Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencari Suaka Klaim Diperlakukan Kasar oleh AL Australia

Kompas.com - 08/01/2014, 18:28 WIB

CANBERRA, KOMPAS.com — Dua pencari suaka yang dihalau balik ke wilayah Indonesia baru-baru ini mengaku kepada ABC bahwa mereka mendapat perlakuan kasar sebelum ditelantarkan di lautan oleh personel AL Australia.

Pada Selasa (7/1/2014) terungkap bahwa Angkatan Laut (AL) Australia baru-baru ini telah mencegah dan menghalau kembali kapal pencari suaka ke Indonesia.

Untuk pertama kali, dari Rumah Tahanan Imigrasi Kupang, Indonesia, dua pria dari kapal pencari suaka berbeda yang dihalau kembali oleh AL tersebut buka suara dan menceritakan pengalaman mereka ke media. Meski sulit diverifikasi kebenarannya, tetapi keduanya berbagi cerita yang sama.

Salah satu pria bernama Yusuf yang berasal dari Sudan mengaku, dia dan istrinya telah membayar 6.000 dollar Australia untuk berangkat dari Indonesia ke Australia.

Yusuf mengaku, ia berangkat dengan kapal bermuatan lebih dari 40 orang dan berhasil sampai di pulau kecil dekat perairan Darwin sebelum mesin kapal mereka rusak tepat pada malam tahun  baru. 

Mereka lalu menelepon UNHCR untuk meminta bantuan dan akhirnya datang dua kapal Australia. Dari nomor lambung kapal yang disebutkan Yusuf, kedua kapal itu adalah HMAS Parramatta dan HMAS Glenelg milik AL Australia.

Yusuf mengatakan, AL Australia melakukan pemaksaan terhadap sejumlah orang, termasuk para perempuan ketika memindahkan mereka ke salah satu kapal AL. Yusuf menambahkan, personel AL memborgol beberapa pencari suaka lalu menahan mereka. Sedangkan beberapa orang pencari suaka sempat menceburkan diri ke laut sebagai aksi protes.

“Sebanyak sembilan orang pencari suaka menceburkan diri ke laut sebagai aksi protes, tapi mereka diangkat kembali ke kapal dan kemudian dipukuli oleh personel AL Australia. Mereka digantung di bagian tangannya, pokoknya mereka memperlakukan kami dengan cara yang tidak manusiawi,” tuturnya.

Yusuf menambahkan, para pencari suaka yang sudah dipindahkan ke kapal AL Australia diberitahu bahwa mereka akan dibawa ke Pulau Christmas, meskipun satelit dan alat navigasi menunjukkan mereka dibawa ke arah lain.

Yusuf mengklaim, AL Australia memperbaiki perahu yang digunakan para pencari suaka sebelum mereka dipaksa pindah kembali ke kapal tersebut. AL Australia kemudian menelantarkan mereka di tengah laut lepas di dekat Pulau Rote, Indonesia.

"Kami ditinggal di tengah laut, tidak tahu arah dan tujuan hendak ke mana,” cerita Yusuf.

"Kapal kami lalu berhenti di pagi hari, kami berusaha menggerakkan kapal, tapi mesin kapal kami rusak lagi. Lalu kami melihat gunung di hadapan kita dan sebuah pulau,” tambahnya.

Mereka akhirnya berhasil mendarat di pulau tersebut dan saat ini berada di tahanan imigrasi. "Kami berhasil sampai dan mendarat lalu bertemu orang indonesia. Mereka lalu membantu kami,” katanya.

"Beberapa pencari suaka banyak yang sakit karena telah berada di lautan selama 15 hari. Karena itu, mereka membantu kami, orang-orang Indonesia," tambah Yusuf.

Kisah serupa

Kisah serupa dikemukakan Marke, pencari suaka asal Somalia. Dia berada di kapal yang dihalau kembali ke perairan Indonesia pada 10 Desember 2013. Marke mengklaim, para pencari suaka diperlakukan kasar oleh personel HMAS Parramatta dan HMAS Maitland.

"Mereka tidak cuma memukul saya, tapi juga memukul orang-orang yang mengeluh. Orang yang mengatakan 'Kami tidak mau dibawa kembali ke Indonesia'," katanya.

Marke mengatakan, apa yang dialami adalah bentuk tindakan penjebakan dan penipuan mengenai tujuan mereka. "Mereka menjebak kami, mereka mengatakan kami akan dibawa ke Australia, ke Pulau Christmas, mereka membohongi kami,” katanya.

Beberapa hari kemudian Marke dan rekan-rekannya pencari suaka dikembalikan ke kapal mereka. "Ketika kami sudah sampai, di dekat salah satu pulau di Indonesia, AL Australia memperbaiki mesin kapal kami. Mereka lalu menyalakan mesin kapal itu dan berkata, 'Pergi sana... Anda bisa mendarat di sana sekitar 15 kilometer', dan mereka seperti melarikan diri dan menghilang  begitu saja,” katanya.

Baik PM Tony Abbott maupun Menteri Imigrasi Australia Scott Morrison tidak bersedia memberikan pernyataan mengenai insiden ini. Dalam pernyataan sebelumnya, Morisson mengatakan, pemerintah tidak bersedia berkomentar hal yang terkait operasional.

"Untuk alasan keamanan operasi, pemerintah tidak bersedia mengungkapkan, membenarkan, atau memberikan pernyataan mengenai laporan mengenai kegiatan di perairan karena terkait Operasi Kedaulatan Perbatasan,” kata pernyataan itu.

"Personel AL Australia yang melindungi perbatasan telah menjalankan tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab dan sesuai dengan protokol.”

Sebelumnya, Partai Buruh menuding pemerintah menjalankan gaya pembungkaman media ala Stalin dan Korea Utara setelah menolak untuk mengomentari laporan kalau Australia hendak membeli 16 sekoci untuk mengangkut pencari suaka kembali ke Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com