Salin Artikel

Ketika Jepang Terlambat Kembangkan Bomber Jarak Jauh dalam Perang Dunia II

KOMPAS.com – Di awal Perang Dunia II, pesawat merupakan ancaman nyata bagi armada Angkatan Laut Amerika Serikat (AS).

Namun pada 1945, sistem pertahanan udara AS telah meningkat pesat sebagaimana dilansir The National Interest.

Bahkan, pesawat pengebom musuh pun dilaporkan kesulitan melewati pertahanan udara armada “Negeri Paman Sam” yang melindungi kapal induk AS dan kapal kombatan lainnya.

Oleh karenanya, tanpa pangkalan di wilayah garis depan untuk menampung pesawat pengebom, harapan untuk menyerang tanah AS hanyalah mimpi belaka.

Para sejarawan serta akademisi terus memperdebatkan mengapa Nazi Jerman gagal mengembangkan pesawat pengebom jarak jauh sebelum pecahnya Perang Dunia II.

AS, Inggris, dan bahkan Uni Soviet semuanya mengembangkan bomber kelas berat jarak jauh.

Di sisi lain, Blok Poros justru gagal mengembangkan pesawat serupa. Nazi Jerman sebenarnya memiliki pesawat pengebom jarak menengah BF 110.

Namun pesawat ini kesulitan saat berhadapan dengan pesawat tempur musuh.

Nazi Jerman sempat mengembangkan pesawat pengebom jarak jauh bermesin ganda yang dinamakan He-177. Namun proyek itu mandek di tengah jalan.

Negara yang kala itu dipimpin Adolf Hitler itu lantas memfokuskan pengembangannya ke pesawat jet, sementara upaya untuk mengembangkan pesawat pengebom jarak jauh dikesampingkan.

Di tempat lain, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang juga mengembangkan pesawat pengebom jarak jauh bermesin empat, Nakajima G8N Renzan.

Tetapi, seperti banyak “senjata” yang diproduksi oleh Blok Poros, proyek tersebut tidak dilanjutkan karena Jepang keburu terdesak oleh AS.

Nakajima G8N Renzan dikembangkan oleh Nakajima Aircraft Company yang telah mengembangkan pesawat tempur KI-43 serta Kokoku Heiki No 2.

Pesawat tersebut sebenarnya telah memenuhi persyaratan sebagai pesawat pengebom jarak jauh, memiliki kecepatan maksimum 320 knot, dan mampu membawa beban bom 4.000 kilogram untuk jarak 3.700 kilometer.

Jika beban bomnya dikurangi secara drastis, Nakajima G8N Renzan mampu menjangkau 7.400 kilometer.

Dibandingkan dengan pesawat Jepang lainnya, yang sudah dianggap kuno pada akhir Perang Dunia II, Nakajima G8N Renzan lebih modern.

Pesawat ini memiliki tiga roda pendarat dengan kemudi sirip tunggal yang besar.

Pesawat ini ditenagai oleh empat mesin radial Nakajima NK9K-L "Homare" 24 2.000 tenaga kuda dengan turbosupercharger Hitachi 92 dan baling-baling empat bilah.

Nakajima G8N Renzan dibekali sejumlah persenjataan seperti meriam kembar 20 milimeter Tipe 99 dan tiga senapan mesin 13 milimeter Tipe 2.

Pesawat tersebut diawaki oleh tiga orang namun membawa sebanyak 42 penumpang. Perlu 10 orang untuk mengoperasikan senapan mesinnya.

Sejarah mencatat, Nakajima G8N Renzan datang sangat terlambat untuk berkontribusi terhadap upaya perang Kekaisaran Jepang.

Bomber ini melakukan penerbangan pertamanya pada akhir Oktober 1944 dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang berencana membangun 48 unit pada September 1945.

Namun, hanya ada empat unit yang berhasil dibangun hingga akhirnya Jepang menyerah pada Agustus 1945.

Bahkan jika militer Jepang berhasil membangun 48 unit atau bahkan 100 unit, Nakajima G8N Renzan kemungkinan tidak bisa berbuat banyak untuk membalikkan keadaan.

Jika dioperasikan di awal perang, Nakajima G8N Renzan bisa menjadi ancaman yang menakutkan bagi armada Angkatan Laut AS.

Namun pada 1945, sistem pertahanan udara AS meningkat sangat pesat dan peluang Nakajima G8N Renzan untuk bisa menembus itu dinilai sangat kecil.

Salah satu dari empat prototipe Nakajima G8N Renzan rencananya dibawa ke AS untuk dilakukan, tetapi rencana itu dibatalkan.

https://internasional.kompas.com/read/2021/06/26/181253370/ketika-jepang-terlambat-kembangkan-bomber-jarak-jauh-dalam-perang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke