Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Singapura Digelar Hari Ini, Partai Berkuasa Akan Diuji

Kompas.com - 11/09/2015, 13:48 WIB
Kontributor Singapura, Ericssen

Penulis


SINGAPURA, KOMPAS.com - Warga Singapura sejak pukul 08.00 pada Jumat (11/9/2015) waktu setempat telah berbondong-bondong ke bilik suara untuk memberikan suaranya dalam pemilihan umum. Sebanyak 89 kursi parlemen di 29 daerah pemilihan (dapil) akan diperebutkan oleh 181 kandidat dari 9 partai politik dan 2 kandidat independen.

Hasil pemilu akan diketahui paling cepat sekitar pukul 22.00, dua jam setelah bilik suara ditutup.

Partai Aksi Rakyat (PAP) yang telah berkuasa selama 50 tahun sejak kemerdekaan Singapura akan menghadapi ujian terberatnya. Pemilu ini merupakan yang pertama dalam sejarah di mana seluruh kursi parlemen diperebutkan. Pemilu ini juga merupakan yang pertama tanpa sosok pendiri Singapura, Lee Kuan Yew, yang wafat Maret silam.

PAP hampir dipastikan akan kembali memenangkan pemilu kali ini. Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar margin kemenangan dan kursi yang akan dimenangkan partai yang dipimpin Perdana Menteri Lee Hsien Loong ini.

Kampanye selama 9 hari menunjukan antusiasme warga yang luar biasa terhadap partai oposisi, Partai Pekerja (WP). Ribuan pendukung dengan pernak pernik partai berlambang palu sambil meneriakan Partai Pekerja memadati lapangan tempat kampanye digelar. Partai pimpinan Low Thia Khiang ini memiliki 7 dari 87 kursi parlemen saat ini. Jumlah yang tergolong luar biasa bagi oposisi Singapura mengingat selama puluhan tahun oposisi hanya memiliki 2 kursi.

“Kalian harus memutuskan apakah memiliki lebih banyak parliamentarian dari partai berkuasa yang mengakibatkan komposisi parlemen yang tidak seimbang akan berdampak baik bagi masa depan Singapura dan anak-anak kalian,” kata Low dalam kampanyenya.

PM Lee sendiri mendesak rakyat Singapura memilih secara bijak. “Jika kalian salah memilih dan Singapura bergerak di arah yang salah, akan sulit untuk bangkit kembali,” kata Lee.

Lee juga menyebut bagaimana PAP telah bekerja keras untuk meningkatkan kehidupan rakyat Singapura. “Hasil yang berbicara,” tegasnya.

Melesatnya biaya hidup, harga rumah yang sulit terjangkau, meningkatnya imigran asing, dan kereta MRT yang sesak dan padat menjadi sumber frustasi “warga kelas sandwich” yang walaupun tidak miskin tetapi mengalami stagnansi pendapatan dan tidak dapat meng-upgrade kehidupannya menjadi kaum menengah ke atas.

Suara pemilih kelas ini kritis dan akan krusial di pemilu. Siapakah yang dipilih pemilih muda juga akan menjadi sorotan. Bagi generasi muda Singapura yang cenderung lebih liberal, kisah sukses ekonomi Singapura bukanlah lagi mantra yang ampuh untuk menarik suara mereka. Generasi ini tidak segan mendukung oposisi dan menyuarakan frustasi terkait sistem pemerintahan otoriter yang dipimpin PAP.

Seluruh mata akan tertuju ke konstituensi East Coast di bagian timur Singapura. Dapil yang dipimpin Menteri Tenaga Kerja Lim Swee Say menjadi ajang pertarungan sengit antara PAP dan WP. WP yang saat ini menguasai konstituensi Aljunied, Hougang, dan Punggol East berharap memperluas ekspansi kekuasaan mereka di bagian timur dengan memenangkan East Coast.

Kegagalan memenangkan dapil ini berpotensi menjadi bencana besar bagi PAP karena mereka akan kehilangan Swee Say yang merupakan menteri senior berpengalaman. Tentunya juga semakin banyaknya jumlah kursi yang dimenangkan Partai Pekerja akan melanjutkan tren negatif PAP sejak pemilu 2011 di mana mereka kehilangan 5 kursi termasuk kursi Mantan Menteri Luar Negeri George Yeo yang dikalahkan Low Thia Khiang di Aljunied.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com