Salin Artikel

Kemiskinan Jadi Motivasi Maestro Balet Li Cunxin Gapai Kesuksesan

Berkat kegigihan dan kerja keras yang ia jalani, Li membentangkan karir baletnya hingga mancanegara, seperti dilaporkan Australia Plus ABC, Rabu (27/9/2017).

Pekan lalu, direktur artistik dari Queensland Ballet ini mengunjungi Jakarta, bertemu dengan sejumlah balerina lokal berbakat dan membagikan kisahnya.

Semasa kecil, Li Cunxin sangat akrab dengan kemiskinan. Anak ke-6 dari 7 bersaudara ini hidup prihatin bersama keluarganya di sebuah desa dekat kota Qingdao, Provinsi Shandong, China.

Kala itu, balet bukanlah sesuatu yang dekat dengan dunianya. Hingga usia 11 tahun, ia mendapat kesempatan belajar balet di Beijing Dance Academy. Di sana, kehidupannya mulai berubah.

Li menuturkan, kemiskinan yang dialaminya saat kanak-kanak membuatnya sadar betapa berharganya peluang yang ia dapatkan dalam hidup.

Baca: Kerja Keras Anak Piatu Miskin Bisa Kuliah di Kedokteran Gigi UGM

Ia mengaku, kala itu, masa depannya diselimuti kabut kelaparan, tak ada harapan.

“Orang tua saya, kakek-nenek saya, buyut saya, beberapa generasi ke belakang, semuanya menjalani hidup yang sama. Tak ada cukup makanan, tak ada cukup baju di musim dingin padahal salju setinggin ini (menunjuk lutut) dan suhunya bisa mencapai 25-30 derajat di bawah nol.”

“Jadi, balet adalah sebuah peluang bagi saya, ini sebuah berkah untuk saya,” ujar direktur artistik Queensland Ballet sejak tahun 2012 ini.

Li mengaku, pada awalnya ia tak menyadari kesempatan emas itu, hingga sang guru balet membimbingnya.

“Guru Shaw tahu mimpi masa kecil saya yaitu untuk membantu keluarga saya, menyelamatkan mereka dari kelaparan, dari rasa kedinginan. Jadi ia bilang kepada saya, ‘Dengar, kalau kamu jadi penari yang bagus, kamu bisa menghasilkan uang cukup, kamu bisa menabung dan mengirimkannya ke rumah, membantu keluargamu’,” cerita ayah 3 anak ini.

“Jadi itulah motivasi saya untuk bekerja lebih keras,” sambungnya.

Saat di Beijing itulah, Li mendapat beasiswa untuk memperdalam balet di Amerika Serikat. Dari situ karirnya mulai berkembang pesat.

Baca: Menyusun Rencana Kabur dari Kemiskinan

Li tampil di berbagai kota dunia, hingga bertemu dengan istri keduanya, Mary MacKendry, balerina asal Australia, di London.

Li lantas hijrah ke Australia tahun 1995. Kemudian di tahun 2003, Li menerbitkan otobiografi yang ia beri judul “Mao’s Last Dancer” yang kemudian diproduksi menjadi sebuah film.

Setelah pensiun sebagai penari profesional di tahun 1999, Li semakin giat untuk mengajar dan berbagi ilmu dalam sejumlah pelatihan. Ia begitu menikmati aktivitas ini karena alasan yang kuat.

Li mengunjungi Jakarta dalam rangka the 2nd Indonesian Ballet Gala. Ia mengirimkan dua pebalet utama dari Queensland Ballet untuk tampil dalam pertunjukan, pada Sabtu  (23/9/2017) tersebut.

Di samping itu, Li juga mengajar sejumlah balerina dalam sebuah masterclass yang digelar beberapa hari sebelumnya.

Baca: Habibie: Indonesia Kaya, tetapi Miskin!

Ia sendiri terakhir tampil di Indonesia sebagai pebalet pada tahun 1986. Kini, Li menyaksikan antusiasme yang jauh berubah.

“Saya rasa, ketertarikan, antusiasme-nya benar-benar telah berkembang. Melihat para penari yang saya ajar hari ini, saya pikir ada banyak talenta di sini. Dan saya pikir, apa yang mungkin dibutuhkan di sini adalah pelatihan yang lebih berkelanjutan, maksudnya pelatihan bermetode yang menyeluruh,” katanya.

Demi kecintaan terhadap dunia balet pula-lah, Li akhirnya memutuskan untuk kembali menari profesional. Kini, ia telah menyiapkan pertunjukan balet ‘the Nutcracker’ yang akan dipentaskan di Australia pada tanggal 10 Desember tahun ini. Dalam pertunjukan itu, Li akan berperan sebagai Drosselmeyer.

“Sudah 18 tahun sejak saya pensiun balet. Dan selama itu pula, ada banyak tawaran dari dalam dan luar Australia untuk saya kembali menari. Saya tak sungguh-sungguh berminat hingga belakangan ini.”

Li akan berkolaborasi dengan mitra komersil sebagai sponsornya dan juga akan tampil bersama sang istri yang berperan sebagai salah satu orang tua di ‘the Nutcracker’.

“Jadi ini akan sangat menarik, saya sangat senang, tak banyak orang mendapat kesempatan untuk kembali setelah 18 tahun pensiun. Tapi di sisi lain, tekanannya juga cukup besar.” 

Baca: Asah Konsentrasi dan Fokus Anak melalui Balet Nusantara

https://internasional.kompas.com/read/2017/09/28/07294851/kemiskinan-jadi-motivasi-maestro-balet-li-cunxin-gapai-kesuksesan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke