Salin Artikel

Jika Rusia Menembakkan Senjata Nuklir, Apa yang Akan Terjadi?

Meski begitu, Putin menegaskan, Rusia memiliki nuklir yang sudah siap digunakan kapan pun jika Barat berani mengancam kedaulatan Rusia.

Putin menggarisbawahi pernyataan Presiden Joe Biden bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan mengirim pasukannya ke Ukraina. Putin mengatakan, jika AS bertindak sebaliknya, Moskwa akan menganggap pasukan AS sebagai penjajah dan akan bertindak sesuai dengan itu.

Sejak awal invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, Putin sudah beberapa kali membicarakan kesiapan Rusia untuk menembakan senjata nuklir. Bulan lalu, Putin bahkan memperingatkan bahwa perang nuklir mungkin saja terjadi jika Barat terlalu banyak ikut campur di Ukraina.

Pernyataan Rusia terkait senjata nuklir mengalami perubahan tiap saatnya. Suatu saat, para pemimpin militer Rusia mendiskusikan rencana penggunaan senjata nuklir taktis. Di hari lain, Kremlin menyatakan secara eksplisit bahwa perang nuklir tidak boleh dilakukan dan penggunaan senjata semacam itu tidak memiliki nilai politik atau militer.

Pernyataan yang tidak konsisten itu mengharuskan negara-negara bersiap untuk kemungkinan terburuk.

Tiga Skenario

Menurut analisis dari Council on Foreign Relations, setidaknya ada tiga skenario penggunaan senjata nuklir oleh Rusia. Tiga skenario ini dibagi berdasarkan tingkat keseriusan dan kerusakannya.

Pertama, Rusia menggunakan senjata nuklir hanya sebagai peringatan. Rusia terakhir kali melaksanakan tes senjata nuklir pada 24 Oktober 1990 ketika masih berada di bawah Uni Soviet. Council on Foreign Relations melihat kemungkinan Rusia akan kembali melakukan tes senjata nuklir untuk memberikan peringatan kepada Ukraina.

Meski demikian, diperkirakan bahwa tidak akan ada korban atau kerusakan yang signifikan dalam skenario pertama ini. Rusia kemungkinan besar akan berhati-hati untuk memastikan bahwa uji coba ini tidak menimbulkan korban jiwa dan hanya menghasilkan dampak radioaktif yang minim.

Karena ini hanya sekedar tes, Rusia juga mungkin akan memilih lokasi demonstrasi di wilayah utara, perairan internasional, atau wilayah Ukraina yang tidak berpenghuni.

Pada skenario pertama itu, diperkirakan efek yang diberikan kepada proses resolusi konflik tidak akan signifikan. Negara-negara Barat seharusnya telah lama mengetahui kecanggihan senjata nuklir Rusia. Demonstrasi itu tidak akan mengguncang Barat.

Ukraina juga diperkirakan tetap tidak akan menyerah setelah uji coba tersebut. Sebaliknya, demonstrasi nuklir justru diperkirakan akan memperkuat tekad Kyiv dan menarik lebih banyak simpati serta dukungan dari Barat.

Uji coba senjata nuklir oleh Rusia juga dapat mengancam hubungan Rusia dengan China. China sejauh ini bersimpati terhadap tujuan strategis Rusia di Ukraina. Namun, uji coba nuklir Rusia dapat menempatkan Beijing pada posisi yang sulit. Presiden China, Xi Jinping, menyatakan penolakan China terhadap negara manapun yang menggunakan atau mengancam menggunakan senjata nuklir.

Skenario kedua penggunaan nuklir Rusia adalah menggunakannya secara langsung untuk melawan Ukraina. Rusia dapat menggunakan senjata nuklir untuk menyerang militer atau infrastruktur energi Ukraina dalam upaya melemahkan negara itu dan merusak kapasitas militernya. Senjata nuklir taktis memiliki muatan yang lebih kecil dan penargetan yang lebih tepat, sehingga membuatnya kondusif untuk digunakan di medan perang.

Dalam satu hipotesis, Rusia dapat menargetkan pasukan Ukraina di Luhansk dekat garis Troitske-Svatove-Kreminna untuk mencegah pasukan Rusia mundur, seperti yang mereka lakukan di Kherson. Serangan nuklir dapat melemahkan kekuatan Ukraina dan mengakibatkan wilayah tersebut tidak dapat dihuni lagi yang akan membuat Ukraina berpikir dua kali untuk melakukan serangan sebelum atau selama musim dingin.

Meski dalam skenario kedua ini tentu akan mengakibatkan lebih banyak korban dan kerusakan, Council on Foreign Relations berpendapat bahwa hal ini kemungkinan besar tidak akan menghentikan serangan balasan Ukraina. Bahkan, analis menyebutkan bahwa walaupun senjata nuklir berhasil di darat, Ukraina akan semakin gencar dalam meningkatkan serangan udara dan pertahanan udara.

Selain itu, penggunaan senjata nuklir di medan perang akan kurang efektif dalam mematikan infrastruktur listrik dan energi Ukraina dibandingkan dengan pengeboman konvensional karena efek yang lebih tinggi namun akurasi yang lebih rendah membuat senjata tersebut tidak cocok untuk sasaran sejenis itu.

Di sisi lain, negara-negara Barat kemungkinan besar tidak akan menanggapi penggunaan nuklir taktis dengan mengirimkan pasukan ke Ukraina. Namun, AS dan sekutunya kemungkinan akan meningkatkan jumlah senjata konvensional yang mereka kirim ke Ukraina. Negara-negara Barat juga akan lebih bersedia memberikan bantuan kemanusiaan non-militer sebagai respons terhadap dampak buruk dari radiasi nuklir yang juga dapat berdampak pada negara-negara tetangga.

Sedangkan untuk dampak lingkungan dari penggunaan senjata nuklir taktis masih sulit untuk dihitung. Hal ini dikarenakan efeknya yang sangat bergantung pada hasil hulu ledak, ketinggian ledakan, cuaca, dan geografi lokal. Meski begitu, dapat dipastikan bahwa Rusia akan berhati-hati untuk tidak meledakkan senjata terlalu dekat dengan tentaranya atau wilayah yang didudukinya.

Pada skenario ini, hubungan Rusia dan China juga diprediksi akan hancur. China mungkin akan terpaksa secara terbuka mengecam penggunaan senjata semacam itu oleh Rusia sehingga mengancam kelanjutan kerja sama China-Rusia di masa depan.

Skenario terakhir dari penggunaan nuklir Rusia adalah menggunakannya untuk penyerangan level tinggi. Kemungkinan skenario ketiga ini terjadi cukup kecil karena risikonya yang sangat besar. Meski begitu, skenario ini masih saja memiliki peluang jika konflik Rusia dan Ukraina terus-menerus mengalami eskalasi.

Ketika Putin mulai tersudut karena mengkhawatirkan kekuasaan dan nyawanya, ada kemungkinan Putin melihat senjata nuklir sebagai upaya terakhir untuk mempertahankan diri.

Dalam skenario ini, Rusia akan menggunakan senjata nuklir untuk menargetkan rakyat sipil Ukraina serta negara-negara mitra Ukraina.

Tujuan Rusia jika benar melancarkan skenario ketiga ini adalah melemahkan tekad Barat serta merusak instalasi militer atau infrastruktur lain yang relevan dengan upaya pertahanan Ukraina.

Jika pada skenario-skenario sebelumnya Barat masih menjaga posisi, pada skenario ini Barat diprediksi akan ikut campur tangan secara langsung. Tentu keterlibatan Barat secara langsung akan mengubah intensitas konflik secara dramatis.

Presiden Joe Biden telah mempertaruhkan posisi AS mengenai masalah ini, dengan menyatakan, “Setiap penggunaan senjata nuklir dalam konflik ini dalam skala apa pun tidak dapat diterima oleh kami dan juga seluruh dunia dan akan menimbulkan konsekuensi yang parah.”

AS kemungkinan besar tidak akan menggunakan senjata nuklir sebagai balasan. Alih-alih nuklir, AS kemungkinan besar akan menggunakan senjata konvensional secara langsung terhadap Rusia.

Di sisi lain, anggota-anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Eropa Timur, yang mungkin takut menjadi target Rusia berikutnya, akan sangat tertarik untuk memastikan bahwa aliansi tersebut memobilisasi respons yang mengirimkan sinyal kuat kepada Rusia bahwa penggunaan nuklir tidak akan pernah membantu Rusia mencapai tujuannya.

https://internasional.kompas.com/read/2024/03/14/154244470/jika-rusia-menembakkan-senjata-nuklir-apa-yang-akan-terjadi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke