Salin Artikel

Mengenal World Central Kitchen, Organisasi Nirlaba yang 7 Krunya Tewas Ditembak Israel di Gaza

Pada waktu penyerangan, ketujuh pekerja tersebut baru saja meninggalkan sebuah gudang di Deir al Balah, kota di Jalur Gaza tengah, di mana mereka menurunkan lebih dari 100 ton makanan. Saat itu, mereka berkonvoi dengan tiga kendaraan, dua di antaranya merupakan mobil lapis baja.

Menurut pernyataan WCK, militer Israel telah diberitahu terkait gerakan amal para pekerja bantuan tersebut. Logo WCK juga terpasang jelas di atap mobil. Tetapi, ketiga mobil tersebut tetap tidak luput dari serangan. Dalam rekaman dan foto yang telah diverifikasi oleh The New York Times, ketiga mobil tersebut diserang berkali-kali sampai hancur.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya menjelaskan insiden tersebut sebagai “kasus tragis di mana pasukan kami secara tidak sengaja menyerang orang-orang yang tidak bersalah.”

Apa Itu World Central Kitchen?

World Central Kitchen atau WCK didirikan tahun 2010 oleh seorang koki bernama Jose Andres. Ide WCK hadir sebagai respon dari bencana gempa parah yang menimpa Haiti. Sejak saat itu, WCK seringkali hadir dalam bencana-bencana global besar lainnya termasuk krisis dan konflik.

Tujuan utama WCK sesuai namanya yaitu memberi makan orang-orang yang membutuhkan yang ada di lokasi bencana. Dalam memenuhi tujuannya itu, WCK berkolaborasi dengan pemerintah, penyedia makanan lokal, dan para pemilik restoran.

Di Gaza, WCK terhitung organisasi baru. Meski begitu, WCK telah memiliki 68 dapur umum. Sampai dengan 29 Maret lalu, WCK sudah mengirim total 1.700 truk yang penuh dengan makanan dan peralatan masak.

WCK juga telah mengirimkan 230.000 porsi makanan dari Yordania, baik melalui daratan atau udara. WCK juga mengirimkan makanan melalui laut, totalnya sampai saat ini kira-kira sudah mencapai 435.000 porsi makanan.

WCK telah berkontribusi banyak terhadap kelangsungan hidup warga setempat. Sayangnya, penyerangan yang menewaskan tujuh pekerja mengakibatkan WCK harus menghentikan sementara operasinya di Gaza. Hal ini akan berdampak buruk terhadap angka kelaparan di Gaza.

“Anak-anak sekarat karena kelaparan,” kata Juliette Touma, direktur komunikasi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) kepada BBC. “Organisasi mana pun yang memberikan bantuan kepada masyarakat di Gaza adalah kuncinya.”

"Gangguan apa pun akan berdampak buruk pada populasi yang sudah mengalami banyak penderitaan,” kata Dr Mona Jebril, peneliti Palestina di Cambridge yang tinggal di Gaza selama lebih dari 22 tahun.

“Kita berbicara tentang populasi yang pada dasarnya 100 persen dinyatakan berada di ambang kelaparan,” kata dia. “Populasi dibiarkan mati…Ini sangat berbahaya.”

Siapa Saja 7 Pekerja WCK yang Tewas?

Lalzawmi ‘Zomi’ Frankcom

Frankcom berusia 43 tahun pada saat kejadian. Ia merupakan pekerja bantuan kemanusiaan yang berasal dari Melbourne, Australia. Frankcom juga merupakan Pemimpin Bantuan WCK di Gaza.

Frankcom digambarkan sebagai “orang yang baik hati, tidak mementingkan diri sendiri, dan luar biasa yang berkililing dunia membantu orang lain di saat mereka membutuhkan.”

Dora Weekley, teman Frankcom sekaligus mantan rekan kerjanya di WCK berkata kepada ABC News bahwa Frankcom merupakan seseorang yang “berdedikasi” dan seseorang yang selalu memastikan semua orang yang membutuhkan mendapatkan makanan hangat setiap hari.

Damian Sobol

Sobol, berusia 35 tahun merupakan seorang pekerja WCK yang berasal dari Przemysl di Polandia tenggara. Sebelum ke Gaza, Sobol juga telah berkontribusi dalam mengirim bantuan ke Ukraina saat pecah perang Rusia-Ukraina.

“Rekan senegara kita yang pemberani, Tuan Damian Sobol dari Przemysl, membantu orang-orang yang membutuhkan di Gaza di mana terdapat krisis kemanusiaan. Dia terbunuh dalam serangan yang menjadi tanggung jawab tentara Israel,” kata Perdana Menteri Polandia, Radoslaw Sikorski dalam pesan video di X.

Presiden Polandia, Andrzej Duda, juga menulis di X terkait kematian Sobol. “Orang-orang pemberani ini mengubah dunia menjadi lebih baik dengan pengabdian dan dedikasinya kepada sesama. Tragedi ini tidak boleh terjadi dan harus dijelaskan,” ujarnya.

Saifeddin Issam Ayad Abutaha

Abutaha merupakan seorang pekerja WCK berasal dari Rafah. Usianya saat kejadian masih sangat belia, 25 tahun. Tubuh Abutaha dikirim kembali ke kampung halamannya keesokan harinya dan dengan segera disambut oleh ratusan warga yang berduka.

“Dia senang bekerja dengan organisasi yang memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi, hati kami hancur atas kematianmu, Saif,” kata salah satu teman dekatnya, Hassan.

Jacob Flickinger

Flickinger adalah pekerja WCK yang memiliki kewarganegaraan ganda, Amerika Serikat (AS) dan Kanada. Saat kejadian, Flickinger berusia 33 tahun.

Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken, mendeskripsikan para pekerja bantuan tersebut sebagai “pahlawan” yang “hanya berusaha membantu sesama umat manusia”.

Dia mengatakan, Washington telah berbicara langsung dengan pemerintah Israel dan mendesak agar segera dilakukan penyelidikan yang menyeluruh dan tidak memihak guna memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Menteri Luar Negeri Kanada, Mélanie Joly juga menyerukan hal serupa. “Penyerangan terhadap personel kemanusiaan benar-benar tidak dapat diterima,” katanya di X.

John Chapman, James (Jim) Henderson, dan James Kirby

Chapman, Henderson, dan Kirby merupakan pekerja WCK yang berasal dari Inggris.

Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak berbicara dengan Netanyahu pada Selasa malam. Sunak mengatakan kepada Netanyahu bahwa dia terkejut dengan insiden tersebut dan menuntut penyelidikan menyeluruh dan transparan atas kematian mereka.

Sunak juga menyampaikan belasungkawanya kepada keluarga dan teman-teman para korban. Dia menambahkan, badan amal bantuan seharusnya dapat melakukan pekerjaannya “tanpa hambatan”.

https://internasional.kompas.com/read/2024/04/03/150000570/mengenal-world-central-kitchen-organisasi-nirlaba-yang-7-krunya-tewas

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke