Salin Artikel

6 Maret 1889, Bayer Patenkan Aspirin sebagai Pelopor Obat Modern

Hari ini 120 tahun yang lalu, tepatnya pada 6 Maret 1889, perusahaan obat asal Jerman, Bayer, mematenkan Aspirin yang awalnya berguna untuk menghilangkan rasa sakit dan demam.

Dilansir dari History.com, Bayer sejak lama berusaha mengembangkan obat tersebut. Namun, upaya tersebut berjalan tak mudah karena berbagai pengujian gagal dilakukan.

Akhirnya, melalui tangan seorang apoteker andalnya, Felix Hoffman, obat pereda rasa nyeri berhasil dikembangkan. Obat ini berbentuk bubuk atau puyer, yang mulai dijual oleh Bayer pada beberapa tempat setelah paten didapat.

Aspirin menjadi obat pertama dunia yang mampu menyebabkan industri farmasi kian tumbuh dan berkembang. Berbagai obat dipadukan dengan senyawa ini sebagai penawar berbagai macam penyakit.

Masa Yunani Kuno

Pada masa Yunani Kuni, Hipokrates telah menggunakan senyawa aspirin sebagai obat berbagai macam penyakit, walaupun ketika itu belum menggunakan nama tersebut.

Ketika itu, Hipokrates yang merupakan seorang dokter ini mengekstraknya dari kulit pohon willow.

Pasien harus merasakan obat yang tak enak dan sering menimbulkan sakit perut. Kondisi inilah yang menyebabkan obat itu tak mendapatkan respons yang baik.

Pada 1897, Felix Hoffman menemukan cara untuk membuat bentuk obat yang stabil, yang lebih mudah untuk dikonsumsi.

Dia memulai mensistesis asam asetilsalisilat sebagai pereda nyeri pada rematik ayahnya dan terbukti ampuh. Kondisi ini menyebabkan Bayer berupaya untuk mendistribusikan penemuan apotekernya itu kepada pasien lain.

Setelah mendapatkan patennya, Bayer mulai membagikan aspirin dalam bentuk bubuk kepada dokter-dokter di wilayah Jerman.

Obat tersebut menggunakan nama "Aspirin" yang diambil dari "a" untuk "asetil", "spril" untuk tanaman "spirea" (sumber salisin), dan "in" untuk zat pada jaman tersebut.

Aspirin juga digunakan oleh Bayer sebagai merek dagang. pada 1915, Bayer membuat resolusi dengan mengemasnya dalam bentuk tablet agar mudah dikonsumsi seseorang.

Antusiasme terhadap Aspirin di Amerika Serikat menjadikan Bayer membuka cabangnya di sana dan bekerja sama dengan otoritas setempat

Efek Perang Dunia

Dua tahun kemudian, paten Bayer terganjal karena efek Perang Dunia I. Perusahaan kehilangan hak merek dagang mereka untuk Aspirin di berbagai negara. Kondisi ini mengurangi keuntungan Bayer dalam distribusi dan penjualan obat.

Setelah Amerika Serikat berperang melawan Jerman pada April 1917, Alien Property Custodian, sebuah badan pemerintah yang mengelola properti asing menyita aset-aset di Bayer di AS.

Dua tahun kemudian, nama dan merek dagang perusahaan Bayer untuk Amerika Serikat dan Kanada dilelang dan dibeli oleh Sterling Products Company kemudian Sterling Winthrop dengan harga 5,3 juta dollar AS.

Selama Perang Dunia II, Bayer menjadi bagian dari IG Farben, konglomerat industri kimia Jerman yang menjadi sumber keuangan pada rezim Nazi.

Setelah Perang Dunia II, Sekutu memecah IG Farben, dan Bayer kembali muncul sebagai perusahaan individu dengan memulai memproduksi obatnya sendiri.

Pada 1994, Bayer mendapatkan kembali hak atas nama dan logo Bayer dan memungkinkan perusahaan sekali lagi mengambil untung dari penjualan Aspirin tersebut.

https://internasional.kompas.com/read/2019/03/06/11115451/6-maret-1889-bayer-patenkan-aspirin-sebagai-pelopor-obat-modern

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke