Salin Artikel

Mengenal Siapa Itu Pengungsi Rohingya dan Kenapa Banyak Menuju Indonesia

Sejak 14 November lalu, Badan PBB yang menangani pengungsi (UNHCR) mencatat bahwa Aceh telah kedatangan 1.075 pengungsi Rohingya yang tiba dalam enam gelombang.

BBC News Indonesia merangkum informasi mengenai latar kelompok minoritas yang mengalami persekusi di Myanmar dan penolakan di Indonesia ini.

Berikut sejumlah hal yang perlu Anda ketahui agar memahami konteks tentang pengungsi Rohingya.

Itu adalah sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang terus dicari dalam mesin pencarian.

Pada dasarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut merujuk identitas Rohingya, kewarganegaraan, dan negara asal.

Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang telah tinggal selama berabad-abad di Myanmar--negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, menurut Badan Pengungsi PBB, UNHCR.

Apakah etnis Rohingya merupakan bagian dari Myanmar?

Hal itu masih kontroversial.

Kalangan sejarawan bersilang pendapat apakah Rohingya memang sudah menetap di Myanmar sebelum kemerdekaan dari Inggris pada 1948.

Sebagian sejarawan mengatakan, komunitas ini sudah tinggal di Myanmar selama berabad-abad, hal yang diyakini komunitas Rohingya sendiri--bagian dari etnis di Myanmar.

Pendapat kedua, mengatakan mereka baru muncul sebagai kekuatan identitas dalam seabad terakhir. Hal ini yang dijadikan dasar bagi junta militer--pemerintah di Myanmar--menyatakan mereka sebagai pendatang baru dari subkontinen India.

Melalui kebijakan ini, etnis Rohingya tidak dimasukkan sebagai ‘ras nasional’ Myanmar. Akibatnya, mereka menjadi populasi tanpa kewarganegaraan (stateless) terbesar di dunia.

“Sebagai populasi tanpa kewarganegaraan, keluarga Rohingya tidak memiliki hak-hak dasar dan perlindungan, serta sangat rentan terhadap eksploitasi, kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender, serta pelecehan,” tulis keterangan UNHCR.

Dari sisi historis, keberadaan Rohingya tidak disukai oleh mayoritas penduduk di Rakhine yang didominasi agama Buddha.

Rohingya dipandang sebagai pemeluk Islam dari negara lain. Kebencian terhadap Rohingya dari mayoritas penduduk di Rakhine ini meluas di Myanmar.

Kapan krisis kemanusiaan Rohingya dimulai?

Sejak mereka tidak punya kewarganegaraan, tapi masih tetap tinggal di Myanmar.

UNHCR menyebut hidup dan kehidupan mereka selama puluhan tahun mengalami kekerasan, diskriminasi, dan persekusi di Myanmar.

Orang Rohingya perlahan-lahan mulai meninggalkan Myanmar pada 1990-an.

Tapi puncaknya terjadi pada 2017, saat gelombang kekerasan besar-besaran di Negara Bagian Rakhine memaksa lebih 742.000 orang--setengahnya anak-anak--mencari perlindungan di Bangladesh.

Seluruh desa dibakar, ribuan keluarga dibunuh atau terpisah, dan pelanggaran hak asasi manusia membanjiri laporan-laporan lembaga kemanusiaan.

"Lebih baik mereka membunuh kami daripada mendeportasi kami ke Myanmar," kata seorang etnis Rohingya di kamp pengungsian Cox’s Bazar, Bangladesh kepada BBC--lima tahun setelah eksodus.

Apakah Indonesia satu-satunya tempat Rohingya mencari perlindungan?

Laporan UNHCR per 31 Oktober 2023 menunjukkan 1.296.525 pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan tersebar ke sejumlah negara.

Bangladesh menjadi negara paling banyak menampung, yaitu 967.842 orang. Diikuti dengan Malaysia (157.731), Thailand (91.339), India (78.731) dan terakhir Indonesia (882).

Meskipun jumlah yang masuk ke Aceh, Indonesia sedikit, tapi dalam satu pekan terakhir gelombang pengungsi Rohingya mengalami peningkatan lebih dari 100 persen dengan jumlah sekitar 1.000 orang.

Direktur Arakan Project, lembaga advokasi HAM Rohingya, Chris Lewa menilai “Indonesia bukanlah negara tujuan” bagi pengungsi Rohingya dalam mencari perlindungan.

Kasus-kasus pengungsi Rohingya yang kabur di Aceh menguatkan pernyataan ini. Pengungsi Rohingya yang berada di Malaysia mengatakan kepada BBC, bahwa ia ‘berani membayar Rp 20 juta’ untuk mengirim saudara dari Aceh ke Malaysia.

Secara umum, komunitas Rohingya di Malaysia juga lebih banyak dan mereka bisa bekerja walaupun secara gelap.

Sementara itu, Pemerintah Malaysia menyatakan tidak lagi menerima pengungsi Rohingya dalam beberapa tahun terakhir, dan ditegaskan kembali pada 2020 lalu.

Di sisi lain, jumlah pengungsi internal Rohingya di Myanmar sejauh ini sebanyak 2 juta jiwa, dan yang kembali ke negara itu dari pengungsian negara lain sebanyak 89.402 jiwa.

Mengapa gelombang pengungsi Rohingya makin banyak ke Indonesia?

Menurut perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Ann Mayman, ada dua faktor yang kemungkinan akan mendorong gelombang pengungsi ke Indonesia.

Pertama, konflik di Myanmar makin buruk.

“Semua orang berkonsentrasi pada apa yang terjadi di Timur Tengah (Gaza) dan Ukraina, sehingga intensifikasi konflik senjata di Myanmar adalah sesuatu yang hampir tidak diberitakan,” katanya.

“Para pengungsi tidak cukup terlindungi di Cox's Bazar. Ada peningkatan dalam insiden-insiden tersebut, sehingga mereka khawatir. Mereka takut. Itulah mengapa kami melihat peningkatan,” jelas Ann Mayman.

Mengapa warga Aceh menolak Rohingya?

Gelombang pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Aceh, dan mendapat penolakan sebagian warga di sejumlah wilayah.

Azwani (65) mengaku sebagai perwakilan warga di Kabupaten Pidie, mengklaim warga menolak karena keberadaan pengungsi Rohingya melanggar “norma-norma yang telah disepakati”.

“Kedua, masuk mereka ke sini, tanpa konfirmasi dengan pihak setempat. Jangan kan dengan kami desa, dengan Mustika (aparatur desa) pun tidak pernah dibicarakan. Oleh karenanya, kami tidak dianggap pemerintah di (kecamatan) Padang Tiji ini, sehingga kami menolak,” kata Azwani.

Kepala Desa Lapang Barat di Kabupaten Bireuen, Mukhtar Yusuf, menolak pengungsi dengan alasan tidak ada tempat yang mendukung para pengungsi di wilayahnya.

”Bukan masalah logistik, tapi masalah tempat. Ini kan tempat orang-orang nelayan aktivitas, saya rasa mengganggu,“ ujarnya.

Perwakilan UNHCR di Indonesia, Ann Mayman menyebut pengungsi Rohingya sebagai “orang Palestina di Asia”. Pihaknya mengakui ada ketegangan yang terjadi di lapangan.

Selain itu, kata Ann, sebagai “orang Palestina di Asia”, Rohingya tidak cukup mendapat perhatian yang serupa dengan korban konflik di Gaza.

“Inilah masalahnya. Semua orang memalingkan muka dan menyebut mereka sebagai penjahat, yang sama sekali tidak benar,” katanya.

Dalam keterangannya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, “Kejadian semacam ini akan terus berulang selama akar masalahnya tidak diselesaikan, yaitu masalah Rohingya di Myanmar.”

https://internasional.kompas.com/read/2023/11/26/210500670/mengenal-siapa-itu-pengungsi-rohingya-dan-kenapa-banyak-menuju

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke