Salin Artikel

Bagaimana Caranya Bantuan Kemanusian Masuk ke Gaza?

Cogat, lembaga Israel yang mengoordinasikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, mengatakan bahwa hinggal awal Maret ini rata-rata 126 truk makanan masuk ke Gaza setiap hari. Lembaga itu mengatakan, jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan 70 truk yang khusus membawa makanan memasuki Gaza sebelum perang pecah pada 7 Oktober 2023. Secara total, sekitar 500 truk (tidak hanya truk pangan) memasuki Gaza setiap hari sebelum perang.

Namun operasi militer Israel dan rusaknya tatanan sosial telah sangat menghambat distribusi bantuan, sementara produksi pangan Gaza juga terkena dampak. Sektor pertanian, toko roti, dan pabrik hancur atau tidak dapat diakses warga.

Karena ketidakmampuan untuk menyediakan makanan melalui darat bagi orang-orang yang membutuhkan, banyak negara telah mencoba rute alternatif melalui udara dan laut.

Lewat Udara

Amerika Serikat (AS), Yordania, Mesir, Prancis, Belanda, dan Belgia telah mengirimkan bantuan ke Gaza dalam beberapa hari terakhir karena kekhawatiran akan kelaparan di kalangan penduduk meningkat.

Bantuan pertama yang dijatuhkan AS pada 3 Maret, yang diangkut Angkatan Udara Yordania, berisi lebih dari 38.000 porsi makanan. Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan kepada CBS News, pengangkutan makanan itu melibatkan tiga pesawat kargo C-130 yang menjatuhkan 66 bundel.

Pada 21 Februari, empat ton obat-obatan, bahan bakar dan makanan untuk pasien dan staf di rumah sakit Tal al-Hawa di kota Gaza dijatuhkan. Bantuan tersebut didanai Inggris dan dijatuhkan dari udara oleh Angkatan Udara Yordania.

Namun, kelompok-kelompok kemanusiaan mengatakan, bantuan lewat udara tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 2,3 juta warga Gaza. WFP (Program Pangan PBB) sebelumnya menyebut bantuan tersebut sebagai “pilihan terakhir” untuk mencegah kelaparan. Sulit juga memastikan paket tersebut sampai ke pihak yang paling membutuhkan.

Selain itu, strategi ini bukannya tanpa risiko. Lima orang dilaporkan tewas saat parasut yang menurunkan paket bantuan yang dijatuhkan dari pesawat gagal terbuka dan menimpa warga di permukaan tanah.

Lewat Laut

Pada awal Maret, dua inisiatif telah diumumkan untuk membantu menyalurkan bantuan ke Gaza melalui laut.

Kapal Spanyol, Open Arms, telah tiba di lepas pantai Gaza dari Siprus - negara Uni Eropa yang terdekat dengan Gaza. Mereka menarik tongkang yang membawa sekitar 200 ton makanan yang disediakan badan amal AS, World Central Kitchen (WCK). Dikatakan bahwa 500 ton bantuan tambahan telah siap di Siprus.

Menurut WCK, pengiriman beras, tepung, lentil, kacang-kacangan, tuna kalengan, daging sapi, dan ayam menjadi persediaan yang dapat mencapai hampir setengah juta porsi makanan.

Gaza tidak memiliki pelabuhan yang berfungsi, sehingga WCK membangun dermaga untuk menerima bantuan.

Jika Open Arms berhasil berlabuh di Gaza, kapal-kapal lain akan menyusul sebagai bagian dari upaya maritim Eropa dan Uni Emirat Arab untuk menyalurkan lebih banyak bantuan ke Gaza.

Sebuah kapal lain sedang dalam perjalanan dari AS membawa bahan-bahan untuk membangun dermaga terapung, untuk memungkinkan pasokan kapal kargo yang jauh lebih besar bisa sampai ke darat.

Menurut Departemen Pertahanan AS, hal itu berarti dua juta porsi makanan per hari bisa masuk ke Gaza, lebih banyak dibandingkan yang bisa dilakukan saat ini melalui perbatasan Rafah dengan Mesir atau melalui pengiriman lewat udara.

Namun dermaga tersebut diperkirakan baru akan siap dalam waktu sekitar dua bulan.

Awal Maret ini, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller mengatakan, opsi maritim sedang dijajaki karena opsi lain tidak memadai. Namun dia mengatakan, tidak ada yang bisa menggantikan bantuan yang datang dengan truk melalui jalur darat.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris, Lord Cameron, telah mendesak Israel untuk membuka pelabuhan perairan dalam di Ashdod, 25 mil sebelah utara Gaza, di mana bantuan dapat dikirim dari Siprus dan kemudian dikirim ke Gaza.

Lewat Darat

Negara-negara Barat telah menekan Israel memperluas pengiriman bantuan melalui jalan darat, serta memfasilitasi lebih banyak rute, dan membuka penyeberangan tambahan.

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong telah mengatakan, ada persediaan makanan dalam jumlah besar yang menunggu untuk dikirim ke Gaza.  "Namun tidak ada cara untuk memindahkannya ke Gaza dan mengirimkannya dalam skala besar tanpa kerja sama Israel dan kami memohon Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza sekarang".

Israel membantah telah menghalangi masuknya bantuan ke Gaza. Negara itu malah menuduh bahwa organisasi bantuan gagal mendistribusikan bantuan-bantuan tersebut.

Konvoi pertama ke Gaza, 20 truk yang membawa bantuan dari PBB dan Bulan Sabit Merah Mesir, masuk pada tanggal 21 Oktober melalui penyeberangan Rafah di perbatasan dengan Mesir – dua minggu setelah Hamas menyerang Israel selatan, yang memicu perang saat ini. Bantuan itu termasuk tiga truk yang membawa 60 ton makanan termasuk tuna kalengan, tepung terigu, pasta, kacang kalengan, dan pasta tomat kalengan.

Pada bulan November, Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan hanya 10 persen dari pasokan makanan yang dibutuhkan telah masuk ke Gaza sejak dimulainya perang.

Sekitar 750 ton bantuan pangan tiba pada 20 Desember 2023, menggunakan jalur darat dari Yordania melintasi Israel dan melalui penyeberangan Kerem Shalom ke Gaza selatan untuk pertama kalinya. Konvoi WFP itu terdiri dari 46 truk. Pengiriman kedua sebanyak 315 ton dilakukan pada Januari 2024.

WFP mengatakan, secara total pada Januari, mereka hanya berhasil mengirim empat konvoi ke Gaza – sebanyak 35 truk berisi makanan, cukup untuk hampir 130.000 orang.

PBB mengatakan pada Selasa lalu, jalur darat baru telah digunakan untuk mengirimkan makanan ke Gaza utara untuk pertama kalinya dalam tiga minggu. Sementara militer Israel mengatakan, enam truk dari Program Pangan Dunia menyeberang melalui gerbang di perbatasan Gaza. Pengiriman pada Selasa malam adalah “bagian dari upaya untuk mencegah Hamas mengambil alih bantuan tersebut”, kata Israel.

Konvoi tersebut membawa makanan yang cukup untuk 25.000 orang - sekitar 88 ton paket makanan dan tepung terigu dalam enam truk. Ini adalah pengiriman pertama PBB ke wilayah Gaza dalam tiga minggu, setelah WFP menghentikan pengiriman “sampai kondisi yang memungkinkan distribusi yang aman”.

Beberapa konvoi lainnya telah mencapai Gaza utara – namun kedatangan mereka diwarnai kekerasan yang mematikan.

Pada 29 Februari lebih dari 100 orang tewas ketika konvoi tiba di Jalan al-Rashid di Kota Gaza. Warga Palestina menuduh Israel menembak mati orang-orang mendatangi konvoi tersebut. Israel awalnya mengatakan, sebagian besar orang-orang itu tewas karena terinjak atau tertabrak konvoi. Belakangan mereka mengatakan, tentara telah menembaki orang-orang yang dianggap sebagai “suspek” yang mereka anggap sebagai ancaman.

Persediaan pangan lainnya juga dikirim ke wilayah tersebut. Inggris telah mengirimkan bantuan ke Mesir untuk kemudian dibawa ke Gaza, termasuk 74 ton paket perawatan luka, tenda, selimut dan peralatan pengiriman bantuan seperti truk forklift, 87 ton selimut termal, paket penampungan dan persediaan medis, serta 17 ton tenda ukuran keluarga.

Semua bantuan untuk Gaza melewati pemeriksaan ketat Israel. Pemeriksaan itu bertujuan untuk mencegah barang apapun yang dibawa ke Gaza dapat digunakan Hamas.

Pada Januari lalu, WFP mengatakan “generator, kruk, perlengkapan rumah sakit lapangan, tangki air tiup, kotak kayu berisi mainan anak-anak dan, mungkin yang paling menyedihkan, 600 tangki oksigen” ditolak untuk masuk ke Gaza oleh otoritas Israel.

https://internasional.kompas.com/read/2024/03/19/150845470/bagaimana-caranya-bantuan-kemanusian-masuk-ke-gaza

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke