Salin Artikel

Bertemu 4 Mata, Putin dan Presiden Ukraina Sepakat Gencatan Senjata

Pernyataan itu terjadi setelah keduanya bertemu empat mata dalam pertemuan tingkat tinggi di Paris, Perancis, Senin (9/12/2019).

Pertemuan itu difasilitasi Presiden Perancis Emmanuel Macron, dan dihadiri pula oleh Kanselir Jerman Angela Merkel.

Gencatan senjata itu tentu menjadi angin segar di tengah pertempuran antara pemerintah Ukraina dan pemberontak pendukung Rusia.

Perang saudara yang sudah berlangsung selama kurang lebih 5,5 tahun itu sudah menelan korban tewas hingga 13.000 orang.

Sebelumnya, dua negara sudah melakukan agenda pendahuluan dengan pertukaran tawanan, dan penarikan militer Kiev dari tiga posisi di zona depan.

Apa Saja Kesepakatan yang Dicapai?

Dalam pernyataan tertulisnya, Rusia dan Ukraina sepakat untuk melepaskan setiap "tahanan konflik" pada paling lambat akhir tahun.

Kedua belah pihak juga sepakat untuk untuk menarik mundur pasukan dari tiga kawasan di Ukraina pada Maret 2020.

Dilansir BBC, tidak dijelaskan tiga kawasan mana saja yang jadi perhatian Putin dan Presiden Ukraina 41 tahun itu.

Nantinya, agenda tingkat tinggi lanjutan bakal digelar empat bulan mendatang untuk memperkuat kesepakatan gencatan senjata.

Dalam konferensi pers di Champs Elysee, Putin memuji kesepakatan ini sebagai "batu pijakan penting" guna menurunkan konflik.

Meski begitu, Kiev dan Moskwa masih tak bersepakat soal penarikan tentara yang disokong Rusia, maupun pemilihan di area yang dikuasai separatis.

Putin juga menyerukan kepada Kiev supaya mereka memberikan status khusus bagi Region Donbass, yang berada dalam cengkeraman pemberontak.

Zelensky telah menegaskan, dirinya tidak berniat untuk memberikan konsesi wilayah hanya demi perjanjian damai.

Dalam pernyataannya, Macron mengakui bahwa belum ada solusi konkret yang tercipta. "Namun kami bergerak maju. Ini perubahannya," terangnya.

Kisah Singkat Janji Perdamaian Zelensky

Zelensky, pelawak yang naik menjadi orang nomor satu di Ukraina pada April, berjanji bakal membawa perdamaian di kawasan timur.

Strateginya adalah berusaha memulihkan dialog dengan Kremlin. Karena itu, dia pun memilih sepakat dengan syarat yang diajukan Rusia.

Di antaranya adalah menarik mundur militer Ukraina yang ditempatkan di Stanytsia Luhansk, Petrivske, dan Zolote.

Juni lalu, pemberontak dan tentara pemerintah dilaporkan mundur sejauh satu kilometer dari Stanytsia Luhansk.

Kemudian akhir Oktober, mereka mundur dari Zolote, dan di awal November, mereka dilaporkan mulai menarik diri dari Petrivske.

Pakar intelijen negara Barat dan NATO berulang kali Rusia sengaja mengirim persenjataan berat untuk membantu separatis.

Moskwa membantah tuduhan tersebut. Tetapi di sisi lain, mereka mengakui jika ada "relawan" yang mengulurkan tangan kepada pemberontak.

September lalu, Zelensky menuai pujian karena melakukan pertukaran tahanan dengan Moskwa, langkah yang disebutnya "kemenangan setelah menelepon Putin.

Tapi, dia juga mendapat kecaman karena menyetujui perjanjian 2016 berisi pemberian status istimewa bagi Donbass.

"Formula Steinmeier" menjabarkan mengenai pemilihan yang adil dan merdeka berdasarkan undang-undang Ukraina.

Nantinya, pemilu itu bakal diverifikasi Organisasi Kerja Sama dan Keamanan Eropa (OSCE), dengan pemenang bakal mendapat otonomi khusus.

Sejarah Singkat Konflik

Kelompok pemberian pro-Rusia mencaplok sebagian besar Donetsk dan Luhansk pada April 2014, setelah Rusia merebut Semenanjung Crimea.

Aksi itu terjadi setelah terjadi "Revolusi Maidan", di mana aksi protes yang terjadi Kiev menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych.

Kelompok separatis kemudian mendirikan negara yang merdeka dari Ukraina. Tapi hingga saat ini, dunia tak mengakui mereka.

Berikut linimassa singkat perjalanan konflik pemberian pro-Rusia dan Ukraina:

https://internasional.kompas.com/read/2019/12/10/11431551/bertemu-4-mata-putin-dan-presiden-ukraina-sepakat-gencatan-senjata

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke