Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Iran: Salah Urus Pemerintah Saudi Sebabkan Tragedi Mina

Kompas.com - 25/09/2015, 11:32 WIB
TEHRAN, KOMPAS.com - Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan "sejumlah tindakan yang tidak benar" dan "salah urus" dari pemerintah Saudi dalam menyelenggaran ibadah haji telah menyebabkan insiden desak-desakan mematikan pada Kamis (24/9/2015) kemarin. Iran juga telah mengumumkan masa berkabung selama tiga hari untuk tragedi itu.

"Pemerintah Arab Saudi harus memikul tanggung jawab besar atas bencana ini," kata Ali Khamenei seperti dikutip kantor berita Iran, IRNA, tentang tragedi itu, yang menewaskan lebih dari 700 jemaah, termasuk setidaknya 90 warga Iran dan tiga warga Indonesia.

Khamenei pada Rabu mengatakan bahwa Arab Saudi bertanggung jawab terhadap semua jemaah haji, dan komentarnya setelah tragedi disusul oleh para  pejabat Iran lainnya yang mengecam Saudi karena gagal menjaga keselamatan para jemaah selama upacara.

Khamenei mendesak upaya yang lebih besar untuk melindungi orang-orang yang mengikuti  ibadah haji. Dia mengatakan, berbagaii penyebab kecelakaan "tidak boleh diabaikan".

Pemerintah Arab Saudi telah memerintahkan untuk menyelidiki insiden itu. Pangeran Mohamed bin Nayef yang memerintahkan investigasi tersebut. Pangeran yang juga menjadi pimpinan dalam penyelenggaraan haji Arab Saudi itu memerintahkan penyelidikan itu usai rapat yang digelar dengan para tokoh senior yang bertanggung jawab dalam musibah tersebut. Hasil investigasi nantinya akan disampaikan kepada Raja Salman. "Nanti akan ditentukan langkah yang akan dilakukan," katanya kepada media setempat seperti dikutip Al Jazeera.

Kejadian itu merupakan tragedi kedua pada musim haji tahun ini setelah pada awal September sebuah derek (crane) yang runtuh menewaskan 109 orang. Dua kejadian itu merupakan insiden serius pertama dalam sembilan tahun terakhir penyelenggaraan haji di Saudi, tetapi pengamat mengatakan, kedua kejadian itu memperlihatkan kekurangan dalam pengelolaan acara tahunan yang menyedot sekitar dua juta orang tersebut.

Irfan al-Alawi, seorang pengecam keras pembangunan kembali di sejumlah tempat suci di Saudi, mengatakan, masalahnya terletak pada kurangnya pengendalian massa dan strategi pembangunan pemerintah. "Betul bahwa mereka sudah mencoba untuk meningkatkan fasilitas, tetapi prioritas untuk kesehatan dan keselamatan selalu gagal" saat pembangunan menjadi prioritas, kata Alawi, salah seorang pendiri Islamic Heritage Research Foundation yang berbasis di Mekkah.

Dia mengatakan, proyek-proyek pembangunan itu menghilangkan kaitan yang berwujud nyata (tangible link) dengan Nabi Muhammad. "Ini persoalan manajemen," kata Alawi dari London ketika ditanya penyebab dasar tragedi tersebut.

Kementerian Dalam Negeri Saudi mengatakan, pihaknya telah mengerahkan 100.000 polisi untuk mengamankan penyelenggaraan ibadah haji, memelihara keamanan, serta mengatur lalu lintas dan orang banyak itu. Mereka bertugas melindungi sekitar dua juta orang di sejumlah daerah terkonsentrasi.

Namun Alawi mengatakan, para petugas yang ditugaskan tersebut tidak memiliki keterampilan bahasa asing dan belum terlatih. "Mereka tidak memiliki petunjuk bagaimana menangani orang-orang itu," katanya.

Seorang menteri Saudi justru menyalahkan para peziarah atas tragedi itu. Menteri tersebut mengatakan bahwa para jemaah tidak mengikuti aturan. "Banyak peziarah bergerak tanpa memperhatikan jadwal yang ditetapkan," kata Menteri Kesehatan Saudi, Khaled al-Falih, kepada televisi El-Ekhbariya.

"Jika para peziarah mengikuti petunjuk, jenis kecelakaan ini bisa dihindari."

Tragedi Kamis kemarin terjadi di luar Jembatan Jamarat yang bertingkat lima, yang didirikan dalam satu dekade terakhir dengan biaya lebih dari 1 miliar dollar AS dan dimaksudkan untuk meningkatkan keselamatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com