Salin Artikel

Kota Dien Bien Phu, Bukti Semangat Rakyat Vietnam Usai Perang 64 Tahun Silam

Bagi siapapun yang masih mempertanyakan semangat rakyat Vietnam, disarankan untuk menempuh perjalanan darat yang menantang dari ibukota menuju kota ini (meskipun tersedia penerbangan perintis), sambil bertemu dengan suku-suku gunung yang beragam – mulai dari Tai hingga Mong dan Kinh.

Pertempuran Dien Bien Phu pada 1954 dan kekalahan pasukan Perancis memalukan di kota ini merupakan salah satu peristiwa pasca-Perang Dunia II yang terpenting. Dapat dikatakan, ini menandai dimulainya kehancuran kekuatan kolonial Eropa di Asia (Inggris menarik diri dari Malaya pada 1957), dan tumbuhnya gerakan nasionalis serta Amerika.

Namun sebenarnya pihak Perancis juga sangat bertanggung jawab atas penghinaan terhadap dirinya sendiri. Mereka memilih daerah yang terisolasi, menempatkan lebih dari 15.000 pasukan yang hanya didukung oleh sebuah landasan terbang.

Gagasan ini ditujukan untuk memancing pasukan Republik Demokratik Vietnam yang licin dan bersenjata ringan keluar ke tempat yang terbuka.

Namun, saat itu kekuatan Perancis sudah lemah. Bertarung di berbagai medan perang – mulai dari Aljazair, Afrika Barat hingga Madagaskar – mereka tidak dapat mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengalahkan Jenderal Vo Nguyen Giap yang legendaris, beserta pasukannya yang sudah makan garam peperangan.

Mereka juga membuat sejumlah kekeliruan perhitungan yang fatal. Yang paling krusial adalah keyakinan bahwa Vietnam tidak akan mampu membekali pasukannya karena dataran yang bergunung-gunung.

Namun, Ho Chi Minh telah merekrut lebih dari 250.000 pembuat tembikar untuk mengangkut pangan, amunisi, dan juga artileri yang telah dibongkar menuju perbukitan di sekitar Dien Bien Phu.

Artileri tersebut kemudian dengan cepat dirakit kembali dan dipasang untuk membombardir pasukan Perancis yang berada di posisi rentan – mengubah medan pertempuran menjadi rawa berlumpur yang mengingatkan pada perang parit di Perang Dunia I.

Sejarah terukir di bukit-bukit ini. Situs perkemahan kubu Perancis maupun Vietnam sekarang dilindungi—memberi gambaran tentang perang yang memakan lebih dari dua juta jiwa bagi republik ini.

Bagi Hoang Thi Nga (33), seorang petani padi, rasa bangga terhadap negaranya jelas terlihat. “Saya sangat bangga dengan sejarah kami. Negara saya telah mengalahkan musuh yang kuat,” katanya.

Dan dengan pertarungan ikonik yang akan genap 65 tahun di tahun depan, pemerintah setempat berharap meningkatkan jumlah wisatawan hingga lebih dari 870.000 dan membawa keuntungan sekitar 54 juta dollar AS.

Namun, apa dampaknya bagi rakyat Vietnam biasa seperti Nga? “Saya dulu membuat banyak ‘Khan Pieu’ –penutup kepala tradisional yang dipakai oleh perempuan etnis Thai – sebelum saya menikah. Tetapi, saat ini saya menghabiskan waktu untuk mengurus keluarga dan membantu mencari penghasilan tambahan,” Nga bercerita.

“Saya punya dua anak laki-laki. Yang tua usianya 16 tahun dan bersekolah di SMA, adiknya berusia 6 tahun dan masih SD,” ujarnya.

“Saya berharap keluarga saya akan selalu erat dan kedua putra saya akan mendapatkan pendidikan yang layak. Ketika saya masih muda, saya tidak memiliki impian. Ayah saya seorang pemabuk. Yang saya inginkan saat itu hanya pergi, menikah dan memiliki keluarga sendri,” katanya.

“Ya, kehidupan kami telah membaik sekitar beberapa tahun ke belakang. Kami memiliki jalanan yang lebih baik, serta listrik. Namun tantangan sesungguhnya adalah meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan desa,” Nga menutup ceritanya.

Dien Bien Phu adalah pembuktian semangat rakyat Vietnam. Tantangan mereka saat ini adalah untuk memberikan perdamaian, kesejahteraan dan mobilitas sosial bagi rakyat seperti Nga. Namun, tak ada keraguan di benak saya bahwa Republik ini akan berhasil.

https://internasional.kompas.com/read/2018/12/20/17150481/kota-dien-bien-phu-bukti-semangat-rakyat-vietnam-usai-perang-64-tahun

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke