Salin Artikel

Narsisis, Apa Buruknya?

KOMPAS.com - Seseorang yang sangat membanggakan dirinya, mungkin pernah kamu temui. Apalagi, di era modern kini, di mana budaya yang berkembang memupuk manusia lebih ekspresif.

Namun, narsisis tidak selalu mencerminkan tentang kepercayaan diri dan cinta diri. Lalu apa?

Tidak seperti Narcissus yang menatap dirinya sendiri sambil bercermin di kolam, banyak orang narsisis sebenarnya tidak mencintai diri sendiri, seperti yang dilansir dari BBC pada Sabtu (17/4/2021).

"Orang narsisis cenderung sangat menawan dan ramah, dan mereka dapat membuat kesan pertama yang sangat baik," kata Robin Edelstein, profesor psikologi di Universitas Michigan, AS.

"Tapi, mereka juga cenderung agak tidak menyenangkan, kurang empati dan manipulatif," imbuh Edelstein.

Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa perilaku ini berasal dari cinta diri yang intens, obsesi pada diri sendiri, dan pemusatan diri. Namun, penyebab dari munculnya sikap ini bisa sebaliknya.

"Individu narsistik sebenarnya benar-benar dilumpuhkan oleh rasa tidak aman dan malu, dan seluruh hidup mereka adalah upaya untuk mengatur citra mereka," kata Ramani Durvasula, seorang psikolog klinis berlisensi dan profesor di California State University, Los Angeles.

"Narsisme tidak pernah tentang cinta diri, hampir seluruhnya tentang membenci diri sendiri," imbuhnya.

Sudah lama diketahui bahwa ada 2 jenis narsisis, yaitu orang yang "rentan", yang memiliki harga diri rendah dan menginginkan penegasan, serta orang yang "muluk", yang memiliki rasa diri yang berlebihan.

Sebuah studi baru dari Universitas New York menunjukkan bahwa orang narsisis yang muluk mungkin sama sekali tidak dianggap sebagai narsisis, karena perilaku mereka dapat menyerupai psikopati, kondisi terkait di mana orang bertindak tanpa empati dengan cara melayani diri sendiri.

"Mereka sama sekali tidak merasa nyaman dengan diri mereka sendiri," kata Pascal Wallisch, profesor klinis di Universitas New York dan penulis senior studi tersebut.

"Makalah ini sama sekali tidak untuk menjelekkan narsisis, sebaliknya, kita perlu lebih banyak belas kasih," ucapnya.

Penelitian ini melibatkan hampir 300 mahasiswa sarjana, yang menjawab kuesioner yang mengukur ciri-ciri kepribadian.

Seperti merasa tidak aman atau tidak empati, dengan pernyataan misalnya, "Saya cenderung kurang penyesalan" atau "Yang penting saya terlihat di acara-acara penting".

Mereka menemukan bahwa tidak seperti orang narsisis yang muluk-muluk, narsisis yang rentan adalah kelompok yang paling menunjukkan rasa tidak aman dan sifat terkait lainnya.

Orang narsisis yang rentan memiliki kebutuhan konstan akan perhatian dan obsesi terhadap diri sendiri, yang datang dari rasa tidak aman yang mereka coba tutupi, seperti sensitif terhadap tanggapan orang lain yang membuat mereka terlihat buruk.

https://internasional.kompas.com/read/2021/04/17/222624570/narsisis-apa-buruknya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke