Salin Artikel

Biografi Tokoh Dunia: Boris Yeltsin, Presiden Terpilih Pertama Rusia

Yeltsin bahkan sampai dua kali memenangkan pemilu presiden sebelum akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatannya pada 1999 setelah didesak dan diancam dengan tuduhan terlibat dalam perpecahan Uni Soviet.

Awal Kehidupan dan Karier Politik

Boris Nikolayevich Yeltsin lahir pada 1 Februari 1931 di desa Butka, sebuah desa kecil yang terletak di wilayah pegunungan Ural, Rusia. Dia lahir di keluarga biasa.

Kakeknya dipaksa bekerja di bidang pertanian dalam rangka kolektivisasi yang dijalankan pemerintahan diktator Soviet, Joseph Stalin. Sedangkan sang ayah sempat ditangkap selama masa pembersihan di era Stalin.

Di usia enam tahun, Yeltsin bersama keluarganya pindah ke kota industri di Berezniki, tempat sang ayah yang merupakan mantan tahanan Gulag mendapat pekerjaan sebagai buruh.

Sejak muda, Boris Yeltsin sudah menunjukkan jiwa pemberontak. Dia bahkan sampai kehilangan dua buah jari tangannya akibat bermain granat.

Selepas masa sekolah, Yeltsin melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut Politeknik Ural yang ada di kota Sverdlovsk (sekarang Yekaterinburg) dan mengambil jurusan teknik sipil.

Di bangku kuliah itu pula Yeltsin bertemu calon istrinya Naina Iosifovna Girina yang kemudian akan dinikahinya dan memiliki dua anak perempuan dari pernikahan mereka.

Selepas lulus dari bangku perkuliahan, Yeltsin bekerja di perusahaan konstruksi. Dan ketika berusia 30 tahun, dia mulai melangkahkan kakinya ke dunia politik dengan menjadi anggota Partai Komunis.

Karier politiknya berjalan lancar dan terus menanjak, hingga pada 1976 Yeltsin ditunjuk menjadi sekretaris utama (setara dengan gubernur) di kota Sverdlovsk.

Pada 1985, pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev memanggilnya ke Moskwa untuk menjadi ketua partai. Setahun berselang, Gorbachev memilihnya untuk menjadi anggota Politburo, komite pembuat kebijakan utama Partai Komunis.

Menjabat sebagai sekretaris utama Partai Komunis Moskwa, Yeltsin membuktikan dirinya sebagai seorang reformis yang cakap.

Namun kemudian dia berseberangan dengan Gorbachev dan mulai menyerangnya dengan kritikan-kritikan, menyebut pemimpin Soviet itu terlalu lamban dalam menerapkan reformasi.

Akibatnya, dua tahun berselang Yeltsin diminta mundur dari dua jabatannya sebagai ketua partai Moskwa pada 1987 maupun di Politburo pada 1988.

Terpilih Menjadi Presiden Rusia

Meski posisinya di Partai Komunis mengalami kemunduran, hal itu tidak menyurutkan ambisi politiknya.

Bahkan secara mengejutkan Yeltsin berhasil kembali meraih dukungan publik saat memenangkan pemilihan ke parlemen Soviet yang baru dibentuk dengan perolehan hampir 90 persen suara pada 1989.

Setahun kemudian, tepatnya pada 29 Mei 1990, parlemen Rusia memilihnya sebagai Presiden Rusia, berlawanan dengan kehendak Gorbachev. Ketika itu, Rusia masih menjadi bagian dari Uni Soviet.

Dalam peran barunya sebagai Presiden Republik Rusia, Yeltsin secara terbuka mendukung hak otonomi yang lebih besar dalam Uni Soviet.

Pada masa itu, Uni Soviet sedang diguncang kudeta oleh komunis garis keras yang ingin melengserkan Gorbachev. Meski Yeltsin saat itu adalah rival Gorbachev, namun dia mengecam upaya kudeta.

Kudeta yang dilancarkan pejabat konservatif Soviet berakhir hanya dalam tiga hari dan setelahnya nama Yeltsin semakin diakui sebagai tokoh politik Rusia paling kuat saat itu.

Namun demikian tekanan untuk mundurnya Gorbachev dari presiden Uni Soviet masih terjadi. Hingga pada 25 Desember 1991, Uni Soviet runtuh dengan mundurnya Gorbachev.

Pemerintah Rusia yang dipimpin Yeltsin kemudian mengambil alih tanggung jawab untuk pertahanan, urusan luar negeri dan keuangan. Yeltsin mengandeng presiden Ukraina dan Belarusia untuk mendirikan Persemakmuran Negara-negara Independen.

Dengan runtuhnya Uni Soviet dan Rusia menjadi negara yang merdeka, Presiden Yeltsin berupaya membangun ekonomi negara yang teruncang.

Awal 1992, Yeltsin memutuskan menghentikan subsidi dan mendorong terjadinya pasar bebas. Situasi itu membuatnya mendapat tentangan dari Kongres Wakil Rakyat.

Presiden Yeltsin dengan kongres semakin berseberangan dengan adanya isu kekuasaan dalam konstitusi baru yang disusun menggantikan era Uni Soviet.

Pada 21 September 1993, Yeltsin secara inkonstitusional memutuskan membentuk ulang kongres dengan pemilihan parlemen baru.

Akibat keputusannya, pemerintahan Yeltsin sempat mengalami upaya kudeta namun berhasil digagalkan oleh militer yang setia pada pemerintah.

Selain konflik di dalam negeri, Rusia juga menghadapi pemberontakan dari Republik Chechnya yang ingin memisahkan diri. Yeltsin pun menggunakan kekuatan militer untuk meredam pemberontakan tersebut pada 1994.

Berbagai masalah yang muncul mulai dari kegagalan reformasi pasar bebas dan pemberontakan Chenchnya membuat popularitas Yeltsin semakin menurun.

Walau demikian, dia masih kembali memenangkan pemilihan presiden yang dilangsungkan pada tahun 1996. Di usainya yang ke-65 tahun, kesehatan Yeltsin mulai menurun. Dia bahkan sempat mendapat serangan jantung.

Masalah konflik politik juga masih terjadi hingga pada puncaknya parlemen negara mulai mendakwanya dengan keterlibatan yang mendorong pecahnya Uni Soviet, selain juga sejumlah tuduhan lainnya.

Pengunduran Diri dan Akhir Kehidupan

Di penghujung tahun 1999, Boris Yeltsin mengeluarkan pengumuman pengunduran dirinya dan menyerahkan jabatan presiden kepada perdana menterinya saat itu, Vladimir Putin, dengan syarat diberikan kekebalan dari penuntutan di masa depan.

Syarat tersebut dipenuhi dan jabatan Presiden Rusia pun beralih pada Putin, sementara Boris Yeltsin yang telah mendapat imunitas memilih pensiun dan hidup tenang jauh dari publik bersama keluarganya.

Boris Yeltsin diberitakan meninggal dunia di usia 76 tahun pada 23 April 2007 di Moskwa, Rusia. Dia pun diingat sebagai sosok yang berkonstribusi besar dalam pembubaran Uni Soviet dan pembentukan Rusia pasca-komunis.

https://internasional.kompas.com/read/2018/04/24/18245461/biografi-tokoh-dunia-boris-yeltsin-presiden-terpilih-pertama-rusia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke