Salin Artikel

3 Cerita Rakyat Populer Tahun Baru Imlek yang Kini Jadi Tradisi Dunia

Setiap tahun dikaitkan dengan salah satu dari 12 hewan dalam zodiak China. Tahun ini adalah Tahun Macan.

Dikatakan bahwa anak yang lahir di tahun depan akan menjadi pemberani, kompetitif dan kuat.

Ada banyak legenda dan cerita rakyat tentang Tahun Baru Imlek. Berikut ini tiga cerita rakyat populer yang melegenda hingga menjadi tradisi perayaan Tahun Baru Imlek di berbagai belahan dunia.

1. Legenda Perayaan Tahun Baru China

Hari Tahun Baru Imlek disebut “Guo Nian” dalam bahasa China, yang artinya 'merayakan (tahun baru)' atau 'mengatasi Nian'. Karakter Nián sendiri bisa berarti 'tahun' atau 'monster Nian'.

Pada zaman dahulu, ada monster bernama Nian (Nianshou ) dengan kepala panjang dan tanduk tajam. Konon, monster itu tinggal jauh di laut sepanjang tahun dan hanya muncul setiap Malam Tahun Baru, untuk memakan orang dan ternak di desa-desa terdekat.

Karena itu, pada malam Tahun Baru, orang-orang akan melarikan diri ke pegunungan terpencil untuk menghindari serangan monster tersebut.

Warga hidup dalam ketakutan akan monster ini sampai akhirnya seorang lelaki tua dengan rambut putih dan kulit kemerahan mengunjungi desa itu.

Dia menolak untuk bersembunyi di pegunungan bersama dengan penduduk desa, dan justru berhasil menakut-nakuti monster itu dengan menempelkan kertas merah di pintu.

Kakek itu juga membakar bambu untuk membuat suara retak yang keras (petasan tempo dulu), menyalakan lilin di rumah, dan mengenakan pakaian merah.

Ketika penduduk desa kembali, mereka terkejut menemukan bahwa desa itu tidak hancur.

Sejak itu menurut cerita rakyat, setiap Malam Tahun Baru orang-orang melakukan seperti yang diperintahkan orang tua itu dan monster Nian tidak pernah muncul lagi. Tradisi ini terus berlangsung hingga saat ini dan menjadi salah satu cara penting untuk merayakan datangnya tahun baru Imlek.

2. Asal Usul Amplop Merah (Angpau Imlek)

Selama periode Tahun Baru Imlek, orang yang sudah menikah atau orang tua memberikan amplop merah kepada anak-anak atau junior yang belum menikah. Amplop merah juga disebut “yasui qian”.

Menurut legenda, pada Malam Tahun Baru, selain monster Nian, ada iblis bernama Sui yang keluar untuk menakuti anak-anak saat mereka tertidur.

Dikatakan bahwa anak-anak yang disentuh oleh iblis akan terlalu takut untuk menangis dengan keras, mengalami demam yang mengerikan, dan bahkan menjadi tidak stabil secara mental.

Untuk menjaga anak-anak agar tidak dilukai oleh Sui, orang tua akan menyalakan lilin dan begadang sepanjang malam.

Pada suatu Malam Tahun Baru, di rumah keluarga pejabat, orang tua memberi anak mereka delapan koin untuk dimainkan agar dia tetap terjaga, sehingga mereka tidak disakiti oleh iblis.

Sepanjang malam agar tidak terlelap, anak-anak itu membungkus koin-koin itu dengan kertas merah, membuka bungkusan itu, membungkusnya kembali, dan membukanya kembali sehingga tetap terjaga.

Orang tua mereka juga meletakkan paket dengan delapan koin di bawah bantal anaknya.

Ketika Sui mencoba menyentuh kepala anak mereka, delapan koin memancarkan cahaya yang kuat dan menakuti iblis itu. Delapan koin itu ternyata adalah delapan peri (pelindung).

Sejak saat itu, pemberian amplop merah menjadi lambang untuk menjaga keselamatan anak dan membawa keberuntungan.

3. Legenda Menempel Kupley Musim Semi di Pintu

Tercatat bahwa asal usul kuplet musim semi dapat ditelusuri kembali ke 1.000 tahun yang lalu ketika orang-orang menggantung “taofu” (jimat tertulis di kayu persik) di pintu.

Legenda mengatakan bahwa ada pohon persik besar yang membentang lebih dari 1.500 kilometer di sebuah gunung di dunia hantu.

Di timur laut pohon, dua penjaga bernama Shentu dan Yulei menjaga pintu masuk ke dunia hantu. Mereka akan menangkap hantu yang menyakiti orang dan mengirimkannya ke harimau sebagai makanan.

Karena itu, semua hantu takut pada kedua penjaga itu. Selanjutnya, diyakini bahwa menggantung sepotong kayu persik dengan tulisan nama kedua penjaga di pintu dapat menakuti hal-hal jahat.

Pada Dinasti Song (960-1279), orang-orang mulai menulis dua sajak berlawanan yang menguntungkan pada kayu persik, bukan nama kedua penjaga.

Dalam perkembangannya kemudian kayu persik diganti dengan kertas merah, yang melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan.

Sejak itu, menempelkan bait musim semi telah menjadi kebiasaan untuk menyambut tahun baru dan mengungkapkan harapan terbaik.

https://internasional.kompas.com/read/2022/02/01/180000670/3-cerita-rakyat-populer-tahun-baru-imlek-yang-kini-jadi-tradisi-dunia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke