Salin Artikel

Donald Trump Luncurkan Operasi Rahasia CIA untuk Pengaruhi Opini Publik China

Kantor berita Reuters melaporkan pada 14 Maret bahwa tiga mantan pejabat mengatakan, CIA membentuk tim kecil yang menggunakan identitas palsu di internet untuk menyebarkan narasi negatif tentang pemerintahan Xi Jinping sambil membocorkan informasi intelijen yang merugikan reputasi rezim Xi Jinping ke media berita luar negeri. 

Dalam satu dekade terakhir, China dengan cepat memperluas cengkraman globalnya, menjalin berbagai perjanjian militer, kesepakatan perdagangan, dan kemitraan bisnis dengan negara-negara berkembang.

Tim kecil CIA itu mengangkat sejumlah tudingan bahwa anggota-anggota Partai Komunis China yang berkuasa telah menyembunyikan uang haram di luar negeri dan mengecam Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) China sebagai korup dan sia-sia. Program BRI China itu menyediakan pembiayaan untuk proyek infrastruktur di berbagai negara berkembang.

Walau para pejabat AS menolak untuk memberikan rincian spesifik mengenai operasi tersebut, mereka mengatakan narasi negatif itu didasarkan pada fakta yang secara diam-diam dirilis para agen intelijen dengan akun palsu. Upaya-upaya itu dimaksudkan untuk menimbulkan paranoia di antara para pemimpin tinggi China, sehingga memaksa pemerintahnya mengeluarkan sumber daya untuk menyelidiki gangguan keamanan internet yang dikontrol ketat Beijing.

“Kami ingin mereka mengejar hantu,” kata salah satu mantan pejabat tersebut kepada Reuters.

Chelsea Robinson, juru bicara CIA, menolak untuk berkomentar mengenai keberadaan program tersebut, maupun tujuan serta dampaknya.

Sementara Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, berita tentang inisiatif CIA tersebut menunjukkan pemerintah AS menggunakan “ruang opini publik dan platform media sebagai senjata untuk menyebarkan informasi palsu dan memanipulasi opini publik internasional.”

Operasi CIA itu dilakukan sebagai respons terhadap upaya rahasia China yang agresif selama bertahun-tahun yang bertujuan untuk meningkatkan pengaruh globalnya.

Trump, selama masa kepresidenannya, memang memberikan tanggapan yang keras terhadap China dibandingkan para pendahulunya. Operasi CIA itu mengisyaratkan kembalinya metode yang menandai perjuangan Washington melawan Uni Soviet dulu.

“Perang Dingin telah kembali,” kata Tim Weiner, penulis buku tentang sejarah perang politik.

Reuters tidak dapat menentukan dampak operasi rahasia tersebut atau apakah pemerintahan Presiden Joe Biden saat ini mempertahankan program CIA itu. Kate Waters, juru bicara Dewan Keamanan Nasional pemerintahan Biden, menolak berkomentar mengenai program tersebut atau apakah program tersebut masih berjalan.

Dua sejarawan intelijen mengatakan kepada Reuters bahwa ketika Gedung Putih memberikan otoritas operasi rahasia kepada CIA, melalui aturan yang dikenal sebagai dokumen resmi presiden, hal ini sering kali tetap berlaku walaupun pemerintahan berganti.

Trump, yang kini menjadi calon presiden terkuat Partai Republik, telah menyatakan bahwa dia akan mengambil pendekatan yang lebih keras terhadap China jika terpilih kembali sebagai presiden pada November mendatang. Juru bicara Trump dan mantan penasihat keamanan nasionalnya, John Bolton dan Robert O’Brien, keduanya menjabat saat otoritasi operasi rahasia itu dikeluarkan, menolak berkomentar.

Sangat Berisiko

Paul Heer, mantan analis senior CIA di Asia Timur, yang mengetahui adanya operasi rahasia itu dari Reuters mengatakan, operasi rahasia terhadap Beijing berisiko signifikan untuk meningkatkan ketegangan dengan AS, mengingat kekuatan ekonomi China dan kemampuannya untuk membalas melalui perdagangan. Misalnya, setelah Australia menyerukan penyelidikan terhadap China untuk mengetahui asal-usul pandemi Covid-19 pada tahun 2020, Beijing memblokir perdagangan dengan Australia senilai miliaran dolar melalui tarif pertanian.

Perintah Trump tahun 2019 itu dikeluarkan setelah bertahun-tahun peringatan dari komunitas intelijen AS, dan laporan media, tentang bagaimana China menggunakan suap dan ancaman untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara berkembang dalam perselisihan geopolitik saat negara itu berupaya untuk menabur perpecahan di AS melalui kelompok-kelompok yang dikendalikan.

Kementerian Luar Negeri China mengatakan, Beijing mengikuti “prinsip non-intervensi dalam urusan dalam negeri negara lain dan tidak mencampuri urusan dalam negeri AS.”

Berdasarkan laporan Yahoo News setahun sebelumnya, Trump memberi CIA wewenang yang lebih besar untuk melancarkan operasi siber ofensif terhadap musuh-musuh AS setelah sejumlah serangan siber Rusia dan China terhadap organisasi-organisasi. Namun laporan itu tidak dapat dikonfirmasi.

Sumber-sumber menggambarkan otorisasi untuk CIA tahun 2019 itu sebagai operasi yang ambisius. Otorisasi itu memungkinkan CIA mengambil tindakan tidak hanya di China, tetapi juga di negara-negara di seluruh dunia di mana AS dan China sedang berebut pengaruh. Empat mantan pejabat mengatakan, operasi tersebut menargetkan opini publik di Asia Tenggara, Afrika, dan Pasifik Selatan.

“Perasaannya adalah China mendatangi kita dengan tongkat bisbol baja dan kita melawan dengan tongkat kayu,” kata seorang mantan pejabat keamanan nasional yang mengetahui langsung dokumen tersebut.

Ketiga pejabat yang menjadi sumber Reuters mengatakan, Matt Pottinger, pejabat senior Dewan Keamanan Nasional ketika itu, yang merancang otorisasi tersebut. Otorisasi tersebut mengutip dugaan penggunaan pengaruh jahat oleh Beijing, tuduhan pencurian kekayaan intelektual, dan ekspansi militer sebagai ancaman terhadap keamanan nasional AS.

Pottinger mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak akan mengomentari “akurasi atau ketidakakuratan tuduhan mengenai aktivitas intelijen AS”. Dia menambahkan, “Tidaklah tepat berasumsi bahwa saya memiliki pengetahuan tentang operasi intelijen AS yang spesifik.”

Pesan terselubung memungkinkan AS menanamkan ide-ide di negara-negara di mana sensor mungkin menghalangi informasi terungkap, atau di wilayah-wilayah di mana khalayak tidak terlalu percaya pada pernyataan pemerintah AS, kata Loch Johnson, ilmuwan politik di Universitas Georgia yang mempelajari penggunaan taktik tersebut.

Kampanye propaganda terselubung merupakan hal biasa selama Perang Dingin, ketika CIA memasok 80 hingga 90 artikel setiap hari dalam upaya melemahkan Uni Soviet, kata Johnson. Menurut sejumlah catatan yang tidak diklasifikasikan, pada tahun 1950-an, misalnya, CIA mendirikan majalah astrologi di Jerman Timur untuk menerbitkan ramalan buruk tentang para pemimpin komunis.

Kampanye propaganda terselubung terhadap Beijing bisa menjadi bumerang, kata Heer, mantan analis CIA. China dapat menggunakan bukti program pengaruh CIA untuk memperkuat tuduhannya yang sudah berlangsung puluhan tahun mengenai subversi bayangan Barat, membantu Beijing “menyebarkan keyakinan” di negara berkembang yang sudah sangat curiga terhadap Washington.

Pesannya adalah: “Lihatlah Amerika Serikat melakukan intervensi terhadap urusan di negeri negara lain dan menolak prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai,” kata Heer. “Dan ada tempat-tempat di dunia di mana hal ini akan menjadi pesan yang bergema.”

Operasi memengaruh opini yang dilakukan AS juga berisiko membahayakan para pembangkang, kelompok oposisi yang kritis terhadap China, dan jurnalis independen, yang dapat dituding sebagai agen CIA, kata Thomas Rid, profesor di Universitas Johns Hopkins yang menulis buku tentang sejarah perang politik.

https://internasional.kompas.com/read/2024/03/21/060000370/donald-trump-luncurkan-operasi-rahasia-cia-untuk-pengaruhi-opini

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke