Salin Artikel

Goa Mogao di Dunhuang, Situs Harta Karun China Kuno Abad Ke-4

KOMPAS.com - Goa Mogao juga dikenal sebagai "Goa Seribu Buddha", yang merupakan situs harta karun seni yang luar biasa peninggalan peradaban kuno.

Goa Mogao terletak di Gurun Gobi, sekitar 25 km tenggara kota Dunhuang di barat laut China.

Pada akhir abad ke-4, kota Dunhuang telah menjadi persimpangan jalan gurun yang sibuk di rute strategis Jalur Sutra di provinsi Gansu, yang menghubungkan China dan Barat.

Di kota oasis Dunhuang, para pedagang, peziarah, dan pelancong lainnya berhenti, untuk mengamankan perbekalan, berdoa untuk perjalanan selanjutnya atau bersyukur atas kelangsungan hidup mereka.

Sejak abad ke-4, di Goa Mogao dibangun 492 kuil Buddha, yang menjadi situs penyimpanan kitab suci dan karya seni, mencakup beberapa contoh terbaik dari seni Buddhis yang berusia 1.000 tahun.

Mengutip Smart History, para biksu mengukir dinding kuil goa pertama yang membentang sekitar hampir 2 km di sepanjang Sungai Daquan pada 366 M.

Menurut legenda setempat, pada 366 M atau abad ke-4, seorang biksu Buddha bernama Le Zun mendapatkan "penglihatan" tentang seribu Buddha.

Sejak itu, ia terilhami untuk melakukan penggalian goa sesuai petunjuk "penglihatannya"

Dari abad ke-4 hingga ke-14, para biksu Buddha di Dunhuang mengumpulkan kitab suci dari barat, sementara banyak peziarah yang melewati area tersebut melukis mural di dalam goa.

Lukisan dan arsitektur goa berfungsi sebagai alat bantu untuk meditasi, sebagai representasi visual dari pencarian pencerahan, sebagai alat pengingat, dan sebagai alat pengajaran untuk menginformasikan orang China yang buta huruf tentang kepercayaan dan cerita Buddhis.

Mural mencakup 450.000 kaki persegi (42.000 m²).

Selama 1.000 tahun aktivitas seni di Goa Mogao, Dunhuang, memiliki gaya lukisan dinding dan pahatan berubah.

Awal pembangunan kuil goa menunjukkan pengaruh India dan Barat yang lebih besar, sementara selama dinasti Tang (618–906 M) pengaruh gaya lukisan China dari istana kekaisaran terlihat jelas.

Selama abad ke-10, Dunhuang menjadi lebih terisolasi dan organisasi akademi lukisan lokal menyebabkan produksi lukisan massal dengan gaya yang unik.

Seni di kuil-kuil goa semuanya buatan manusia, dan dekorasi masing-masing memiliki konsep dan pesan tertentu.

Perang Dunia II

Selama Perang Dunia II, pelukis China kontemporer terkenal, Zhang Daqian, menghabiskan waktu di Goa Mogao, Dunhuang bersama murid-muridnya.

Mereka menyalin lukisan goa. Jurnalis foto James Lo, teman Zhang Daqian, bergabung dengannya di goa untuk memotret goa.

Bepergian sebagian dengan menunggang kuda, mereka tiba di Dunhuang pada 1943 dan memulai misi fotografinya yang berlangsung selama 18 bulan.

Karena tidak ada listrik yang tersedia, James Lo merancang sistem cermin dan layar kain yang memantulkan cahaya di sepanjang koridor goa untuk menerangi lukisan dan patung.

Arsip Lo (satu set yang sekarang disimpan di Universitas Princeton) terdiri dari sekitar 2.500 foto bersejarah hitam-putih.

Saat ini kuil Goa Mogao di Dunhuang adalah Situs Warisan Dunia. Di bawah perjanjian kolaboratif dengan Administrasi Warisan Budaya Negara China (SACH), Institut Konservasi Getty (GCI) telah bekerja dengan Akademi Dunhuang sejak 1989 dalam proyek konservasi.

Wisatawan dapat mengunjungi kuil-kuil goa dengan didampingi pemandu.

https://internasional.kompas.com/read/2021/09/06/135237770/goa-mogao-di-dunhuang-situs-harta-karun-china-kuno-abad-ke-4

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke