Salin Artikel

Kisah Pelarian Orang Yahudi Iran via Pakistan

Sebelum Revolusi Islam Iran tahun 1979, jumlah orang Yahudi di negara itu sekitar 100.000 hingga 150.000 orang. Itu menurut data Komite Yahudi Teheran, sebuah kelompok yang melakukkan lobi untuk kepentingan orang Yahudi Iran. Beberapa bulan setelah jatuhnya Mohammad Reza Shah Pahlavi, raja terakhir Iran, banyak orang Yahudi melarikan diri ke Israel dan Amerika Serikat.

Pelarian orang-orang Yahudi itu sebagian dipicu oleh eksekusi terhadap Habib Elghanian. Elghanian merupakan salah satu pengusaha dan seorang filantropi Yahudi terkemuka di Iran saat itu. Dia juga memimpin Komite Yahudi Teheran dan memiliki hubungan dengan Shah yang digulingkan.

Elghanian kemudian dibunuh di depan regu tembak setelah dituduh oleh kelompok revolusioner Islam Iran sebagai mata-mata dan penggalang dana untuk Israel.

Orang Yahudi Menghilang di Iran, Muncul Kembali di Pakistan

Meir Javedanfar, seorang Yahudi Iran yang kini jadi pengajar politik Iran di Universitas Reichman di Israel menuliskan kisah tentang pelarian orang-orang Yahudi Iran pada tahun 1980-an itu di situs lembaga non profit Middle East Institute (mei.edu) pada 28 Desember lalu.

Dia mengisahkan, setiap kali ada teman sekolahnya di sebuah sekolah menengah atas Yahudi di Teheran tidak hadir sehari saja, dia dan teman-temanya akan saling menanyakan apakah teman yang tidak hadir itu sedang sakit atau sudah pergi? Jika teman itu tidak muncul beberapa hari, mereka akan tahu bahwa teman itu telah “pergi”.

Saat itu pertengahan tahun 1980-an. Iran sedang berperang melawan Irak.

Javedanfar mengatakan, dia dan teman seusainya menyaksikan teman-teman mereka mendadak hilang tetapi muncul kembali enam bulan kemudian di Eropa, Amerika, atau Israel. Orang-orang itu pergi melalui sebuah operasi penyelundupan canggih yang membawa mereka ke luar dari Iran dan masuk ke Pakistan.

Dia ingat, ada beberapa cara untuk kabur. Salah satunya adalah menungu panggilan telepon dari Sokhnut – Badan Yahudi di Israel – yang menanyakan apakah Anda siap “untuk pernikahan”.

Anak-anak Yahudi ketika itu diberitahu bahwa jika mereka mendengar kalimat yang merupakan kode itu saat menerima telepon, mereka harus segera memberi tahu orangtuanya dan biarkan orangtua mereka berbicara di telepon.

"Saya ingat, kami menerima telepon pada musim panas tahun 1985. Saat itu hari Jumat dan orang tua saya sedang tidur siang sebelum Sabat. Setelah saya mengangkat telepon dan bertukar salam seperti biasa, penelepon menanyakan pertanyaan kode itu kepada saya. Saya berlari menemui ayah saya dan memberi tahu dia. Dia mengangkat telepon dan memberi tahu si penelepon bahwa kami belum siap," tulis Javedanfar.

Itu bukan satu-satunya cara. Cara lain adalah melalui orang-orang dalam komunitas Yahudi yang bisa mengatur penyelundupan. Orang-orang itu akan menghubungi jaringannnya di Provinsi Sistan dan Baluchistan, Iran, yang berbatasan dengan Pakistan. Dari sana, orang-orang itu diselundupkan, secara perorangan atau bahkan satu keluarga, melintasi perbatasan ke Pakistan.

Operasi tersebut tidak selalu berhasil. Penjaga perbatasan Iran, dalam beberapa kasus, menembak mobil yang membawa mereka. Penjaga perbatasan mengira mereka penyelundup. Ada yang tewas, ada yang ditangkap dan dipenjarakan untuk sementara waktu dan kemudian dibebaskan.

Dalam kebanyakan kasus, para pelarian itu mencoba peruntungannya beberapa kali, baru akhirnya berhasil.

Belakangan terungkap bahwa dinas rahasia Israel, Mossad, berada di balik operasi tersebut. Hal itu tentu tidak mengejutkan, Mossad telah melakukan banyak operasi untuk menyelamatkan orang Yahudi diaspora selama bertahun-tahun. Salah satu contohnya adalah Operasi Musa pada pertengahan tahun 1980-an untuk menyelamatkan orang Yahudi di Ethiopia.

Mengapa Mossad harus menyelundupkan ribuan orang Yahudi Iran ke Pakistan, sebuah negara yang sangat memusuhi Israel dan tidak memiliki komunitas Yahudi? Secara teori, Mossad bisa saja menyelundupkan orang Yahudi Iran ke perbatasan dengan Turki. Turki memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan punya komunitas Yahudi.

Menurut Javedanfar, kemungkinan besar alasannya dipengaruhi faktor geografi dan lokasi Turki di perbatasan dengan Iran. Secara historis, perbatasan barat Iran dengan Turki dan Irak serta perbatasan utaranya dengan Uni Soviet dan negara-negara pecahan Soviet jauh lebih penting bagi para pemimpin dan perencana militer Irang dibandingkan perbatasan Iran di timur dengan Pakistan dan Afghanistan.  Hal ini disebabkan oleh pentingnya negara-negara tetangga di sebelah barat dan utara secara ekonomi, politik, dan militer, sementara negara-negara di sebelah timur relatif lebih miskin.

Provinsi-provinsi di bagian barat dan utara Iran relatif lebih kaya dalam hal sumber daya ekonomi dan pertanian dibandingkan Provinsi Sistan dan Baluchistan, yang berbatasan dengan Pakistan. Provinsi itu sebagian besar berupa gurun dan memiliki sumber daya yang sangat terbatas. 

Dampaknya, Iran mendedikasikan sumber daya yang jauh lebih sedikit untuk mengamankan perbatasannya dengan Pakistan. Hal itulah yang membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik untuk operasi penyelundupan orang-orang Yahudi Iran.

Saat itu Pakistan sangat anti-Israel, pandangan antisemit tersebar luas di kalangan masyarakatnya. Mengapa, dari awal tahun 1980-an hingga akhir operasi penyelundupan itu tahun 1997, pemerintah Pakistan setuju untuk menampung ribuan orang Yahudi Iran?

Javedanfar mengemukakan, jawabannya yang mungkin adalah dukungan AS. Kemungkinan besar, setelah warga Yahudi Iran tiba di sisi perbatasan Pakistan, badan amal Yahudi dan lembaga bantuan pengungsi lainnya yang disponsori AS bertanggung jawab menyediakan perumahan dan membantu mereka, hingga kasus mereka diproses.

Sementara itu, tindakan Pakistan tidak berdampak pada hubungannya dengan Iran. Prioritas hubungan Iran-Pakistan berorientasi keamanan. Di matan Iran, hal itu jauh lebih penting dibandingkan urusan Pakistan menampung warga Yahudi Iran. Pakistan tidak mengembalikan satu orang Yahudi Iran pun yang melarikan diri melintasi perbatasan.

Komunitas Yahudi Iran Saat Ini

Walau banyak yang telah meninggalkan Iran, saat ini masih ada sekitar 12.000 hingga 15.000 orang Yahudi di negara itu. Mereka merupakan minoritas kecil di negara berpenduduk 80 juta orang. Namun, Iran adalah rumah bagi populasi Yahudi terbesar di Timur Tengah di luar Israel.

Orang-orang Yahudi Iran merasa bahwa mereka diterima di negara itu.

"Kami memiliki semua fasilitas yang kami butuhkan untuk ritual kami, dan kami dapat mengucapkan doa dengan sangat bebas. Kami tidak pernah mengalami masalah,” kata Nejat Golshirazi, rabbi berusia 60 tahun, di sebuah sinagoge di Tehran tahun 2018. "Anda sendiri melihat bahwa kami bahkan tidak memiliki penjaga keamanan di sini (sinagoga)," lanjut dia.

Menurut Nejat Golshirazi dan anggota senior komunitas Yahudi Iran lainnya, mereka menikmati hubungan baik dengan pemerintah teokratis garis keras Iran, meskipun ada persepsi di luar negeri bahwa penguasa Iran mungkin akan memperlakukan mereka secara kasar.

“Mayoritas Muslim di Iran telah menerima kami,” kata Homayoun Sameyah Najafabadi, 53, yang pernah menjabat sebagai Elghanian, ketua Komite Yahudi Teheran.

“Kami dihormati dan dipercaya atas keahlian kami dan transaksi yang adil dalam bisnis, dan kami tidak pernah merasa terancam,” kata dia.

Namun, kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para ahli yakin orang Yahudi di Iran menghadapi diskriminasi. Najafabadi, ketua komite, mengakui bahwa dalam beberapa kasus, orang Yahudi Iran kesulitan mendapatkan akses ke sekolah terbaik dibandingkan rekan-rekan Muslim mereka.

Dalam kasus lain, perlakuan terhadap orang Yahudi berakhir dengan kekerasan brutal. Tahun 1998, Ruhollah Kadkhodah Zadeh, seorang pengusaha Yahudi di Iran, digantung oleh pihak berwenang setelah dituduh membantu orang Yahudi Iran beremigrasi. Dua tahun kemudian, 10 orang Yahudi di kota Shiraz dipenjarakan setelah dituduh menjadi mata-mata Israel.

Lalu ada Mahmoud Ahmadinejad, mantan presiden Iran, yang menarik perhatian internasional ketika ia berulang kali menyangkal Holocaust yang menewaskan 6 juta orang Yahudi.

Javedanfar mengatakan, kehidupan orang Yahudi telah membaik di bawah pemerintahan Presiden Iran Hassan Rouhani. Javedanfar akhirnya meninggalkan negara itu menuju Israel tahun 1987 saat masih remaja.

Javedanfar mencontohkan, anak-anak Yahudi di Iran tidak lagi diharuskan bersekolah pada hari Sabat, hari istirahat tradisional dan perayaan keagamaan orang Yahudi yang jatuh pada hari Sabtu tetapi merupakan hari kerja reguler di Iran.

“Pada saat yang sama, rezim terus mengadakan kontes kartun Holocaust yang sangat anti-Semit,” ujar dia. 

Sejarah Yahudi Iran

Orang Yahudi telah menjadi bagian dari sejarah Iran selama ribuan tahun. Kehadiran Yahudi di Persia, nama lama untuk Iran, dikonfirmasi dalam catatan sejarah dan naskah-naskah kuno. Sebuah periode penting dalam sejarah Yahudi Persia adalah ketika Raja Cyrus Agung dari Persia mengalahkan Babilonia tahun 539 SM dan membebaskan orang Yahudi dari pembuangan Babilonia.

Kebijakan Cyrus yang toleran dan penerimaannya terhadap keberagaman agama sering dipuji, dan dia dihormati dalam kitab suci Yahudi sebagai penguasa yang adil.

Pada abad-abad berikutnya, komunitas Yahudi di Persia mengalami berbagai pasang surut. Mereka sering kali hidup dalam kondisi yang relatif damai dan diperbolehkan mempraktikkan agamanya, tetapi terkadang juga menghadapi diskriminasi dan penganiayaan.

Selama periode Sassanian (224-651 M), misalnya, orang Yahudi mengalami perubahan nasib, dengan beberapa raja memberikan mereka perlindungan sementara yang lain memberlakukan pembatasan dan penganiayaan.

Setelah penaklukan Persia oleh kaum Muslim pada abad ke-7, Yahudi, seperti pengikut agama lain di bawah kekuasaan Islam, diberikan status Dhimmi. Ini berarti mereka diakui sebagai "Gente del Libro" (orang-orang dari Kitab) dan diperbolehkan mempraktikkan agama mereka dengan beberapa pembatasan dan perlindungan.

Selama periode Safavid (1501-1736), dinasti yang sangat memengaruhi sejarah Iran, kondisi orang Yahudi sering berubah-ubah. Di bawah Shah Abbas I, misalnya, banyak Yahudi yang menikmati perdamaian dan stabilitas ekonomi, namun pada masa-masa lain mereka menghadapi penganiayaan dan tekanan.

https://internasional.kompas.com/read/2024/01/30/125018670/kisah-pelarian-orang-yahudi-iran-via-pakistan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke