Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Satu-satunya Polwan Berjilbab di Australia

Kompas.com - 28/03/2016, 16:58 WIB

PERTH, KOMPAS.com — Masih jelas dalam ingatan Zen Mohamad Kassim hari pertama pelatihannya dengan Kepolisian Australia Barat pada 2008.

Dia merupakan satu-satunya perempuan di ruangan pelatihan yang mengenakan kemeja berlengan panjang dan hijab.
 
"Mayoritas dari peserta pelatihan adalah pria dan wanita berkulit putih," katanya.
 
Zen Mohammad Kassim pindah ke Perth dan bergabung dengan Kepolisian Australia Barat setelah 18 tahun bekerja di Singapura.
 
"Pada 2007, Kepolisian Australia Barat datang ke Singapura untuk melakukan perekrutan," katanya.
 
"Kemudian, saya ikut mendaftarkan diri," kenang Zen.
 
"Kondisi ini tidak membuat saya merasa terintimidasi, tetapi memang sangat berbeda dengan keadaan ketika saya menjadi polisi di Singapura," tuturnya mengenai hari pertama pelatihannya.
 
"Orang-orang di sekitar saya memandangi saya, tetapi di Australia Barat saya memang benar-benar berbeda."
 
Zen Mohammad Kassim sekarang berpangkat konstabel senior dan menjadi petugas multikultur di Kepolisian Australia Barat.
 
Tugas utama polisi wanita (polwan) salah satunya adalah menangani pengungsi dan pendatang yang tiba di Perth untuk mendorong mereka percaya dengan polisi.
 
Usaha keras Konstabel Senior Zen menjalankan tugasnya membuatnya menerima penghargaan di Penghargaan Prestasi Multikultural belum lama ini.
 
Dia mengatakan, para migran dan pengungsi takut kepada polisi karena di negara asal mereka polisi identik dengan sikap agresif, tidak bisa didekati, dan terkadang meminta sogokan.
 
"Saya bisa lihat di komunitas multikultur kalau polisi sangat ramah, kami tulus dalam apa pun yang kami lakukan dan kami dekati," katanya.
 
"Saya katakan kepada mereka, 'Anda bisa mendatangi kantor polisi mana pun atau menelepon polisi dan mereka akan memberikan bantuan," kata dia.
 
Zen menambahkan, kesempatannya membantu para migran dan pendatang wanita, terutama para korban KDRT, membuat dirinya bahagia.
 
"Mereka tinggal dalam pengasingan. Mereka takut memberi tahu seseorang dan membantu polisi, dan mereka tidak tahu ke mana harus pergi dan harus melakukan apa," katanya.
 
Zen melanjutkan, dia yakin tugas menjangkau komunitas multikultur yang dilakukannya akan membuat perbedaan.
 
"Ada lebih banyak wanita dari komunitas pendatang yang membuka pintu dan mulai melaporkan insiden KDRT yang dialaminya," katanya.
 
Namun, dia mengatakan, polisi juga perlu terus merekrut lebih banyak orang dari latar belakang yang beragam seperti dirinya.
 
"Jika Kepolisian Australia Barat tidak merekrut lebih banyak petugas dengan latar belakang yang beragam, saya dapat melihat ini akan menjadi bencana," katanya.
 
"Jika terjadi insiden yang melibatkan seseorang dengan latar belakang pendatang, setidaknya kita memiliki polisi dengan latar belakang itu akan lebih mudah bagi kita untuk menyelesaikan masalah tersebut." 
 
"Kita bisa lebih peka secara budaya karena kita tahu kebudayaan dan agama itu," kata Zen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com