Perdana Menteri Tony Abbott memastikan dirinya telah menerima surat dari Presiden Yudhoyono yang meminta penjelasan dari pemerintah terkait isu penyadapan dirinya dan sejumlah anggota kabinetnya termasuk istrinya.
Dan lagi-lagi, belum ada permohonan maaf yang disampaikan Abbott. Dia hanya mengulangi pernyataan bahwa dirinya akan melakukan apa pun untuk memperkuat hubungan dengan Jakarta.
"Saya hendak memastikan parlemen kalau pemerintah koalisi akan merespons surat ini sesegera mungkin, sepenuh hati, dan dengan sopan terhadap surat Presiden," katanya di parlemen.
Pemimpin Oposisi, Bill Shorten, tidak seperti di awal pekan lalu, kali ini ia memberikan respons dengan bahasa bipartisan.
"Sekali lagi saya sampaikan dalam situasi seperti ini perlu ditekankan komitmen dukungan kedua partai di dalam upaya memperbaiki hubungan Australia dengan Indonesia sesegera mungkin," katanya.
Pejabat Kemlu dikritik
Meski demikian, di dalam senat terlihat hal berbeda. Contohnya, Penny Wong dari Partai Buruh mendesak pejabat Kementerian Luar Negeri berkomentar mengenai kebijakan pemerintah koalisi.
"Yang saya tanyakan kepada pejabat kementerian, untuk dijelaskan di dalam forum senat ini dan sekaligus untuk disampaikan kepada publik, adalah bagaimana pemahaman mereka mengenai posisi Pemerintah Indonesia dalam kaitannya dengan kebijakan pencari suaka dari pemerintah koalisi?"
Namun, langkahnya tidak bergerak terlalu jauh karena keburu dihentikan Jaksa Agung George Brandis, yang berpendapat Wong tidak boleh meminta penjelasan mengenai diskusi pribadi antara pejabat Indonesia dan Australia.
"Senator Wong, kecuali Anda berada di planet lain beberapa hari terakhir, Anda seharusnya sudah paham kalau saat ini merupakan waktu yang sangat peka dalam hubungan Indonesia dan Australia," katanya.
Namun tampaknya, salah satu penasihat pejabat senior di pemerintahan koalisi tidak memikirkan hal itu ketika mengunggah kicauannya kemarin.
Konsultan polling Partai Liberal, Mark Textor, berkicau menyebut Menteri Luar Negeri Indonesia mirip bintang film porno Filipina tahun 1970-an.
Textor bersikap meremehkan kicauannya ketika diwawancarai oleh ABC, tetapi hari ini dia mengunggah kicauan lain, meminta maaf "kepada teman mereka di Indonesia".