Salin Artikel

Siapa ISIS-K dan Mengapa Menyerang Konser di Moskwa?

“Saya menyampaikan belasungkawa yang mendalam dan tulus kepada semua orang yang kehilangan orang yang mereka cintai,” kata Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam pidatonya pada Sabtu lalu. “Negara dan seluruh rakyat berduka bersama Anda.”

Sebanyak 6.200 tiket terjual habis untuk konser musik rock di dekat Moskwa. Konser itu  menampilkan grup rock asal Rusia, Picnic. Bukannya disambut dengan musik, ribuan penggemar disambut dengan sekelompok orang bersenjata berseragam kamuflase yang kemudian menembaki mereka dengan senjata otomatis.

Sampai hari Minggu kemarin, korban tewas tercatat setidaknya 137 orang, termasuk tiga orang anak. Sebanyak lebih dari 150 orang juga mengalami luka-luka.

Insiden tersebut menjadi kasus penyerangan paling mematikan sepanjang sejarah Rusia sejak pengepungan sekolah Beslan tahun 2004.

Presiden Vladimir Putin berjanji akan mencari dan menghukum semua pihak yang terlibat dalam serangan tersebut.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, Jumat malam lalu mengutuk keras serangan itu.

"Sekretaris Jenderal menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang berduka dan rakyat serta pemerintah Federasi Rusia. Dia mengharapkan kesembuhan yang cepat bagi yang terluka," demikian pernyataan Antonio Guterres yang disampaikan melalui wakil juru bicaranya, Farhan Haq.

Dalam pernyataan terpisah, Dewan Keamanan PBB menyebut serangan tersebut "keji dan pengecut."

Pemimpin China, Xi Jinping, menyampaikan belasungkawa kepada Putin pada hari Sabtu "atas serangan teroris serius yang menyebabkan banyak korban jiwa." Demikian laporan media China.

Presiden Perancis Emmanuel Macron juga mengutuk serangan tersebut.
"Perancis menyatakan solidaritasnya dengan para korban, keluarga mereka, dan seluruh rakyat Rusia," demikian pernyataan dari Istana Élysée seperti yang dilaporkan AFP dan Reuters.

Kelompok militan Islamic State mengaku bertanggung jawab atas insiden ini. Klaim ini juga telah diverifikasi oleh intelijen Amerika Serikat (AS). Berangkat dari klaim itu, petinggi AS kemudian mengorelasikannya secara spesifik kepada ISIS-K.

ISIS merupakan kelompok pemberontak beraliran Sunni transnasional yang beroperasi terutama di Irak barat dan Suriah timur. Kelompok itu memiliki akar pada perang Irak tahun 2003-2011. Pada akhir tahun 2014, beberapa kelompok militan di berbagai negara mulai bermunculan dan mengklaim terafiliasi dengan ISIS, salah satunya ISIS-K.

ISIS-K yang wilayahnya meliputi Iran, Turkmenistan, dan Afghanistan merupakan salah satu afiliasi regional ISIS yang paling aktif. Terbentuk tahun 2015, kelompok itu memiliki reputasi sebagai kelompok militan yang “brutal”.

ISIS-K terbentuk dari anggota-anggota Taliban Pakistan yang tidak puas dengan pemerintahan Taliban. Mereka mengambil nama Islamic State Khorasan Province (ISKP, juga disebut ISIS-K), sebuah julukan yang mengacu pada wilayah bersejarah Khorasan pada awal sejarah Islam.

Masa kejayaan ISIS-K dimulai pada 2016 ketika pasukan mereka mencapai jumlah lebih dari tiga ribu orang. Pada tahun 2021, ISIS-K menjadi dalang di balik bom bunuh diri di Bandara Internasional di Kabul yang menewaskan 13 tentara AS dan 170 warga sipil. Serangan itu mendorong popularitas ISIS-K di kancah internasional dan menjadikannya sebagai ancaman besar terhadap kemampuan Taliban untuk memerintah.

Pada September 2022, ISIS-K juga menjadi dalang bom bunuh diri di Kedutaan Besar Rusia di Kabul.

Sejak saat itu, Taliban dengan gencar berperang melawan ISIS-K di Afghanistan. Dinas keamanan Taliban terus berupaya mencegah ISIS-K merebut atau kembali merekrut mantan anggota Taliban.

 Kenapa Menyerang Rusia?

Para ahli berpendapat, “ISIS-K telah terpaku pada Rusia selama dua tahun terakhir, sering kali mengkritik Putin dalam propagandanya,” kata Colin Clarke dari Soufan Center, kelompok penelitian yang berbasis di New York.

“ISIS-K menuduh Kremlin memiliki darah kaum Muslim di tangannya, merujuk pada intervensi Moskow di Afghanistan, Chechnya, dan Suriah,” tambah Clarke.

Michael Kugelman dari Wilson Center yang berbasis di Washington mengatakan, ISIS-K “melihat Rusia terlibat dalam kegiatan yang sering menindas umat Islam.” Dia menambahkan, ISIS-K juga melibatkan sejumlah militan dari Asia Tengah yang memiliki keluhan mereka sendiri terhadap Moskwa.

AS Sudah Memperingatkan Rusia

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Adrienne Watson mengatakan pemerintah AS memiliki informasi mengenai rencana serangan teroris di Moskwa yang kemungkinan akan menargetkan pertemuan besar, termasuk konser.

Kedutaan besar AS di Rusia sejak awal Maret telah melakukan proses investigasi terhadap laporan-laporan potensi penyerangan ekstremis di Moskwa. Kedutaan AS kemudian mengeluarkan peringatan bagi warga AS yang berada di wilayah tersebut untuk menghindari pertemuan-pertemuan besar.

Dari November tahun lalu, beberapa informasi intelijen sebenarnya telah menyatakan adanya tekad ISIS-K untuk menyerang Rusia.

“Pemerintah AS juga membagikan informasi ini kepada pihak berwenang Rusia sesuai dengan kebijakan ‘kewajiban untuk memperingatkan’ yang sudah lama ada,” kata Watson.

Namun dalam pidatonya pada 19 Maret 2024, Putin mengecam peringatan AS tersebut sebagai “provokatif,” dan mengatakan “tindakan ini menyerupai pemerasan dan niat untuk mengintimidasi dan mengacaukan masyarakat kita.”

https://internasional.kompas.com/read/2024/03/25/163542070/siapa-isis-k-dan-mengapa-menyerang-konser-di-moskwa

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke