Djauhari mengatakan telah mengutus pejabat senior kekonsuleran KBRI untuk mencari tahu nasib dan detail proses evakuasi 8 orang--termasuk 6 WNI--yang selamat dari seluruh awak kapal penangkap ikan Oryong 501 itu. Namun, kata dia, akses dari Moskwa ke lokasi kecelakaan tersebut yang berada di ujung timur Rusia dan berbatasan dengan Alaska, Amerika Serikat, sangat terbatas.
Seperti diberitakan sebelumnya, satu orang dipastikan tewas dan 50 orang masih hilang, setelah kapal nelayan berbendera Korea Selatan tenggelam di lepas pantai Chukotka, Senin. Pemerintah Korea Selatan mengatakan kapal itu membawa 60 awak ketika terdampar di Laut Bering.
Sejumlah informasi menyebutkan 35 awak kapal adalah orang Indonesia, 13 dari Filipina, 11 dari Korea Selatan, dan satu orang inspektur dari Rusia. Seorang juru bicara Kementrian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan mengatakan selain satu orang yang tewas, sudah ada 7 orang yang diselamatkan.
"Kapal pelahan-lahan menjadi miring setelah air masuk yang membuat para awak meninggalkannya," tutur juru bicara itu seperti dikutip dari AFP. Media Rusia mengatakan tujuh orang telah diselamatkan tetapi cuaca buruk dan gelombang tinggi menghambat upaya pencarian awak yang lain.
Kantor berita Yonhap mengatakan Oryong 501 dengan berbobot 1.590 ton dibuat sekitar 40 tahun lalu dan dioperasikan oleh Sajo Industries. Selain kapal ini, ada empat kapal lain dari Korea Selatan yang juga beroperasi di Laut Bering untuk menangkap ikan pollock.
(Thamzil Thahir)