Salin Artikel

Sejarah Konflik Palestina dan Israel

Sedikitnya 1.400 warga Israel meninggal dunia, sementara militer Israel mencatat 203 tentara dan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, dibawa ke Gaza sebagai sandera.

Lebih dari 5.000 warga Palestina di Gaza tewas terbunuh akibat serangan udara dan artileri yang dilakukan Israel, sebagai balasan dari serangan Hamas sebelumnya.

Pasukan Israel kini berkumpul di sepanjang perbatasan Gaza dan warga Palestina bersiap menghadapi operasi darat besar-besaran yang akan dilancarkan Israel.

Pada saat yang sama, Israel memberlakukan blokade total terhadap Gaza, sehingga membuat pasokan makanan, bahan bakar dan kebutuhan pokok lainnnya ke area tersebut dihentikan.

Konflik Israel dan Palestina baru-baru ini menjadi yang terbaru dari pertikaian antara kedua pihak yang telah terjadi selama tujuh dekade terakhir.

Sepanjang sejarah, wilayah tersebut telah dilanda serangkaian konflik bersenjata, termasuk beberapa perang yang menentukan dinamika hubungan Israel-Palestina.

Berikut ini adalah sejarah dan masalah utama konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.

Bagaimana konflik bermula?

Inggris menguasai wilayah yang dikenal sebagai Palestina setelah mengalahkan Kesultanan Ottoman, yang menguasai wilayah Timur Tengah dalam Perang Dunia Pertama.

Wilayah itu dihuni oleh minoritas Yahudi dan mayoritas Arab, serta kelompok etnis lainnya yang jumlahnya lebih sedikit.

Namun, ketegangan antara kedua etnis yang tinggal di wilayah itu meningkat, sehingga komunitas internasional memberi tugas kepada Inggris untuk mendirikan “rumah nasional” bagi orang Yahudi di Palestina.

Keputusan ini merujuk pada Deklarasi Balfour yang ditandatangani pada 1917, sebuah kesepakatan antara Menteri Luar Negeri Inggris yang menjabat saat itu, Arthur Balfour, kepada komunitas Yahudi di Inggris.

Deklarasi ini diabadikan dalam mandat Inggris atas Palestina dan didukung oleh Liga Bangsa-Bangsa--organisasi cikal bakal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)--yang baru dibentuk pada 1922.

Bagi orang-orang Yahudi, Palestina adalah rumah bagi leluhur mereka, namun komunitas Arab di Palestina juga mengeklaim wilayah tersebut dan menentang klaim sepihak komunitas Yahudi di sana.

Pertikaian antara komunitas Yahudi dan Arab, serta pemerintahan Inggris, juga meningkat.

Pada 1947, PBB melakukan pemungutan suara dan memutuskan membagi Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab, dan Yerusalem menjadi kota internasional.

Rencana ini diterima oleh para pemimpin Yahudi, namun ditolak oleh pemimpin Arab dan tak pernah diimplementasikan.

Wilayah itu dimaksudkan sebagai tempat aman bagi komunitas Yahudi yang mengalami persekusi, juga sebagai kampung halaman bagi mereka.

Pertempuran antara Yahudi dan milisi Arab semakin intens selama berbulan-bulan. Sehari setelah Israel mendeklarasikan diri sebagai negara, lima negara Arab menyerang wilayah itu.

Pada saat pertempuran berakhir dengan gencatan senjata pada tahun berikutnya, Israel menguasai sebagian besar wilayah tersebut.

Yordania menduduki wilayah yang kemudian dikenal sebagai Tepi Barat, dan Mesir menduduki Gaza.

Sementara wilayah Yerusalem terbagi untuk pasukan Israel di barat dan pasukan Yordania di timur.

Sebab tak pernah ada perjanjian perdamaian, peran dan pertempuran terus terjadi pada dekade-dekade berikutnya.

Sebagian besar pengungsi Palestina dan keturunan mereka tinggal di Gaza dan Tepi Barat, serta di sejumlah negara seperti Yordania, Suriah, dan Lebanon.

Baik mereka maupun keturunan mereka tak diizinkan oleh Israel untuk kembali ke kampung halaman mereka, dengan mengatakan itu akan membuat Israel kewalahan dan mengancam keberadaannya sebagai negara Yahudi.

AS adalah satu dari segelintir negara yang mengakui kota ini sebagai ibu kota Israel.

Selama 50 tahun terakhir Israel telah membangun permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang dihuni lebih dari 700.000 orang Yahudi.

Permukiman ini dianggap ilegal berdasar hukum internasional--seperti yang dinyatakan oleh Dewan Keamanan PBB dan pemerintah Inggris--meskipun Israel menolak klaim ini.

Dengan panjang hanya 41 km dan lebar 10 km, wilayah ini dihuni lebih dari 2.000.000 penduduk, menjadikannya sebagai salah satu tempat terpadat di dunia.

Setelah perang pada 1948-1949, Gaza diduduki oleh Mesir selama 19 tahun.

Pada 1967, Israel menduduki Gaza dan bertahan hingga 2005. Dalam jangka waktu itulah, Israel membangun permukiman Yahudi di wilayah itu.

Israel menarik pasukan dan pemukimnya pada 2005, meskipun mereka tetap memegang kendali atas wilayah udara, perbatasan, dan garis pantai Bersama.

PBB masih menganggap wilayah itu diduduki Israel.

Ini termasuk:

  • Apa yang akan terjadi terhadap pengungsi Palestina
  • Apakah permukiman Yahudi di Tepi Barat tetap berada di sana atau dipindah
  • Apakah kedua pihak harus berbagi Yerusalem
  • Dan – mungkin yang paling rumit – apakah negara Palestina harus dibentuk berdampingan dengan Israel

Upaya apa saja yang sudah dilakukan?

Perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina telah dilakukan berulang kali antara 1990-an hingga 2000-an, diselingi dengan pecahnya pertikaian.

Perdamaian yang dinegosiasikan tampaknya mungkin terjadi pada masa-masa awal.

Sejumlah pembicaraan rahasia di Norwegia menjadi proses perdamaian Oslo, yang dilambangkan dengan upacara di halaman Gedung Putih pada 1993 yang dipimpin oleh Presiden AS Bill Clinton.

Dalam momen bersejarah, Palestina mengakui negara Israel dan Israel mengakui musuh bebuyutannya, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), sebagai satu-satunya wakil rakyat di Palestina.

Otoritas Palestina yang memiliki pemerintah sendiri kemudian dibentuk.

Namun, perpecahan segera muncul ketika pemimpin oposisi Israel saat itu, Benjamin Netanyahu, menyebut proses perdamaian Oslo sebagai ancaman bagi Israel.

Israel mempercepat proyek permukiman komunitas Yahudi di wilayah yang mereka duduki di Palestina.

Kelompok Palestina, Hamas, yang baru saja muncul saat itu, mengirim pelaku bom bunuh diri.

Pada 2000-an, upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian--termasuk pada 2003 ketika peta jalan dirancang oleh negara-negara besar dangan tujuan akhir solusi dua negara, namun hal ini tak pernah terlaksana.

Upaya perdamaian akhirnya terhenti pada 2014, ketika perundingan antara Israel dan Palestina di Washington, AS, gagal.

Rencana perdamaian terbaru--yang disiapkan oleh AS ketika Donald Trump masih menjabat sebagai presiden--disebut sebagai “kesepakatan abad ini” oleh Perdana Menteri Netanyahu, namun ditolak oleh Palestina karena hanya sepihak dan tidak pernah dilaksanakan.

Mengapa Israel dan Gaza sekarang berperang?

Gaza dikontrol oleh Hamas.

Hamas memenangi pemilu terakhir Palestina pada 2006, dan menguasai Gaza pada tahun berikutnya dengan menggulingkan rival mereka, kelompok Fatah dan Presiden Mahmoud Abbas yang berbasis di Tepi Barat.

Sejak saat itu, kelompok-kelompok di Gaza telah berperang beberapa kali dengan Israel, yang bersama dengan Mesir telah mempertahankan blokade parsial untuk mengisolasi Hamas dan mencoba menghentikan serangan, khususnya penembakan roket tanpa pandang bulu ke kota-kota Israel.

Warga Palestina di Gaza mengatakan, blokade yang dilakukan Israel dan serangan udara terhadap wilayah padat penduduk merupakan hukuman kolektif.

Tahun ini merupakan tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Mereka juga mengeluhkan blokade dan tindakan militer yang dilakukan di sana sebagai respons terhadap serangan mematikan terhadap warga Israel.

Ketegangan ini mungkin menjadi salah satu alasan serangan terbaru Hamas.

Namun, para milisi mungkin juga berusaha meningkatkan popularitas mereka di kalangan rakyat Palestina, termasuk dengan menggunakan sandera untuk menekan Israel agar membebaskan sekitar 4.500 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara mereka.

Siapa yang mendukung Israel dalam konflik terbaru, dan siapa yang mendukung Palestina?

AS, Uni Eropa dan negara-negara Barat mengecam serangan Hamas terhadap Israel.

AS, sekutu terdekat Israel, telah memberikan bantuan militer dan ekonomi senilai lebih dari 260 miliar dollar AS (Rp 4,11 kuadriliun) kepada Israel dan menjanjikan peralatan tambahan, rudal pertahanan udara, bom dan amunisi.

AS juga telah mengerahkan dua kapal induk ke perairan Mediterania timur untuk menghalangi musuh-musuh Israel, khususnya Gerakan Hezbollah di Libanon, membuka front kedua perang itu.

Rusia dan China sama-sama menolak mengecam Hamas, dan mengatakan mereka tetap menjaga kontak dengan kedua pihak yang berkonflik.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyalahkan kebijakan AS atas tidak adanya perdamaian di Timur Tengah.

Iran, musuh bebuyutan Israel, adalah pendukung utama Hamas, seperti halnya Hezbollah, yang milisinya terus bertikai dengan pasukan Israel hampir setiap hari sejak serangan Hamas terhadap Israel.

Sejumlah pertanyaan tentang peran Iran dalam serangan Hamas mengemuka, setelah ada laporan mengatakan bahwa mereka memberikan lampu hijau beberapa hari sebelum Hamas melakukan serangan. Namun Iran membantah keterlibatannya.

https://internasional.kompas.com/read/2023/10/24/235800270/sejarah-konflik-palestina-dan-israel

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke