Salin Artikel

Rusia Selidiki Pembunuhan Polisi yang Dipesan Lewat "Dark Net"

Seorang penyidik polisi Yevgeniya Shishkina ditembak mati di luar kediamannya di Moskwa pada Oktober 2018.

Lima bulan kemudian, kepolisian setempat mengumumkan telah menangkap dua orang yang diduga terkait pembunuhan Yevgeniya Shishkina.

Kedua orang itu adalah Abdulaziz Abdulazizov seorang mahasiswa kedokteran berusia 19 tahun dan seorang pelajar 17 tahun yang identitasnya tidak disebutkan karena alasan hukum.

Kedua tersangka berasal dari kota St Petersburg.

Hasil penyelidikan awal, yang mengejutkan para penyidik Rusia itu, secara tidak resmi diperlihatkan kepada BBC Rusia oleh sejumlah sumber.

Sidang kasus ini diharapkan bisa digelar pada akhir tahun dengan kedua tersangka akan menghadapi dakwaan resmi.

Dari sejumlah dokumen diduga kedua tersangka mendapat bayaran 1 juta rubel atau sekitar Rp 217 juta untuk melakukan pembunuhan itu.

Menurut laporan kepolisian, perintah pembunuhan diberikan pemilik sebuah situs perdagangan narkoba di sebuah platform jual beli online ilegal yang merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai "dark net".

Igor Bedorov, pengelola Internet Search Company di St Petersburg, kepada BBC Rusia mengatakan, situs itu biasanya digunakan untuk jual beli narkoba.

Situs itu adalah satu dari puluhan situs serupa yang menciptakan sebuah platform jual beli narkoba terbesar di Rusia, Hydra.

Sementara, istilah "dark net" merujuk pada bagian dari internet yang tidak terbuka untuk publik kebanyakan.

Biasanya di dalam "dark net" terdapat berbagai situs ilegal untuk jual beli narkoba, perangkat peretasan, uang palsu, dan layanan pembunuh bayaran.

Hingga kasus ini, belum ada bukti seseorang menjadi korban pembunuh bayaran yang disewa lewat "dark net".


Berdasarkan dokumen yang dilihat BBC Rusia, orang yang membayar untuk pembunuhan itu menggunakan nama samaran Miguel Morales.

Dan, Morales ini sedang berada di bawah penyelidikan Letnan Kolonel Yevgeniya Shishkina. Sejauh ini nama Morales sesungguhnya belum diungkap kepolisian.

Pada Agustus 2018, tersangka yang berusia 17 tahun itu lewat platform Hydra mengatakan sedang mencari pekerjaan.

Sebulan kemudian, menurut dokumen kepolisian dia menerima permintaan untuk memberikan alamat surel untuk menerima pesan pribadi.

Komunikasi kemudian berlanjut lewat pesan-pesan pribadi di mana rincian soal kontrak pembunuhan didiskusikan.

Dokumen kepolisian menyebutkan, remaja itu kemudian membagi uang yang ditawarkan dengan sang kawan Abdulaziz Abdulazizov.

Dia mengambil 400.000 rubel (Rp 87 juta) sementara Abdulazizov mendapatkan 600.000 rubel (Rp 130 juta).

Kedua pemuda ini merupakan teman bermain basket di St Petersburg tak lama sebelum Abdulazizov diterima di sekolah kedokteran Medico-Social Institute di kota St Petersburg.

Dokumen kepolisian menyebut, Abdulazizov kemudian pergi sejauh 700 kilometer ke Moskwa dengan menggunakan layanan berbagi mobil.

Abdulazizov kemudian mendapatkan senjata yang akan digunakannya, sebuah pistol yang sudah dimodifikasi dan amunisi, dari sebuah "drop box" di sebuah kawasan hutan di pinggiran Moskwa.

Setelah mendapatkan senjatanya, Abdulazizov kemudian menginap di sebuah hotel di Krasnogorsk, tak jauh dari kediaman Letkol Shishkina.

Polisi juga menyebut, tersangka yang berusia 17 tahun mengirimkan nama dan lokasi korban kepada Abdulazizov lewat aplikasi Telegram.


Sementara di hotel, Abdulazizov menyaksikan tutorial dari YouTube tentang cara mengisi peluru dan menggunakan senjata.

Di hari pembunuhan, Abdulazizov yang melihat Shishkina keluar dari rumah pada 06.30 langsung menghampirinya.

Abdulazizov merasa saat mendekati Shishkina dia merasa kepalanya agak pusing dan berputar.

Namun, setelah menenangkan diri, Abdulazizov lari mengitari bangunan dan mendekati Shishkina lewat belakang dan menembaknya dua kali dari jarak dekat.

Letkol Shishkina meninggal dunia beberapa menit kemudian dalam pelukan sang suami.

Polisi ternyata berhasil melacak keberadaan Abdulazizov dengan mencari lewat perjalanan aplikasi taksi di kawasan sekitar tempat tinggal Shishkina.

Abdulazizov ternyata pergi ke kediaman Shishkina dengan memesan taksi menggunakan aplikasi di telepon genggamnya.

Beberapa jam setelah melakukan pembunuhan, Abdulazizov menonton sebuah konser rapper Killstation dan Brennan Savage.

Awalnya, kepada polisi Abdulazizov mengatakan, dia pergi ke Moskwa adalah untuk menyaksikan konser kedua penyanyi rap itu.

Beberapa teman Abdulazizov mengatakan, mereka amat terkejut saat mendengar pemuda itu ditangkap dengan dakwaan pembunuhan.

"Dia sosok yang agak rapuh. Dia orang baik, tidak pernah menyakiti orang lain. Saya bahkan tak pernah mendengar dia berkelahi," ujar seorang teman yang tak ingin disebutkan namanya.

Kekasih Abdulazizov, yang juga tak mau disebutkan namanya, menyatakan dia tak percata pria tersebut ditangkap karena membunuh.

"Di hari dia ditangkap, kami seharusnya pergi ke bioskop. Dia bertanya kepada saya apa yang bisa dia belikan untuk saya," ujar gadis itu.

"Tidak ada pertanda apa pun dia tengah terlibat masalah," tambah dia.

Letkol Shishkina telah menjadi penyidik polisi sejak 1991. Berdasar laporan media, Shishkina biasa menangani kasus penyelundupan narkoba, kejahatan ekonomi, dan penipuan.

Polisi mengatakan, Shishkina telah menrima banyak ancaman beberapa bulan sebelum pembunuhannya.

Meski demikian, Shishkina selalu menolak tawaran perlindungan di sekitar kediamannya. 

https://internasional.kompas.com/read/2019/03/30/10320181/rusia-selidiki-pembunuhan-polisi-yang-dipesan-lewat-dark-net

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke