Salin Artikel

Seberapa Berpengaruh Greta Thunberg?

Pada Sabtu (6/4/2024), Thunberg, sebagaimana dilaporkan DW, ditahan sebanyak dua kali oleh kepolisian Belanda saat mengikuti demonstrasi Extinction Rebellion di Den Haag. Thunberg awalnya ditangkap dan ditahan sebentar oleh polisi setempat. Thunberg kemudian dibebaskan namun ditahan untuk kedua kalinya setelah dia bergabung kembali dengan sekelompok kecil pengunjuk rasa yang memblokir jalan menuju stasiun kereta api utama kota.

Ini bukan kali pertama Thunberg ditahan saat melakukan aksi. Pada Oktober lalu, Thunberg ditahan di London, Inggris atas tuduhan melanggar ketertiban umum saat melakukan demonstrasi menentang konferensi industri minyak dan gas.

Pada Januari lalu, Thunberg kembali ditahan bersama aktivis lainnya saat demonstrasi menentang pembongkaran desa batu bara Lützerath di Jerman.

Di Swedia dan di Inggris, Thunberg telah berulang kali dikenakan denda akibat pembangkangan sipil sehubungan dengan protes.

Tidak hanya aksinya seringkali terhadang oleh hukum, aksi Thunberg juga sering kali jadi bahan olokan komunitas internasional.

Donald Trump, mantan presiden Amerika Serikat (AS), merupakan salah satu figur yang pernah melontarkan kritik pedas terhadap Thunberg. Pada tahun 2019, Trump mengunggah pada akun Twitternya (sekarang X): “Sangat konyol. Greta harus mengatasi masalah Manajemen Kemarahan, lalu pergi menonton film kuno yang bagus bersama seorang teman! Tenanglah Greta, Tenang!”

Thunberg juga seringkali di cap sebagai “sakit mental” dan “histeris”. Di Australia, kolumnis Herald Sun Andrew Bolt menyebut Thunberg “sangat berpengaruh… dengan banyak gangguan mental”. Komentator Sky News, Chris Kenny, menggambarkan Thunberg sebagai “remaja histeris” yang perlu diperhatikan.

Di negara-negara lain, komentator yang mayoritas pria juga seringkali menggunakan istilah-istilah yang merendahkan dalam menggambarkan Thunberg, contohnya seperti “anak Swedia yang sakit mental”, tidak stabil, dan “orang aneh berusia ribuan tahun”.

Ada yang mengatakan bahwa Thunberg membutuhkan “pukulan” dan ada pula yang menyamakan aksinya dengan “ilmu sihir abad pertengahan”, demikian hasil analisis dari The Independent.

Thunberg sebelumnya memang pernah mengumumkan bahwa dia memiliki suatu kondisi bernama Asperger, suatu kelainan dalam spektrum autisme yang membuat penderitanya kesulitan dalam interaksi sosial. Meski begitu, Thunberg menganggap hal ini sebagai “kekuatan super”-nya.

Sayangnya, para politisi dan lembaga penyiaran tampaknya salah mengartikan gangguan ini dengan penyakit mental.

Walau demikian, Thunberg terbukti konsisten dengan pendirian serta aksinya. Di tengah gempuran hukum dan olokan, Thunberg tetap melakukan aksinya, bahkan mencetak banyak penghargaan.

Masuk Daftar Orang Paling Berpengaruh di Dunia

Thunberg merupakan otak di balik gerakan School Strike for Climate (Mogok Sekolah untuk Iklim) yang bermula pada tahun 2018. Gerakan ini juga dikenal dengan sebutan Fridays for Future (Jumat untuk Masa Depan).

Thunberg pertama kali belajar mengenai isu iklim saat usianya baru delapan tahun. Selang beberapa tahun, Thunberg mulai lebih mendalami kepeduliannya terhadap iklim dengan menjadi seorang vegan (tidak mengonsumsi makanan dari hewan) dan menolak bepergian dengan pesawat udara.

Belum puas, Thunberg kemudian berupaya untuk mendorong anggota parlemen ikut serta dalam mengatasi perubahan iklim guna memberikan dampak lebih besar. Alih-alih bersekolah seperti anak seusianya, Thunberg memilih untuk mogok sekolah dan duduk di luar gedung parlemen Swedia dengan papan bertuliskan “Skolstrejk för Klimatet” (School Strike for Climate) selama hampir tiga minggu sebelum pemilihan umum (pemilu) Swedia pada September 2018.

Hanya ada Thunberg sendiri pada hari pertama mogok tersebut. Meski begitu, kian hari semakin banyak orang yang menemaninya dan kisahnya pun akhirnya menarik perhatian internasional. Setelah pemilu, Thunberg kembali ke sekolah tetapi terus membolos pada hari Jumat untuk melakukan mogok sekolah. Inilah mengapa gerakan tersebut juga disebut Jumat untuk Masa Depan.

Tindakannya telah menginspirasi ratusan ribu siswa di seluruh dunia untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan Mogok Sekolah untuk Iklim. Pemogokan telah dilakukan di negara-negara seperti Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Finlandia, Denmark, Perancis, dan Belanda. Pada akhir tahun 2018, Thunberg juga berkesempatan untuk berbicara dalam konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang perubahan iklim.

“Anda bilang anda mencintai anak-anakmu di atas segalanya, namun anda mencuri masa depan mereka di depan mata mereka,” kata Thunberg saat itu. “Kami datang ke sini untuk memberi tahu anda bahwa perubahan akan terjadi, suka atau tidak suka. Kekuasaan sebenarnya ada di tangan rakyat.”

Pengaruh Thunberg sangat terasa pada 20 September 2019 ketika pelajar di seluruh dunia menggelar protes perubahan iklim terbesar dalam sejarah, dengan sekitar 4 juta orang berpartisipasi dalam 2.500 demonstrasi di lebih dari 160 negara di tujuh benua.

Hal itu membuktikan bahwa meski sering dinilai masih “anak-anak”, pengaruh yang dimiliki Thunberg tetaplah sangat luar biasa. Terlebih lagi Thunberg pernah masuk dalam daftar orang paling berpengaruh di dunia, bahkan memenangkan beberapa penghargaan akibat aksinya. Di akhir tahun 2019, Thunberg dinobatkan Person of the Year oleh majalah Time, menjadikannya orang termuda yang memiliki gelar tersebut.

Di antara tahun 2019 sampai dengan tahun 2023, namanya juga terus masuk dalam nominasi Penghargaan Nobel untuk Perdamaian. Di tahun 2019 juga, Thunberg memenangkan Right Livelihood Award atau Hadiah Nobel Alternatif. Thunberg di tahun yang sama juga memenangkan Ambassador of Conscience Award oleh Amnesty International. Thunberg bahkan juga masuk ke dalam daftar 100 perempuan paling berpengaruh di dunia oleh Forbes.

Pada tahun 2022, ia menerbitkan The Climate Book yang berisi esai dari 100 ilmuwan, penulis, dan aktivis tentang cara memerangi krisis iklim.

https://internasional.kompas.com/read/2024/04/09/070000170/seberapa-berpengaruh-greta-thunberg-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke