Salin Artikel

Misogini, Istilah yang Muncul pada Abad Ke-17

KOMPAS.com - Kasus kekerasan terhadap perempuan hingga mengakibatkan kematian banyak bermunculan secara global dan dikaitkan dengan misogini.

Salah satu contoh kasus Sarah Everard, mahasiswa yang ditemukan meninggal di hutan, 90 kilometer dari terakhir kali ia terlihat di Clapham, kemudian dilaporkan menghilang lebih dari sepekan.

Kasus kematian Everard dari Brixton yang tersangkanya adalah seorang polisi memicu gelombang protes besar di London tentang misogini. Banyak perempuan mengungkapkan pengalaman mereka diintimidasi atau dilecehkan.

Apa itu misogini?

Misogini adalah bentuk kebencian terhadap wanita. Istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan tindakan kekerasan terhadap perempuan secara ekstrem.

Kasus sejumlah jurnalis wanita di Afghanistan yang ditembak mati saat pulang dari kantor oleh milisi ekstrem adalah contoh lainnya dari bentuk misogini yang saat ini masih eksis.

Kelompok tersebut beranggapan bahwa wanita seharusnya cukup berada di rumah, tidak bekerja di luar.

Kate Manne, penulis buku Down Girl: The Logic of Misogyny menguraikan misogini sebagai tindakan untuk memperkuat dominasi laki-laki melalui referensi kekerasan, seperti yang dikutip dari Very Well Mind.

Sehingga, para wanita yang tidak sesuai dengan hierarki gender masyarakat akan berada dalam bahaya.

Manne membedakan misogini dengan seksisme, bahwa seksisme dianggap sebagai cabang ideologi patriarki yang membenarkan dan merasionalisasi tatanan sosial patriarkal.

Sementara, misogini adalah sistem yang mengatur dan menegakkan norma dan ekspektasi yang mengaturnya.

Sejarah misogini

Istilah misogini muncul pada abad ke-17 saat menanggapi sebuah pamflet anti-wanita yang ditulis oleh Joseph Swetnam, seperti dilansir New York Post.

Swetnam mengeluarkan tulisan menuduh wanita berjudul "Tuduhan itu kotor, pemalas, tidak taat, dan tidak konsisten", pada 1615.

Tulisannya muncul di tengah kecemasan dan perdebatan modern awal tentang posisi wanita dalam masyarakat.

Tulisannya mengandung lelucon seksis, yang ditujukan untuk "sekelompok pria muda yang pusing".

Misogini sedikit digunakan selama beberapa abad berikutnya, tetapi popularitasnya meroket pada pertengahan 1970-an.

Pada 1974, Andrea Dworkin menulis buku berjudul Woman Hating, di mana ia berpendapat bahwa prasangka yang mendalam dan mendarah daging terhadap perempuan memengaruhi aspek kehidupan masyarakat.

"Sebagai wanita, kita hidup di tengah masyarakat yang menganggap kita hina. Kami dibenci.... Kami adalah korban kekerasan berkelanjutan," kata Dworkin.

Gagasannya tecermin dalam tindak pelecehan yang dialami oleh Kathrine Switzer, wanita pertama yang mengikuti Boston Marathon pada 1967.

Dalam acara itu, sejumlah pria mendorong Switzer dengan kasar, mencoba secara paksa mengeluarkannya dari perlombaan.

“Wanita dianggap gagal saat kita sedih. Wanita itu menyedihkan saat kita marah. Wanita itu konyol saat kita militan. Wanita tidak menyenangkan saat kita sedang getir, apa pun penyebabnya," demikian kutipan dari Dworkin pada 1997.

"Wanita menjadi gila ketika wanita menginginkan keadilan. Wanita adalah pembenci pria ketika wanita menginginkan akuntabilitas dan rasa hormat dari pria," lanjutnya.

https://internasional.kompas.com/read/2021/04/09/083530170/misogini-istilah-yang-muncul-pada-abad-ke-17

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke