Salin Artikel

Mahathir Menang, 60 Tahun Hegemoni Koalisi Partai Penguasa Malaysia Berakhir

Sebab, koalisi yang sebelumnya bernama Aliansi ini akhirnya terdongkel dari pucuk kekuasaan selama berkuasa di Malaysia sejak merdeka di 31 Agustus 1957, atau 60 tahun terakhir.

Dalam Pemilihan Umum (Pemilu) yang digelar, koalisi partai sayap kanan dan tengah itu meraih 79 dari 222 kursi parlemen.

Perolehan tersebut jelas merupakan yang terburuk sepanjang 45 tahun sejarah berdirinya koalisi itu.

Sebab, sejak pemilu 1974 silam, Barisan Nasional selalu meraih lebih dari 100 kursi Parlemen Malaysia.

Mereka dikalahkan oleh koalisi oposisi, Pakatan Harapan (PH), yang memenangkan 122 kursi parlemen.

Koalisi ini dipimpun oleh Dr Mahathir Mohamad yang dulunya merupakan kader terbaik dari koalisi BN.

Hasil ini begitu mengejutkan. Sebab, sebelumnya pengamat menilai mengalahkan BN bukanlah perkara mudah.

BN diyakini telah "meramu" peta daerah pemilihan (dapil) pemilu dengan saksama, maupun memutuskan hari pemilu di tengah pekan untuk menfasilitasi kemenangan mereka.

Namun, Perdana Menteri Petahanan sekaligus Ketua BN, Najib Razak, tidak kuasa menahan gemuruh suara rakyat yang menginginkan adanya perubahan.

Menteri Kabinet Najib dan Politisi Senior Kalah Mengejutkan

Tanda-tanda berakhirnya hegemoni BN sudah mulai tercium menyusul kekalahan mengejutkan para menteri kabinet Najib ketika proses hitung cepat memasuki separuh jalan.

Menteri Transportasi Liow Tiong Lai dan Menteri Kesehatan Subramaniam Sathasivam dikalahkan oleh penantangnya masing-masing di dapil Buntong, Pahang, Segamat, dan Johor.

Dua menteri ini menjabat sebagai presiden dari partai yang menjadi komponen utama koalisi Barisan Nasional.

Liow memimpin Asosiasi China Malaysia (MCA). Sedangkan Subramaniam adalah orang nomor satu di Kongres India Malaysia (MIC).

Kekalahan ini menjadi sinyal jelas etnis minoritas China dan India tetap loyal memilih kubu oposisi.

Tren politik ini sudah terjadi sejak Pemilu 2008. Ketika itu, BN kehilangan dua per tiga mayoritas parlemen dengan meraup 140 kursi setelah di Pemilu 2004 mendapat 198 kursi.

Tercatat, ada delapan menteri dan 19 wakil menteri di kabinet Najib yang harus kehilangan kursinya.

Menteri berpengaruh lain adalah Menteri Pertanian Shabery Cheek, maupun Menteri Kedua Bidang Keuangan Johari Abdul Ghani.

Berakhirnya dominasi Barisan Nasional juga terlihat dari hasil penghitungan cepat di Negara Bagian Johor.

Johor merupakan wilayah yang menjadi tempat kelahiran Organisasi Nasional Malay Bersatu (UMNO), partai utama di koalisi BN.

Di level parlemen, BN hanya mendapat delapan kursi. Anjlok dari 21 kursi yang dimenangkan di Pemilu 2013.

Adapun Pakatan harapan merebut 18 kursi di negara bagian yang berbatasan dengan Singapura tersebut.

Kemudian di level negara bagian, BN yang telah berkuasa di Johor sejak Malaysia tersungkur dengan perbandingan 19 melawan 36 kursi milik PH.

Salah satu politisi veteran UMNO di Johor, Razali Ibrahim, ditumbangkan lawannya yang masih berusia 25 tahun.

Razali, yang menjabat Wakil Menteri di Kantor Perdana Menteri, kalah dari pendatang baru Syed Saddiq Syed Abdul Rahman.

Syed Saddiq adalah politisi dari partai pimpinan Mahathir, Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM).

BN juga menuai kekalahan di Negara Bagian Negeri Sembilan dan Malaka yang mereka dominasi sejak Pemilu 1974 tersebut.

Masa Depan Barisan Nasional

Sejarah menunjukkan, partai yang kalah setelah berkuasa selama puluhan tahun masih bisa kembali ke pucuk pimpinan.

Di Jepang, Partai Liberal Demokratik sempat kalah di Pemilu 2009 setelah berkuasa 54 tahun. Mereka kemudian kembali berjaya pada Pemilu 2012.

Meski begitu, kekalahan ini tetap saja menyakitkan bagi Najib. Sebab, dia harus kandas di tangan mantan mentor politiknya.

https://internasional.kompas.com/read/2018/05/10/17343141/mahathir-menang-60-tahun-hegemoni-koalisi-partai-penguasa-malaysia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke