Korut Siap Akhiri Perang dengan Korsel dan AS

Media Korut KCNA menyatakan, terdapat desakan publik agar negara komunis itu menandatangani perjanjian damai dengan Korsel.

"Terdapat suara-suara yang menginginkan agar mengadopsi deklarasi berakhirnya perang," ulas KCNA dikutip Newsweek Selasa (24/7/2018).

Perang Korea yang terjadi pada 1950-1953 merupakan perang antara Korut dengan Korsel yang mendapat dukungan dari AS.

Perang tersebut berakhir dengan gencatan senjata yang ditandatangani pada 27 Juli 1953. Jadi, secara teknis kedua negara masih terlibat perang.

KCNA melanjutkan, saat ini Korut telah memulai proses untuk menurunkan ketegangan, serta membangun kepercayaan dengan Korsel dan AS.

Antara lain ketika Pemimpin Korut Kim Jong Un bertemu dengan Presiden Korsel Moon Jae In di kawasan perbatasan Panmunjom pada 27 April.

Kemudian Kim bertatap muka dengan Presiden AS Donald Trump di Hotel Capella, Singapura, pada 12 Juni.

Perkembangan pembicaraan damai tengah dilakukan antara Korut dengan AS dan Korsel, serta dukungan untuk membuat traktat yang menggantikan gencatan senjata.

Selain menyebut adanya perkembangan positif, KCNA juga mengkritisi kalangan oposisi seperti Partai Liberal Korea (LKP) yang dianggap menolak perjanjian damai.

Ketua LKP Hong Joon Pyo, di akun Facebook-nya menulis, hampir tidak mungkin menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea.

Hong begitu skeptis dengan keinginan Kim untuk melaksanakan denuklirisasi total meski terdapat laporan Korut mulai melucuti salah satu fasilitas peluncuran roketnya.

"Aksi konfrontasi yang dilakukan LKP merupakan bentuk ambisi kotor, dan bertentangan dengan takdir serta prospek negara ini," kecam KCNA.

Baik Trump maupun Moon menyuarakan optimisme bahwa Kim bakal memenuhi janjinya untuk melaksanakan denuklirisasi.