Seorang Pencuri Mobil Mewah Tertangkap Gara-gara Pelembab Bibir

Pelaku diketahui telah mencuri sejumlah mobil mewah senilai total 97.000 poundsterling atau hampir Rp 2 miliar, sebelum akhirnya ditangkap.

Aksi pencurian telah dilakukan sejak akhir Mei tahun 2017, dengan membawa lari dua mobil Mercedes senilai 20.000 poundsterling (Rp 394 juta) dan 32.000 poundsterling (Rp 631 juta) dari Kota St Neots, Cambridgeshire.

Tak hanya mencuri dua buah mobil, pelaku juga mengambil ponsel serta seperangkat kamera senilai 10.000 poundsterling (Rp 197 juta) dari rumah salah satu korbannya.

Aksi pencurian selanjutnya dilakukan beberapa minggu kemudian pada 14 Juni 2017. Kali ini pelaku membawa lari sebuah mobil Audi S3 senilai 45.000 poundsterling (Rp 888 juta) dan sebuah tas tangan berisi kartu ATM.

Polisi akhirnya dapat menemukan petunjuk setelah berhasil menemukan kembali mobil Audi yang dicuri.

Mobil tersebut ditemukan ditinggalkan di Barnet, London utara, lima hari setelah dicuri.

Polisi pun melakukan penggeledahan pada mobil dan menemukan sebuah pelembab bibir yang diyakini telah digunakan pelaku.

Dari pelembab bibir tersebut, polisi dapat menemukan DNA yang tertinggal. Setelah dilakukan pemeriksaan DNA, akhirnya terungkap identitas pelaku.

Pelaku pencurian mobil diketahui bernama Sheridan Fayomi, seorang pria berusia 27 tahun.

Setelah mendapat identitas pelaku, polisi melakukan pencarian. Dua bulan kemudian, Fayomi dapat ditemukan dan ditahan.

Dari pelaku, polisi menyita sebuah ponsel yang diketahui merupakan hasil pencurian pertama, sehingga polisi dapat menghubungkan pelaku dengan kasus kejahatan sebelumnya.

Dalam persidangan yang dilangsungkan di Harrow Crown Court, pelaku terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman lima tahun enam bulan.

Menurut keterangan Detektif Constable James Howard dari Cambridgeshire Constabulary, pelaku diketahui sebagai memiliki riwayat kriminal dan menargetkan korban dan kendaraan bernilai tinggi.

"Pelaku melakukan pencurian untuk memenuhi gaya hidupnya yang mewah," kata Detektif Howard dilansir Sky News.

"Dia menargetkan orang-orang kaya dan sukses tanpa mempedulikan dampak tindak kejahatan yang dilakukannya yang dapat menghancurkan hidup korbannya," tambahnya.