Abu Ibrahim melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar menyaksikan. Dia melangkah lebih dekat dan mengambil sejumlah foto dengan telepon genggamnya. Sejumlah anak di sekelilingnya, yang memiliki rasa ingin tahu, ternganga saat melihat tontonan mengerikan tersebut.

CNN melaporkan, Abu Ibrahim meminta agar identitasnya dirahasiakan karena takut akan pembalasan. Foto-foto Ibrahim mendokumentasikan sesosok mayat yang seakan mengalami penyaliban, dan sebentuk pesan dari adegan di kota Raqqa di Suriah utara. Sebuah kelompok sempalan Al Qaeda, yaitu Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), mengatakan, pertunjukan brutal itu bermaksud menjadi pelajaran bagi siapa saja yang berani menantang kekuasaannya.

Selama tiga hari, mayat pria yang "disalibkan" itu dan korban lain dilaporkan tetap tergantung di Raqqa.

"Apa yang mereka (milisi) hendak sampaikan yaitu bahwa mereka yang menentang kekuasaan ISIS berarti menentang kekuasaan Allah, dan mereka yang menjadi musuh ISIS berarti musuh Allah dan pantas untuk mendapatkan bentuk hukuman tertinggi yang dimungkinkan," kata Abbas Barzegar, asisten profesor studi Islam di Georgia State University, AS.

Kelompok jihad itu total melakukan tujuh eksekusi terbuka di Raqqa pada Selasa lalu, tetapi hanya dua mayat yang ditampilkan sesudah itu, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok pemantau yang berbasis di London.

Abu Ibrahim, anggota sebuah kelompok anti-ISSI yang baru saja terbentuk di Raqqa, mengatakan, lima korban lainnya adalah anak-anak yang masih berusia di bawah 18 tahun. Salah satu dari mereka bahkan siswa kelas tujuh atau kelas satu SMP.

Menurut CNN, penyaliban yang dipertontonkan itu dimulai pada Maret lalu saat ISIS menuduh seorang gembala melakukan pembunuhan dan pencurian. Gembala itu kemudian ditembak di kepalanya dan mayatnya diikat di sebuah kayu salib.

"Kekerasan tersebut merupakan bagian dari kampanye pembalasan kaum fundamentalis, tetapi bentuk-bentuk hukuman kuno itu sudah sangat jarang walau pernah terlihat di dunia Muslim dalam beberapa abad terakhir," kata Barzegar kepada CNN. "Hal itu telah menjadi ciri standar kelompok-kelompok Islam pinggiran untuk menghidupkan kembali praktik-praktik usang dalam upaya menghidupkan kembali apa yang mereka anggap sebagai yang paling otentik."

Sejauh ini, tak ada bukti bahwa penyaliban benar-benar dilakukan. Penyaliban merupakan sebuah bentuk eksekusi menyakitkan, yakni para korban diikat atau dipaku di tangan dan kaki di sebuah kayu salib yang berat dan dibiarkan menderita sampai mati.

Tiga orang di Raqqa itu telah ditembak di kepala sebelum dipajang di kayu salib. Aksi mempertontonkan mayat mereka secara terbuka di tiang salib tampaknya merupakan tindakan simbolis para anggota ISIS untuk melawan anggotanya sendiri dari kalangan Sunni terkait tindakan yang dianggap sebagai pengkhianatan.

"ISIS perlu menambahkan makna pada setiap pembunuhan mereka. Kalau hanya sekadar membunuh di sebuah negara yang sedang dilanda perang tidak bermakna apa-apa, maka mereka perlu melampirkan pesan atau propaganda atas apa yang mereka lakukan," kata Barzegar.

Pada saat perang sipil Suriah menciptakan kekosongan kekuasaan, kelompok-kelompok seperti ISIS telah melangkah masuk dengan membawa tafsiran mereka sendiri soal hukum Syariah demi  menguasai penduduk sipil yang kelelahan dan diteror. CNN melaporkan, sejumlah fatwa kerap muncul dalam semalam pada selebaran yang mencolok, dengan peringatan-peringatan yang mengerikan.

"Semua pemilik toko harus menutup toko mereka segera setelah suara azan dan pergi ke masjid," kata sebuah dekrit yang dilaporkan telah di-posting minggu ini. "Setiap pelanggaran setelah penerbitan pengumuman ini akan menghadapi konsekuensi."

Menurut seperangkat aturan yang dikeluarkan untuk minoritas Kristen Raqqa, anggota kelompok itu harus membayar pajak khusus untuk para militan dan tidak boleh mengenakan kalung salib, memperbaiki gereja, atau berdoa di hadapan umat Islam, kata laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia pada Februari.

Walau penyaliban punya resonansi khusus dengan Alkitab, pertunjukkan mengerikan dan brutal di Raqqa itu tidak punya hubungan langsung dengan simbolisme Kristen, kata Barzegar. Para korban ISIS yang mayatnya digantung di salib itu semuanya Muslim.

Setelah hampir setahun berada di bawah penindasan ISIS, Abu Ibrahim dan sekitar 20 aktivis lainnya membentuk kampanye pada April yang mereka sebut "Raqqa Sedang Dibantai Secara Diam-diam" guna mendorong kelompok yang main hakim sendiri pergi dari kampung halaman mereka. "Setelah kami mencapai keyakinan yang solid, tanpa bayangan keraguan, bahwa (Raqqa) menjadi panggung tontonan mengerikan yang merusak inti sesungguhnya dari revolusi Suriah, kami memutuskan sudah waktunya kami berdiri melawan kekuatan-kekuatan jahat," demikian antara lain isi dokumen pendirian kampanye tersebut.

ISIS segera bereaksi atas kampanye itu. Kelompok itu menghukum para aktivis dengan hukuman mati karena "tidak percaya pada Islam dan advokasi mereka terhadap sekularisme." ISIS bahkan menawarkan hadiah uang tunai dalam jumlah besar bagi informasi tentang keberadaan anggota kelompok kampanye itu, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

"Ini merupakan kewajiban kami untuk menghadapi mereka (ISIS) dan jika kami tetap takut terhadap mereka maka mereka akan menjajah kami selamanya. Memang benar ini berbahaya dan kami telah menerima lebih dari satu kali ancaman kematian, tetapi kami mengandalkan popularitas halaman Facebook kami sebagai perlindungan," kata Abu Ibrahim kepada CNN melalui koneksi Skype.

Di halaman Facebook mereka yang memiliki hampir 12.000 pengikut, para aktivis mem-posting perkembangan terkait dugaan kejahatan yang dilakukan ISIS terhadap rakyat Raqqa dan menerbitkan seruan untuk bertindak, seperti mengusulkan pemogokan para pemilik toko pada hari Sabtu untuk memprotes kenaikan pajak oleh ISIS.

"Hidup di sini sangat sulit. Orang-orang lelah dan mereka membenci segalanya. Jika Anda tidak menutup toko Anda selama waktu shalat Anda mendapatkan cambukan, jika Anda merokok Anda mendapatkan cambukan, jika Anda mengatakan satu hal yang salah Anda dapat dieksekusi. Semudah itu bagi ISIS," kata Abu Ibrahim.

PBB, oposisi Suriah, dan kelompok hak asasi manusia telah menguatkan adanya adegan horor di Raqqa. Awal tahun ini, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Navi Pillay, mengatakan, laporan tentang eksekusi massal di Raqqa mungkin menjadi kejahatan perang, dan dalam laporan terpisah yang diterbitkan bulan lalu, kantor Pillay mendokumentasikan penyiksaan dan berbagai perlakuan buruk, termasuk pemukulan berulang-ulang tahanan di sejumlah sekolah dan rumah sakit yang dikendalikan ISIS.

"Begitu banyak keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih mereka dan mereka tidak tahu di mana mereka atau apa yang terjadi pada mereka. Bagian terburuk adalah orang terlalu takut untuk bertanya tentang suami atau anak-anak mereka," kata Abu Ibrahim.

Hampir setiap setelah shalat Jumat, sejumlah tahanan muncul di publik di mana puluhan penonton berdiri saat dakwaan dibicarakan secara tergesa-gesa dan hukuman terhadap terdakwa dilakukan, mulai dari cambukan hingga eksekusi. Sejumlah foto mengerikan sering beredar di situs media sosial, kadang-kadang di-posting oleh akun yang mengaku punya kaitan dengan kelompok ekstremis.

"Laksana air terjun dari darah. Ada lebih banyak eksekusi dan sekarang anak-anak menonton sepertinya mereka sudah terbiasa dengan itu. Itu merupakan adegan yang aneh dan menarik dan mereka tidak takut untuk melihat," kata Abu Ibrahim.

Serangan militer ISIS melawan bahkan para mantan sekutunya. Komando pusat Al Qaeda pada awal tahun ini telah menyangkal bahwa ISIS merupakan afiliasinya. Namun pemimpin kelompok itu, Abu Bakr al Baghdadi, berjanji untuk tetap tinggal di Suriah dan melawan semua pihak yang menentangnya, bahkan sesama pelaku jihad.

Para pendiri kampanye damai "Raqqa Sedang Dibantai Secara Diam-diam" mengatakan mereka akan berhasil walau orang lain telah gagal. "Kata-kata sering lebih kuat ketimbang peluru, dan kehendak rakyat merupakan yang paling kuat dari semuanya," kata Abu Ibrahim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com