Salin Artikel

[Tokoh Islam] Sayidah Nafisah, Cendekiawan Wanita Guru Imam Syafi’i

KOMPAS.com – Sejarah perkembangan Islam tak hanya berisi para pria yang hebat, namun para wanita juga tampil yang tak kalah hebat pula.

Salah satu wanita hebat yang pernah mengisi ceruk sejarah perkembangan Islam adalah Sayidah Nafisah. Dia lahir di Mekkah pada 145 H atau 762 M.

Melansir Oxford Islamic Studies Online, Sayidah Nafisah merupakan orang suci dan merupakan seorang cendekiawan pada masanya. Dia menikah dengan Ishaq al-Mu'tamin bin Imam Ja'far as-Shadiq.

Dia merupakan cicit dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu dari Nabi Muhammad. Dia pindah dari Hijaz ke Mesir, tepatnya di Kairo, ketika berusia 44 tahun.

Sayidah Nafisah bahkan sempat mengajarkan hadis kepada Imam Syafi’i. Sebagaimana diketahui Imam Syafi'i merupakan salah satu dari empat imam mazhab yang diikuti oleh umat Islam di berbagai belahan dunia.

Nadirsyah Hosen melalui tulisannya di NU.or.id menyebutkan bahwa sejak kecil, Sayidah Nafisah sudah hafal Alquran.

Sayidah Nafisah tiba di Kairo ketika berusia 44 tahun. Saking masyhurnya namanya, kabar kedatangan Sayidah Nafisah tersebar luas dan disambut pemnduduk Kairo.

Setibanya di Kairo, hampir tiap hari ada ratusan orang yang datang hendak menemuinya dengan berbagai keperluan mulai dari berkonsultasi, meminta doa, atau mendengar nasihat dan ilmu darinya.

Lambat laun, Sayidah Nafisah merasa waktunya tersita di Kairo. Dia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Kairo dan kembali ke Madinah agar bisa berdekatan dengan makam Nabi Muhammad.

Namun, keputusannya tersebut ditentang oleh penduduk Kairo dan mereka meminta agar Sayidah Nafisah tidak jadi kembali ke Madinah.

Kabar tersebut sampai ke telingan Gubernur Mesir kala itu. Dia lantas meminta Sayidah Nafisah untuk bertahan di Kairo.

Dia juga bersedia menyediakan tempat yang lebih besar baginya untuk menampung lebih banyak orang.

Gubernur Mesir juga menyarankan agar dia menerima umat hanya pada Rabu dan Sabtu saja. Di luar waktu itu, Sayidah Nafisah bisa berkhalwat beribadah menyendiri.

Selang beberapa saat, Sayidah Nafisah menerima Gubernur Mesir dan memutuskan tinggal di Kairo sampai ajal menjemputnya.

Lebih lanjut, Nadirsyah Hosen menjelaskan, Imam Syafi’i datang ke Kairo lima tahun sesudah kedatangan Sayidah Nafisah.

Sebelum berada di Mesir pun, Imam Syafi’i sebenarnya sudah lama mendengar kemasyhuran Sayidah Nafisah.

Beberapa waktu kemudian, Imam Syafi’i lantas meminta bertemu dengan Sayidah Nafisah. Rupanya, Sayidah Nafisah menyambutnya dengan kehangatan.

Setelah itu, Imam Syafi’i dan Sayidah Nafisah kerap bertemu. Bila Imam Syafi’i berangkat untuk mengajar di Fustat, dia mampir ke rumah Sayidah Nafisah. Keduanya saling menghormati satu sama lain.

Ketika Imam Syafi’i sakit, dia mengutus seorang sahabatnya untuk menemui Sayidah Nafisah lalu meminta dia untuk mendoakan kesembuhan Imam Syafi’i.

Bahkan, Imam Syafi’i sempat berwasiat kepada muridnya dan meminta agar Sayidah Nafisah menyalati jenazahnya jika kelak dirinya wafat.

Ketika Imam Syafi’i wafat pada 204 H atau 820 M, jenazahnya dibawa ke rumah Sayidah Nafisah untuk dishalatkan.

Suatu ketika, Sayidah Nafisah jatuh sakit dan pada malam bertepatan dengan 1 Ramadhan tahun 208 H atau 824 M, sakitnya bertambah parah.

Dikatakan bahwa ia meninggal dalam keadaan sedang membaca Alquran. Ishaq berada di Madinah saat istrinya sakit.

Begitu mendengar istirnya sakit, Ishaq langsung menuju Mesir dan tiba di Kairo ketika istrinya tersebut sudah meninggal.

Mulanya, Ishaq ingin membawa jenazah Sayidah Nafisah untuk dikebumikan di Madinah. Rencana tersebut urung terlaksana dan akhirnya jenazah Sayidah Nafisah dikebumikan di Kairo.

Makam Sayidah Nafisah termasuk dari tempat-tempat masyhur di Mesir. Setiap hari, khususnya Minggu dan Jumat, banyak pengunjung datang berziarah ke tempat ini.

https://internasional.kompas.com/read/2021/05/02/170000270/-tokoh-islam-sayidah-nafisah-cendekiawan-wanita-guru-imam-syafi-i

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke