Salin Artikel

Menengok Kekuatan Persenjataan Nuklir Rusia

Misalnya saja sebuah senjata nuklir diledakan di Kota New York, sebanyak 583.160 orang diprediksi akan tewas dalam sekejap.

Hingga saat ini, senjata nuklir hanya pernah digunakan sekali yaitu oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun 1945 di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Dua ledakan di dua kota itu mengakhiri Perang Dunia II.

Selain AS, beberapa negara di dunia telah melakukan uji coba nuklir walau belum secara langsung menggunakannya dalam perang. Uni Soviet terakhir kali menguji senjata nuklir tahun 1990. Menurut Asosiasi Pengendalian Senjata, sejak Uni Soviet runtuh tahun 1991, hanya beberapa negara yang telah melakukan uji coba senjata nuklir.

AS terakhir kali melakukan uji coba tahun 1992, China dan Prancis tahun 1996, India dan Pakistan tahun 1998, dan Korea Utara tahun 2017.

Menurut data dari lembaga Statista, sejauh ini hanya sembilan negara di dunia yang memiliki senjata nuklir. Negara-negara itu adalah Rusia, AS, China, Prancis, Inggris, Pakistan, India, Israel, dan Korea Utara.

Rusia Punya 5.889 Hulu Ledak Nuklir

Per Januari 2023, total hulu ledak yang dimiliki kesembilan negara itu sekitar 12.500 jumlahnya. Dari jumlah tersebut, 90 persen di antaranya milik Rusia dan AS

Rusia merupakan negara dengan jumlah hulu ledak nuklir terbanyak di dunia yaitu 5.889 hulu ledak yang telah dikonfirmasi. Rusia mengalahkan AS yang hanya memiliki 5.224 hulu ledak nuklir.

Kepemilikan senjata nuklir sebenarnya telah lama menjadi perdebatan internasional karena besarnya daya rusak yang dimilikinya. Pada Juli 2017, Majelis Umum PBB melakukan pemungutan suara untuk menyetujui Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir (Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons/TPNW). Ada 139 negara yang mendukung perjanjian tersebut dan menentang kepemilikan senjata nuklir.

Namun ada juga negara-negara yang tidak menyetujui perjanjian itu, termasuk dua negara dengan kepemilikan senjata nuklir terbesar di dunia, yaitu Rusia dan AS. Menurut International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICANW), baik AS dan Rusia sama-sama belum menandatangani dan meratifikasi TPNW.

Rusia secara konsisten menentang seruan Majelis Umum PBB agar semua negara segera menandatangani, meratifikasi, atau menyetujuinya “sedini mungkin”. Rusia bahkan juga tidak berpartisipasi dalam negosiasi TPNW.

Bersama dengan negara-negara lain yang juga memiliki senjata nuklir, Rusia mengatakan bahwa mereka “tidak menerima klaim apa pun bahwa (TPNW) berkontribusi terhadap pengembangan hukum kebiasaan internasional”. Rusia meminta semua negara yang mempertimbangkan untuk mendukung perjanjian tersebut “untuk memikirkan secara serius implikasinya terhadap perdamaian dan keamanan internasional”.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan pada tahun 2019 bahwa tujuan penghapusan senjata nuklir tidak dapat dicapai “dengan metode sepihak dan agak arogan yang menjadi dasar dokumen (TPNW) itu.”

Rusia Mempertahankan Persenjataan Nuklirnya

Walau kepemilikan senjata nuklir ditentang  banyak negara di dunia, Rusia bersikeras untuk tetap mempertahankan bahkan memperkuat persenjataan nuklirnya.

AS melampirkan dalam Nuclear Posture Review tahun 2022 bahwa Rusia dan China sedang memperluas dan memodernisasi kekuatan nuklir mereka.

Tidak hanya itu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga menyatakan adanya kemungkinan akan melakukan uji coba senjata nuklir kembali jika AS melakukannya terlebih dahulu.

Tahun lalu, Putin menandatangani undang-undang yang menarik ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) Rusia.

Tidak hanya uji coba, kemungkinan senjata nuklir akan digunakan Rusia dalam penyerangan juga telah tercantum dalam doktrin nuklir yang dirilis tahun 2020. Dalam doktrin ini, dijelaskan bahwa senjata nuklir akan digunakan sebagai serangan balasan untuk pihak-pihak yang terlebih dahulu menyerang dan mengancam kedaulatan Rusia dengan nuklir ataupun senjata pemusnah massal lainnya, dan senjata konvensional.

Pemegang keputusan atas nuklir dipegang oleh presiden. Di Rusia, presiden dianggap sebagai pengambil keputusan utama mengenai penggunaan senjata nuklir. Presiden Rusia dibekali dengan sebuah koper yang disebut dengan tas nuklir, atau "Cheget" (dinamai dari Gunung Cheget di Pegunungan Kaukasus). Koper ini selalu ada di sekitar presiden.

Menteri Pertahanan Rusia saat ini, Sergei Shoigu, dan kepala staf umum Valery Gerasimov juga diperkirakan memiliki koper tersebut.

Pada dasarnya, koper tersebut adalah alat komunikasi yang menghubungkan presiden dengan jajaran militernya, kemudian kepada pasukan roket melalui jaringan komando dan kendali elektronik yang sangat rahasia yang disebut “Kazbek”. Kazbek juga mendukung sistem lain yang dikenal sebagai "Kavkaz".

Dalam sebuah rekaman yang ditayangkan televisi Rusia, Zvezda pada tahun 2019, ditampilkan sebuah koper dengan serangkaian tombol. Terdapat dua tombol di bagian yang bertandakan "perintah", yaitu tombol warna putih dengan tulisan "luncurkan" dan tombol "batal" yang berwarna merah. Koper tersebut dilaporkan hanya dapat diaktifkan dengan sebuah kartu khusus.

https://internasional.kompas.com/read/2024/03/15/085816370/menengok-kekuatan-persenjataan-nuklir-rusia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke