Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Enam Kritik untuk Pencarian Pesawat MH370 Malaysia Airlines

Kompas.com - 03/04/2014, 05:45 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Pada 17 Maret 2014, otoritas Malaysia secara terbuka menyatakan kalimat terakhir dari kokpit pesawat yang hilang adalah, "All right, good night." Setelah menjadi bahan olok-olok dan kecaman luas, Senin (31/3/2014), Pemerintah Malaysia merilis transkrip yang mencantumkan kalimat terakhir dari kokpit adalah, "Good night Malaysian three seven zero."

Tidak ada petunjuk baru dari transkrip versi pemerintah ini. Namun, kritik menyoroti Pemerintah Malaysia, yang tahu ada kata-kata salah dalam versi transkrip yang telah beredar luas selama dua pekan, dan pernah menyatakan tak akan merilis transkrip dengan dalih terkait penyelidikan, tetapi tiba-tiba berubah pikiran.

"Sekarang ini satu hal. (Bisa jadi) akan ada satu lagi berikutnya," kecam analis penerbangan Mary Schiavao kepada CNN. "Ini buruk untuk investigasi penerbangan sipil dan penyelidikan kriminal. Ada 239 keluarga terkait (dengan insiden ini)." Dia pun mempertanyakan kredibilitas dari pergeseran penyelidikan insiden ini.

Ketidakpastian soal pemilik suara terakhir dari kokpit

Awalnya, otoritas Malaysia mengatakan bahwa pemilik suara dalam komunikasi terakhir dari kokpit adalah kopilot Fariq Abdul Hamid. Namun, Senin, Pemerintah Malaysia mengatakan belum dapat memastikan bahwa itu adalah suara Fariq.

Hishammuddin sebelumnya menyampaikan informasi mengenai pemilik suara tersebut lewat pernyataan tertulis. Dia mengatakan, polisi sedang mengonfirmasi keyakinan bahwa Fariq adalah pemilik suara. Pemeriksaan forensik rekaman masih berlangsung.

Penundaan perubahan zona pencarian di Samudra Hindia

Pada Jumat (28/3/2014), daerah pencarian di Samudra Hindia lagi-lagi berubah, bergeser 600 kilometer lebih ke arah timur laut dari dugaan semula. Dalihnya, penyempurnaan data radar dan satelit, dengan asumsi pesawat tak akan sanggup mencapai kawasan yang lebih ke selatan, sebagaimana diklaim oleh Pemerintah Australia.

Namun, Wall Street Journal, Senin (31/3/2014), mengutip sumber yang mensyaratkan anonimitas karena punya kaitan erat dengan penyelidikan ini, menulis bahwa perubahan zona pencarian itu sudah tertunda tiga hari gara-gara masalah koordinasi antara negara-negara pencari dan perusahaan penerbangan.

Andy Pasztor, salah satu wartawan penulis artikel tersebut, mengatakan bahwa satu pihak bekerja berdasarkan data satelit, sementara pihak lain menggunakan asumsi bahan bakar yang tersisa dan kinerja pesawat. "Jadi kita mencari dengan penundaan tiga hari, dalam kondisi bahwa orang-orang ini jelas mencari di tempat yang salah."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com