Salin Artikel

Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia merupakan perisitiwa pembunuhan massal serta pembersihan etnis yang dilakukan terhadap orang-orang Armenia oleh Kekaisaran Ottoman di bawah kepemimpinan Komite Persatuan dan Kemajuan (CUP) yang merupakan bagian dari gerakan Turki Muda. Peristiwa itu bermula pada 24 April 1915.

Pada tahun 1922, Kekaisaran Ottoman runtuh dan digantikan Republik Turki pada tahun 1923.

Pemerintah Turki sampai saat ini belum juga mengakui hal tragis tersebut sebagai genosida, meskipun pengakuan telah diberikan oleh banyak negara dan organisasi internasional.

Tahun 2021, AS, melalui Presiden Joe Biden mengakui fenomena tersebut sebagai genosida. Pengakuan Joe Biden dianggap sebagai kemenangan oleh komunitas Armenia.

Namun, komunitas Armenia, terutama yang berada di AS, merasa tindakan AS belum cukup. Banyak yang beranggapan pemerintah hanya berfokus pada Ukraina dan Timur Tengah, tetapi mengabaikan trauma Armenia. Padahal, Armenia juga sedang dalam konflik perbatasan dengan Azerbaijan yang didukung Turki.

Di sisi lain, mereka masih sangat mengharapkan pengakuan dari pemerintah Turki. Itulah mengapa peringatan genosida Armenia tiap tahunnya tidak hanya dimanfaatkan sebagai momen peringatan, tetapi juga sebagai kesempatan untuk mencari keadilan.

Sejarah Armenia dan Kekaisaran Ottoman

Orang-orang Armenia telah menetap di wilayah Kaukasus, Eurasia selama sekitar 3.000 tahun. Awalnya, Kerajaan Armenia merupakan sebuah entitas independen yang memiliki kendali penuh atas wilayahnya sendiri. Pada awal abad ke-4 Masehi, misalnya, Kerajaan Armenia menjadi yang pertama di dunia yang menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi.

Setelah itu, Kerajaan Armenia mengalami banyak pergantian kekuasaan dari satu kerajaan ke kerajaan lainnya. Di abad ke-15, Kekaisaran Ottoman menguasai Kerajaan Armenia.

Berbeda dengan Kerajaan Armenia yang dominan Kristen, Kekaisaran Ottoman yang didirikan oleh suku-suku Turki di Anatolia didominasi oleh kaum Muslim. Untuk mempertahankan otonominya, Kekaisaran Ottoman tetap mengizinkan adanya kelompok agama minoritas.

Meski begitu, perlakuan yang mereka berikan tidak adil. Bagi mereka, orang-orang Armenia adalah orang-orang “kafir”. Di bawah Kekaisaran Ottoman, umat Kristen diharuskan membayar pajak yang lebih tinggi. Hak politik serta hak hukum mereka pun juga jauh lebih sedikit.

Terlepas dari perlakuan tidak adil, komunitas Armenia cenderung berkembang pesat di bawah pemerintahan Ottoman. Banyak dari mereka berpendidikan lebih baik dan lebih kaya, bahkan jika dibandingkan dengan orang-orang Turki.

Hal ini menumbuhkan kecemburuan dari orang-orang Turki. Kebencian terus bertambah setelah beredar rumor bahwa orang-orang Armenia akan lebih setia kepada pemerintahan negara yang juga Kristen seperti Rusia dibandingkan kepada Ottoman.

Kecurigaan kian parah menjelang hancurnya Kekaisaran Ottoman. Pada akhir abad ke-19, Sultan Kekaisaran Ottoman saat itu, Abdul Hamid II, geram dengan kampanye Armenia yang ingin memperoleh hak-hak sipil. Abdul Hamid yang memang dikenal sangat terobsesi dengan kesetiaan menyatakan bahwa dia akan menghentikan “pertanyaan Armenia” untuk selama-lamanya.

Di tahun 1894 sampai tahun 1896, terjadi pembantaian terhadap orang-orang Armenia untuk pertama kali. Militer Ottoman, mulai dari petinggi sampai prajurit, bahkan rakyat biasa, diperintahkan untuk menjarah desa dan kota-kota Armenia serta membantai warganya. Akibatnya, ratusan ribu orang Armenia tewas.

Armenia di Bawah Gerakan Turki Muda

Di tahun 1908, kelompok reformis gerakan Turki Muda berhasil menggulingkan Sultan Abdul Hamid dan mendirikan pemerintahan konstitusional yang lebih modern.

Orang Armenia pada awalnya mengira hal tersebut pertanda baik. Mereka berharap, Turki Muda dapat memberikan mereka lingkungan yang lebih setara. Yang mereka dapatkan justru kebalikannya.

Kelompok Turki Muda justru jauh lebih nasionalis daripada sebelumnya. Mereka memiliki visi untuk me-”turfikasi” kekaisaran itu. Akibatnya, orang-orang non-Turki, terutama yang menganut ajaran kristiani dianggap sebagai ancaman besar.

Tahun 1914, Kekaisaran Ottoman bergabung dalam Perang Dunia I di pihak Jerman dan Kekaisaran Austro-Hungaria. Di tengah-tengah perang, banyak pemimpin militer mulai curiga bahwa orang-orang Armenia akan menjadi pengkianat. Mereka berargumen orang-orang Armenia tidak akan sungkan berperang demi musuh karena mengira akan mendapatkan kemerdekaan jika Sekutu menang.

Armenia memang benar-benar melakukan hal itu: mereka menyatakan kemerdekaan. Ketika perang bertambah intensif, orang-orang Armenia ikut mengorganisir batalion sukarelawan untuk membantu tentara Rusia melawan Kekaisaran Ottoman di wilayah Kaukasus. Pemerintah Ottoman murka, dan hal inilah yang mendorong kepada genosida Armenia.

Genosida Armenia

Pemerintah Ottoman mulai menangkap dan mengeksekusi ratusan intelektual Armenia pada 24 April 1915. Sedangkan orang-orang Armenia biasa banyak yang diusir dari rumahnya dan dikirim untuk melakukan “perjalanan kematian” melalui gurun Mesopotamia tanpa makanan dan air.

Seringkali mereka ditelanjangi dan dipaksa untuk berjalan di bawah terik matahari hingga tewas. Jika berhenti untuk beristirahat, mereka akan ditembak di tempat.

Pemerintah Ottoman di bawah Turki Muda juga membentuk organisasi khusus yang bertugas mengorganisir pasukan pembunuh atau batalion penjagal untuk melakukan apa yang mereka sebut sebagai upaya “likuidasi unsur-unsur Kristen”.

Pasukan pembunuh tersebut biasanya mencakup mantan narapidana, termasuk pembunuh. Mereka terkenal dengan aksi menenggelamkan orang di sungai, melemparkan orang dari tebing, hingga menyalib serta membakar orang hidup-hidup.

Banyak laporan mengatakan ada dua juta orang Armenia di Kekaisaran Ottoman sebelum terjadi pembantaian. Di tahun 1922, hanya tersisa 388.000 orang Armenia saja.

https://internasional.kompas.com/read/2024/04/25/170428070/genosida-armenia-apa-itu

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke